logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 SEUTAS SENYUMAN

~ Mencintaimu itu mudah, yang sulit adalah membuatmu juga mencintaiku ~
Abhimana Pratama
**
“Mas Abhi ingin ... dia ingin anak dariku.”
“APA? Lalu kamu setuju begitu saja?”
Ayla menggeleng cepat. “Tentu saja nggak, kamu kan tahu aku selalu minum obat itu supaya nggak hamil anak dia. Aku nggak siap kal—“
“Nggak siap? Berarti kalau sudah siap kamu ingin punya anak dari dia,” potong Davin cepat, Ayla menggeleng kembali.
“Nggak Davin, kamu salah paham Sayang. Jangan berkata seperti itu ya, aku hanya ingin memiliki anak dari kamu suatu saat nanti,” ucap Ayla sambil tersenyum pada kekasih hatinya itu.
Mendengar jawaban dari Ayla membuat hati Davin melunak, ia pun mengulurkan tangan lalu membawa Ayla dalam dekapan hangatnya. “Terima kasih sudah mencintaiku, Sayang. Aku ingin kita sama-sama berjuang untuk hubungan ini ya?” pintanya kemudian.
Ayla mengangguk lalu menenggelamkan wajahnya dalam pelukan hangat kekasihnya—Davin.
**
“Dari mana kamu?” tanya Abhi saat melihat Ayla melewatinya begitu saja.
“Bukan urusan kamu, Mas,” sahut Ayla dengan sinis.
“Aku masih suami kamu, Ayla. Kamu mau kelakuan kamu ini sampai terdengar oleh ayah dan bunda? Kamu mau sampai ayah jatuh sakit?” cecar Abhi sambil beranjak menghampiri Ayla.
Ayla terdiam, wanita itu tak bisa membantah jika sudah menyangkut kebahagiaan ayah dan bundanya.
“Kenapa diam?”
Ayla hanya menggeleng kemudian berjalan menuju kamarnya, Abhi pun mengikuti wanita itu dari belakang.
“Mau apa, Mas?” tanya Ayla saat menyadari Abhi sudah berada dalam kamar bersamanya.
“Aku hanya ingin mengatakan bahwa ... meski kamu sudah menyakiti hatiku, aku tetap mencintai kamu seperti dulu,” ucap Abhi dengan senyumnya yang tulus.
Ayla menghela napas, entah mengapa pernyataan cinta Abhi barusan membuat hatinya yang resah menjadi sedikit tenang. Apa yang sebenarnya terjadi? Padahal pernyataan cinta suaminya itu telah didengarnya ratusan kali. Namun kali ini, ia baru bisa merasakan bahwa Abhi sangat tulus mencintai dirinya.
“Mas Abhi, kenapa kamu begitu mencintaiku? Padahal aku sudah ... menyakiti kamu,” ucap Ayla sambil menunduk, wanita itu malu pada Abhi yang tetap baik padanya meski telah ia sakiti.
Abhi menyentuh wajah Ayla agar menatapnya, mata mereka saling bertemu. Abhi tersenyum menatap wajah cantik istrinya itu. “Ayla ... mencintai kamu itu mudah, yang sulit adalah ....”
Abhi menggantungkan kalimatnya, Ayla menatap suaminya itu dengan alis yang bertaut. “Adalah apa, Mas?” tanyanya penasaran.
“Yang sulit adalah ... membuat kamu juga mencintaiku,” jawab Abhi dengan mengulum senyum, wajahnya merona saat mengatakan hal itu pada istrinya sendiri. Ia pun mengalihkan pandangannya, tak kuat jika berlama-lama menatap mata indah istrinya itu.
Tanpa disadari, seutas senyuman manis tersungging dari sudut bibir Ayla. Hatinya terasa menghangat mendengar pengakuan suaminya itu, meski terdengar seperti gombalan semata hatinya sedikit tersentuh dengan ucapan Abhi barusan.
“Oh ya Mas, akhir-akhir ini kamu nggak pernah ke luar negeri lagi?” tanya Ayla mengalihkan pembicaraan, tak ingin hatinya goyah pada Abhi.
Abhi menoleh kembali pada Ayla, lalu mengedikkan bahunya. “Untuk apa? Aku CEO-nya, aku bisa bekerja dari mana saja yang aku mau.”
“Lalu kemarin-kemarin itu?”
“Kemarin-kemarin ada proyek besar, aku ingin menanganinya sendiri jadi ya aku harus pergi,” terang Abhi membuat Ayla hanya mengangguk dengan jawaban pria itu.
Meski dulunya hanya seorang karyawan swasta, sedikit banyak Ayla juga mengetahui proyek macam apa yang dikerjakan oleh suaminya itu.
Tak ada bahasan lebih lanjut, Abhi pun memilih tidur sedangkan Ayla beranjak ke dapur untuk memasak makan siang mereka berdua.
**
“Mas, aku keluar sebentar ya,” pamit Ayla seraya merapikan pakaiannya.
Abhi meneliti penampilan Ayla dari ujung kaki hingga ujung kepala. Istrinya itu memakai gaun selutut berwarna merah, dengan bagian pundak yang sedikit terbuka. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkannya tergerai begitu saja, dengan polesan make up sedikit tebal Ayla terlihat sangat cantik. Melihat penampilan istrinya yang menurutnya berlebihan, lelaki mana yang tidak akan terpikat dengan istri dari Abhimana Pratama itu.
“Mau ke mana dengan pakaian seperti itu?” tanya Abhi menyelidik.
“Ada acara di kafe Choco depan perumahan itu Mas, Lena ulang tahun,” terang Ayla sambil memastikan kembali penampilannya di depan cermin.
“Lena sahabat kamu itu? Berarti di sana ada Davin?” tebak Abhi langsung.
Ayla hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Abhi berjalan ke arah lemari pakaian, mencari pakaian yang pantas untuk istrinya. Tak butuh waktu lama, Abhi memberikan sebuah gaun berwarna navy yang panjangnya sampai di bawah lutut dengan bagian atasnya tertutup hingga ke siku.
Ayla mengerutkan keningnya saat menerima gaun itu dari suaminya. “Apa ini, Mas?”
“Ganti dengan baju ini kalau kamu mau aku izinkan ke pesta itu,” ujar Abhi dengan tegas.
“Tapi Mas, aku pakai gaun ini karena sudah sepasang dengan Davin,” tolak Ayla sambil menggeleng.
“Ganti sekarang ... atau nggak usah pergi?” tawar Abhi tak terbantahkan, membuat Ayla terpaksa mengalah dan segera mengganti bajunya itu di kamar mandi.
Tak lama berselang, Ayla telah mengganti pakaiannya begitu pun Abhi. Pria itu mengenakan kemeja dan jas berwarna senada dengan Ayla, Abhi terlihat sangat tampan dengan rambut yang ditatanya rapi ke belakang.
“Mas Abhi mau ke mana?” tanya Ayla yang sedikit terpana dengan ketampanan suaminya sendiri, wanita itu baru menyadari bahwa suaminya itu sangat tampan dan berbeda dari biasanya. Kumis tipis yang selalu menghiasi wajahnya telah dicukur bersih, membuat kadar ketampanannya semakin meningkat.
“Tentu saja ikut dengan kamu ke pesta, Sayang. Sesuai perjanjian kita,” ucap Abhi dengan tersenyum, lesung pipit di wajahnya terlihat sangat jelas saat pria itu tersenyum.
“Tapi kan aku belum menanda tangani perjanjian itu, Mas.”
“Setuju atau nggak, bagiku perjanjian itu tetap berlaku selagi kamu masih bertemu dengan pria itu.”
Ayla melirik jam tangan cantik yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sudah hampir terlambat. Tak ingin membuang waktu, akhirnya ia pun setuju untuk pergi ke pesta sahabatnya dengan diantar oleh Abhi—suaminya.
“Tenang saja Sayang, ini baru permulaan. Masih banyak hal lain yang akan aku lakukan untuk kalian,” batin Abhi sambil mengulum senyumnya.
**

หนังสือแสดงความคิดเห็น (172)

  • avatar
    Advantur Advan

    sangat seru ceritanya

    07/08

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    bagus

    31/07

      0
  • avatar
    MadzimElty

    Very good

    26/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด