logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 25 So Sweet

Sungguh aku bahagia. Benih cinta yang ku tanam. Bersemi indah kembali. Wajah tanpam nan rupawan kini berjarak satu senti dengan wajahku. Jiwa bergelora menggapai asa. Pria idaman yang ku sayang tengah kupeluk erat. Satu kata terucap dari bibirnya.
"Ini, aku," bisik nya syahdu lembut merayu.
Aku terpana untuk sesaat. Sikapnya yang penuh kasih dan sayang membuat hatiku melayang.
Air mata haru menetes pilu di pipiku. Wajahku memerah malu.
Segera ku rangkul. Aku menangis sendu. Hari itu semua air mata ku tumpahkan di dadanya.
Marah, benci, cinta seakan melengkapi isi hatiku yang sekian tahun menunggu kehadirannya.
"Icha, tatap lah aku, mengapa kamu nangis, aku disini, sudahlah," ucapnya syahdu.
Aku tak kuasa menahan beban rindu yang ku simpan.

"Ka, kamu, jahat!' tegur ku manja. Ku cubit hidungnya.
"Owch! sakit sayang."
Kami berdua saling melepas segala kegundahan dan kerinduan. Tuan Lee tak berubah sama sekali. Ia masih tetap mencintaiku seperti dulu. Tak ada yang berubah. Kasih sayangnya begitu tulus.
Untuk sesaat aku melupakan janjiku. Pria yang tengah ku dekap mesra. Pria yang selama ini kutunggu kehadirannya. Kini pria itu kembali ke pelukanku.
"Cha,"
sapa Nani. Berada di hadapan ku.
Melihat kami berdua saling melepas rindu. Nani dan Kemal disuguhkan pemandangan yang romantis yang terjadi di depan matanya. Akupun tersenyum manis pada Nani.
Melihat keberadaan Nani dan Bang Kemal. Tuan Lee saat itu juga melepas pelukanku. Dan mempersilahkan Nani untuk duduk. Kami berdua merasa malu dan kikuk. Karena terbuai asmara. Kami sampai tak melihat mereka.
Aku tertunduk malu.
"Sini, Nan, ayo duduk bersama kami, maaf ya Nan, aku terbawa suasana, jadi tak melihat kamu. Lagian tadi kamu kemana sih, aku panggil-panggil, kamu gak nyaut!"
"Hm, tadi itu-itu ...." Nani gelagapan.
"Aku yang nyuruh Nani, Cha. Tadi pas kamu tiba disini, kebetulan aku baru datang."
Tawa kami pun pecah. Tuan Lee terpaksa memangku ku karena melihat ku berdiri tegak dan mematung seperti biasanya. Jika tuan Lee berada di dekat ku. aku mendadak bertingkah konyol.
Kami pun kembali ke suasana semula. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ku kukatakan terutama tentang gosip pernikahannya dan wanita yang datang bersamanya.
"Sayang, dari gosip yang beredar, katanya kamu sudah menikah, dan siapa wanita yang bersamamu?" tanyaku mulai serius.
Tuan Lee hanya tersenyum.
"Bagaimana saya bisa menikahi wanita lain, Cha, saya sudah berjanji akan menikahi mu, tapi sebaliknya, kabar kamu sudah menikah pun terdengar, tapi aku gak percaya, Cha, aku tahu kamu akan selalu menungguku."
ucapannya membuat aku semakin yakin akan cintanya.
"So Sweet banget sih kalian berdua,"" sela Nani memotong pembicaraan kami.
Aku dan tuan Lee tertawa lebar mendengar kata-kata Nani yang tertegun mendengar ucapan tuan Lee.
Tak berapa lama. Tuan Lee pun menceritakan perjalanan hidupnya selama tak berada disisi ku. Cerita tuan Lee sama persis dengan kisah yang diceritakan ibuku. Tapi tak semua kisah yang ibuku ketahui semua tentang tuan Lee.
Setelah kembali dari Korea. Lee akhirnya bertanggung jawab untuk mengurus bayi mungil milik almarhum Ae-Rin.
Dibantu nenek tercintanya. Lee membesarkan bayi itu. Hingga nenek Lee akhirnya memutuskan menjodohkan Lee dengan gadis yang bernama Lydia.
"Lydia?!"
Aku terhentak kaget mendengar nama gadis sombong yang pernah bersitegang denganku dulu.
"Iya Cha, Lydia. Dialah yang membantuku ke mengurus Bayi Ae-Rin."
"Jadi wanita yang datang bersamamu ke rumah itu, si Lydia?" tanyaku.
"Siapa, Cha, Lydia itu," bisik Nani padaku.
"Nanti aku ceritakan Nan."
Tuan Lee kembali menceritakan kisahnya. Setelah umur bayinya 4 tahun. Tiba-tiba Ayah biologis nya datang untuk meminta kembali anaknya.
"Brian?!"
Cerita tuan Lee semakin menegangkan.
"Iya, Cha, Brian. Lelaki simpanan ibuku, lelaki bajingan itu membuat saya muak!"
"Oiya, dimana anakmu? Dari tadi saya lupa menanyakannya!" Pertemuan ku dengan tuan Lee membuat aku melupakan seorang anak yang bersama tuan Lee.
"Anakku bersama Lydia, Cha, mungkin sedang jalan-jalan, sebentar lagi juga pulang, Cha."
"Hah! Jadi anakmu dekat sama si perempuan menyebalkan itu?"
Aku semakin kesal mendengar nama Wanita yang dulu jepit kupu- kupu nya kulempar jauh-jauh.
Terakhir dia mengancam ku akan merebut tuan Lee dari sisiku. Ternyata omongan nya terbukti juga. Heh! Tak kan kubiarkan ia mendekati tuan Lee. Aku ada disini. Lihat saja!
"Cha, aku belum selesai, kamu mau dengar kisah selanjutnya, gak?" tegur tuan Lee.
"Iya, sayang, ayo. Lanjutkan."
Kedatangan Brian ke Indonesia membuat tuan Lee murka. Lelaki bajingan itu telah merusak hidup ibunya dan keluarga nya hancur. Brian ini sebenarnya bukan orang Korea. Sama seperti Ibu tuan Lee. Brian berasal dari Indonesia. Tepatnya dari Medan. Ibu tuan Lee bertemu dengan lelaki itu di Bali saat liburan keluarga.
Mendengar perselingkuhannya dengan Ae-Rin. Ibu tuan Lee kemudian memutuskan hubungan cinta terlarang nya dengan Brian.
Kini Ibu tuan Lee tinggal di Indonesia dan menetap di Bali. Tempat kelahirannya dulu. Setelah Ayah tuan Lee menceraikannya.
"Ohhh ..." Aku semakin serius mendengar kisah tuan Lee. Memang benar kata ibuku. Hidup tuan Lee ini bagai drama yang terjadi di serial Drakor.
"Teruskan," sambung Bang Kemal
Sontak saja aku dan Nani merasa risih dengan ucapan polos Bang Kemal.
"Teruskan apa, suamiku, kaya ngerti aja, ah!" tegur Nani mencubit tangan Bang Kemal.
"Itu, ceritanya, saya jadi kaya nonton sinetron hahaha ... kalau dibikin novel, kira-kira apa ya, judulnya? Hahaha ... " tawa Bang Kemal memecah ruangan jadi semakin menegangkan.
Nani mulai malu dengan ulah suaminya. Memang siapa dirinya? tuan Lee bukan temannya bukan pula sahabatnya. Eh, suaminya berlagak sok akrab sama Tuan Lee.
"Sayang ayo lanjutin lagi ceritanya" ucapku.
Tuan Lee tersenyum.
"Maaf, Bang Kemal ini. Siapa ya?" tanya tuan Lee baru sadar. Kehadiran Bang Kemal dari tadi membuat tuan Lee lupa menanyakan sosok lelaki yang datang bersamaku.
"Dia ini, suamiku tuan, sekarang dia jadi sopirnya Icha, oiya tuan. Icha sekarang jadi pengusaha jahit terkenal di Garut" ungkap Nani. Hidungku langsung kembang kempis mendengarnya.
"Ohiya, saya senang mendengarnya, calon istriku ini memang tak ada duanya," puji tuan Lee melirik ke arahku sambil mengelus rambutku.
"Ih. Nani, cerewet banget sih!"
Mendapati tuan Lee mengatakan bahwa aku calon istrinya. Aku tersipu malu.
"Iya, kamu calon istriku, Cha, tapi bujuk dulu ayahmu, agar dia mau menerimaku jadi menantunya, ayahmu sudah salah paham terhadapku, Cha, aku tak menyangka, ayahmu menolak tegas lamaran ku, Cha."
"Ayah!!"
Ya ampun aku jadi teringat janjiku pada Ayah Bagaimana ini."
Janjiku pada Ayah untuk melupakan tuan Lee.
Tapi apa yang harus kukatakan pada ayahku. Aku sangat mencintai pria ini. Aku tak kan bisa hidup bila berada jauh darinya.
Untuk sesaat aku terdiam.
"Cha, ada apa? Kok diam!" tegur Nani.
"Tidak, tidak ada apa-apa, Nan. Sayang, ayo lanjutin lagi ceritanya," elak ku. Ku alihkan pertanyaan Nani pada tuan Lee agar melanjutkan lagi kisahnya.
"Baiklah," ucapnya.
Kami pun kembali memasang wajah serius untuk mendengar kembali cerita tuan Lee yang belum tuntas.
Kedatangan Brian ke Indonesia untuk mengambil hak asuh putri Ae-Rin. Membuat tuan Lee menyewa dua Bodyguard yang selalu mengawal putrinya. Karena takut akan ancaman Brian yang selalu menerornya.
"Hah, Bodyguard? Tunggu, siapa nama anakmu?" tanyaku. Mendengar kata Bodyguard aku jadi teringat bocah kecil yang menyapaku ketika aku berada di Hotel malam itu.
"Kamu tak kan percaya, nama apa yang kuberikan pada anak Ae- Rin," kata tuan Lee dengan nada rendah.
"Siapa namanya, emang?" Kemal menyela.
Sontak saja aku dan Nani jadi geli mendengar pertanyaannya. Bang Kemal ini seolah- olah ada hubungannya dengan kisah tuan Lee. Ada- ada saja ulah suami Nani ini.
"Bisa diam, gak sih, Bang!" tegur Nani menginjak kaki Bang Kemal.
"Aduh, sakit atuh!" teriak Bang Kemal kesakitan.
Aku dan tuan Lee tertawa lebar menyaksikan kedua suami istri itu yang selalu bertingkah nyeleneh.
"Cepat katakan sayang, siapa nama anakmu?" desak ku tak sabar.
"Anakku kuberi nama Icha," kata tuan Lee. Bibirnya tersenyum manis padaku.
"Apa?!" kataku kaget.
"Icha?" Nani ikut menyela.
"Bu, namanya sama kaya Ibu! hahaha ..." tawa Bang Kemal membuat suasana serius jadi buyar.
"Jadi itu anakmu? Ya tuhan ... saya pernah bertemu dengan anak mu sayang," ingatanku kembali pada sosok bocah mungil yang menyapaku dan memanggilku tante. Malah anak itu mencoba mengenalkan ku pada ayahnya yang katanya baik. Ternyata bocah cantik itu adalah anak Ae-Rin.
"Tapi sayang, kenapa kamu menamai anakmu, Icha?" tanyaku penasaran.
"Sebenarnya namanya bukan Icha, tapi Queen. Tepatnya Queen Pas Payola. Icha hanya panggilan kecilnya, agar aku selalu mengingat mu, Cha."
"Ohhhh, begitu, ya," kataku. Takdir memang aneh. Saat bertemu anak itu. Aku merasa ada ikatan bathin dengannya. Anak mungil itu mendekatiku seakan ingin kupeluk dan ku sayang. Kasian.
"Sayang, aku ingin bertemu anakmu sekarang juga!"
"Tunggu Cha, sebentar lagi juga pulang."
"Tapi saya udah lama disini, anakmu kok belum datang juga?"
Aku jadi tak sabar untuk bertemu dengan anak itu. Ingin rasanya aku memeluknya dan menciumnya. Bocah malang itu, tak sempat mengenal wajah ibunya. Ibunya pergi untuk selamanya.
Terbayang wajah manisnya ketika menyapaku. Boneka beruang kecil di tangannya selalu menemani langkah kakinya yang mungil.
"Cha, ada apa? Kamu sepertinya mengenal putriku? Ada apa, Cha?"
Aku pun mengganguk. Kejadian di hotel malam itu hingga bertemu bocah mungil yang cantik, ku ceritakan semua pada tuan Lee.
"Jadi kamu wanita itu?" tegur nya.
"Wanita? Apa sih, maksudnya?" ku tanya balik.
"Queen bercerita padaku, Cha, katanya ia bertemu wanita yang kakinya terluka, malah dia memujimu terus, Cha. Katanya kamu cantik sekali," mata tuan Lee mendelik ke arahku terkesan meledek daripada memuji.
"Dih! Kamu bisa aja, ah!" kataku tersipu malu.
"Kenapa anakmu dinamai Queen, kan ibunya orang Korea?" tanyaku lagi penasaran.
"Tidak, Cha, anakku sudah ku didik menjadi warga Indonesia. Ia harus seperti ku, aku ingin menjauhkan bayangan kelam ibunya, Cha."
"Tanteee!!"
Teriakan seorang anak mungil membuat kami yang tengah duduk mendengar kisah tuan Lee, terkejut mendengar suaranya yang berteriak keras memanggilku dengan sebutan tante.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (104)

  • avatar
    Shusan Cino

    ceritanya sangat menarik, dan buat saya jadi penasaran deng kelajutannya

    24/01/2022

      0
  • avatar
    PutriNita

    awalnya saya mencoba membacanya dgn rasa ingin tau..lebih dalam...ternyata asyik dn seru juga...

    11/01/2022

      0
  • avatar
    mustikaDD syifa

    bagus

    25/04

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด