logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Ancaman Putri

Tubuh Melati masih kaku, saat Putri sudah pergi.
Melati tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, sampai berada di situasi seperti ini. Yang dia ingat, parfum yang dipakai Putri, sama wanginya dengan jaket yang biasa dipakai Bisma.
Namun di matanya. Putri sahabat terbaik.
***
#Garut#
Sekitar pukul tujuh malam WITA, Bisma di tampar oleh Putri, gadis yang akan di nikahnya. Dia menatap Putri. Bukan rasa sakit di pipinya yang dia rasakan, tapi sakit di hatinya yang jauh melebihi sekedar tamparan.
"Apakah ini caramu membalas cinta tulus yang kuberikan untukmu selama ini? Kau sudah keterlaluan Put!" protesnya.
Mata Bisma menelusuri tatapan Putri yang penuh kesombongan. Putri, gadis muda yang dicintainya dengan tulus, gadis yang diperjuangkannya hingga dia bahkan membohongi Melati demi dirinya. Ternyata begitu berani menamparnya hanya karena kedua orang tuanya meminta mahar yang cukup tinggi pada Bisma.
Putri mengancamnya. Jika Bisma tak mengabulkan permintaan kedua orang tuanya. Putri akan mengadukan perselingkuhannya dengan Bisma.
Seorang lelaki yang dianggap Putri lebih baik segalanya darinya. Tiba- tiba Bisma membatalkan rencana pernikahannya. Hanya karena tak sanggup memberi mahar yang di orang tuanya.
Bisma tersenyum. Lalu, ia berkata,
"Terima kasih banyak. Kehadiranmu membuka mataku, kini aku tahu. Kamu bukanlah wanita yang pantas dicintai."
Putri memandang Bisma dari ujung rambut sampai kaki.
"Cukup! Memangnya siapa dirimu? Kamu tak lebih dari seorang pecundang!"
"Apa maksudmu ...?" tanya Bisma.
Putri lalu berjalan melenggang mendekatinya.
"Aku tak mau tahu, aku hamil. Dan kamu harus menikahi ku ..." bisik Putri bicara di telinga Bisma.
Bisma melemparkan wajahnya dari tatapan Putri.
"Ok! Aku akan menikah mu. Tapi darimana aku dapat uang sebesar itu, untuk mahar!"
Putri menerbitkan senyum menyeringai.
"Bukankah kamu punya tabungan," ucapnya dengan suara menggoda.
"Apa? Apa maksudmu?" pekik Bisma.
"Iya. Tabungan, aku tahu kamu punya uang di Bank," balas Putri sembari meremas dada Bisma.
Gadis berusia dua puluh dua tahun itu terlihat antusias. Matanya menatap penuh gairah yang tak tertahankan. Bukan menyerah, tapi Putri berusaha membujuk Bisma agar menggunakan uang tabungannya sebagai syarat untuk menikahinya.
"Cukup Put. Jangan perlihatkan itu di depanku. Aku tak bisa menghentikannya jika kamu melakukan itu kepadaku," ucap Bisma dengan tangan terus bergerak menepis tangan Putri yang semakin menggairahkan. Gadis itu tahu kelemahan lelaki yang akan segera ia kuasai.
"Sudah sayang, aku tak tahan."
Gadis itu lantas tertawa mendengar ucapan Bisma.
"Sayang. Aku mencintaimu. Kamu harus menjadi milikku seutuhnya." Putri kembali menyunggingkan senyum.
Gairah semakin menggulungnya. Putri berhasil membujuknya. Akhirnya Bisma menyetujui permintaan Putri. Dengan sisa tabungan nya. Bisma akan menikah dengan Putri. Tadinya tabungan itu untuk biaya Melati melahirkan.
Di titik ini, Putri melancarkan aksi kejinya.
"Sayang, aku ingin rumah itu," rayu Putri kemudian.
"Rumah apa?" Bisma mengernyit.
"Itu. Rumah yang di tempati Melati."
Bisma terkejut. geram mendengar perkataan Putri. Ia langsung mencengkram bahu Putri.
"Itu rumah Melati, dan ia sekarang sedang mengandung anakku!" ucap Bisma tegas.
"Suruh dia pergi, atau ceraikan dia!" sentak Putri.
"Apa? Mana bisa aku menceraikan dia dalam keadaan hamil," jawab Bisma datar.
"Setelah dia melahirkan ceraikan dia ..."
"Lalu bagaimana dengan anakku?"
"Kamu jangan khawatir sayang, aku akan mengurus anakmu."
Bisma hanya menganggukkan kepalanya pelan. Dia menarik nafas panjang, binggung apa yang akan dilakukan sekarang. Tak mungkin Bisma menceraikan Melati begitu saja tanpa ada alasan yang jelas.
Putri kembali tersenyum menyeringai. Lantas gadis itu melahap bibir Bisma dengan ganas. Panggulnya bergerak dengan sangat cepat. Erangan dan desahan semakin menjadi diantara permainan yang semakin malam semakin panas.
Gerakan Putri semakin cepat dan tak terkendali. Suara irama bahkan di bawah sana terdengar dengan nyaring.
Putri memekik. Bisma semakin menjadi dan membuatnya bergairah. Kemudian membalikkan tubuh gadis itu dan mulai menghantamnya lagi.
"Kamu membuat aku tergila- gila," ucap Bisma di sela- sela pacuan yang dia lakukan kepada gadis itu.
Bisma sudah benar- benar gelap mata. Cinta butanya pada Putri. Membuat akal sehatnya tak bekerja dengan baik.
***
Melati masih terbaring kaku di peraduannya. Dia benar- benar tidak menyangka dengan apa yang dialaminya. Air mata tak henti- hentinya keluar dari sudut matanya. Rumah tangga yang telah terbina selama setahun. Kini berada di ambang kehancuran. Bisma suami yang sangat ia cintai. Telah berlaku tak adil padanya.
Laki- laki itu pasti sedang memadu kasih dengan gadis lain.
Malam itu. Putri merasakan dadanya sesak jika benar dugaannya. Bahwa Bisma memang telah membohonginya. Entah apa yang akan ia lakukan nanti. Hanya demi bayi yang ada di kandungannya. Melati berusaha tegar dan tabah.
Keesokan paginya. Melati tampak bersiap. Ia akan memeriksakan kandungannya ke bidan, yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Hanya setengah jam perjalanan menuju tempat itu.
Melati berjalan perlahan sambil berolah raga sedikit, guna mengencangkan otot-otot kakinya.
Ditengah perjalanan Melati berpapasan dengan Bi Isah, yang biasa berjualan sayur keliling di sekitar perumahan.
"Eh Nak Melati, mau kemana pagi- pagi begini. Jalan- jalan, ya?" sapa nya tersenyum ramah pada Melati.
"Iya nih Bi. Saya akan pergi ke bidan."
Bi Isah tiba- tiba mendekati Melati.
"Nak Melati, kemana suamimu?"
"Suami saya lagi ke luar kota Bi, memangnya ada apa?"
Bi Isah kemudian memegang pergelangan tangan Melati, lalu matanya celengak- celenguk seperti ingin mengatakan sesuatu, membuat Melati heran melihat sikapnya.
"Nak Melati. Udah dua hari ini, saya melihat suamimu masuk ke rumah Neng Putri," bisik nya pelan.
"Hah?!"
Mata Melati terbuka lebar
"Iya Nak. Malam kemarin saja, Bibi lihat suamimu masuk ke dalam rumah Neng Putri," sambungnya kemudian.
"Bibi jangan bohong!" sentak Melati mulai kesal.
"Aduh Nak Melati, buat apa Bibi bohong. Bibi berani sumpah."
"Kapan Bibi lihat suami saya masuk ke rumah Putri?"
"Kemarin malam Nak, Sebenarnya sudah dua kali Bibi melihat suami Nak Melati masuk ke rumah Neng Putri. Dan yang bikin Bibi heran, motor suamimu langsung dimasukan ke dalam rumah," ungkap Bi Isah dengan wajah pucat.
"Ya sudah, Bibi mau ke pasar dulu, kalau Nak Melati tak percaya. Coba kali- kali Nak Melati datang ke rumah Neng Putri diam- diam."
Setelah mengatakan itu. Bi Isah pergi terburu -buru meninggalkan Melati yang terdiam mematung.
Tubuh Melati seketika bergetar hebat. Kedua tangannya mengepal. Jantungnya berdetak kencang. Matanya memerah. Kalau benar apa yang dikatakan Bi Isah benar. Berarti selama ini, Putri dan Bisma telah mengkhianatinya. Pantas saja, Putri mendadak pergi ke Garut dan Bisma juga pergi ke luar kota.
Melati mulai menghubungkan kejadian yang kemarin dialaminya. Bahkan parfum yang di pakai Putri sama persis wanginya dengan jaket yang biasa Bisma pakai.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (116)

  • avatar
    pubgMR X

    bagus kak

    16/05/2023

      0
  • avatar
    Raisa Aulia

    bagus

    13/05/2023

      0
  • avatar
    RiyadiAhmad

    bagus banget keren banget ceritanya keren

    10/05/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด