logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Ranting Patah

Ranting Patah

Luna Sani


Pulang Larut Bab 1 Umur Dara baru 19 tahun saat kedua orang tuanya menjodohkannya dengan Pria yang bernama Bisma. S

Umur Dara baru 19 tahun saat kedua orang tuanya menjodohkannya dengan Pria yang bernama Bisma. Seorang pegawai Kantor biasa. Mulanya Dara menolak lamaran Bisma, karena Dara ingin melanjutkan pendidikannya. Tapi karena terganjal biaya. Dara akhirnya menerima lamaran Bisma.
Awal pertama pernikahan Dara begitu di penuhi kebahagiaan. Hidup mendampingi Bisma. Suami yang perhatian dan berlimpah kasih sayang.
Menempati rumah kecil sederhana, Dara memulai hidup barunya.
Walau Bisma tak berlimpah harta, tapi kasih sayangnya sanggup membuat Dara merasa jadi wanita paling beruntung di dunia ini berkat ketulusannya.
Setahun sudah usia perkawinannya.
Dara kini tengah mengandung buah cinta kasihnya dengan Bisma.
Dara begitu bahagia menanti sang buah hati yang segera hadir dalam kehidupannya.
Tapi.
Kebahagian itu hanya sekejap mata.
Dua malam Dara merasakan perubahan pada sikap suaminya.
Malam semakin menunjukkan puncaknya. Suara denting jam menunjukkan pukul 00: 00
Tapi Bisma belum juga pulang dari kantornya. Dara kemudian menghubungi suaminya. Tapi hanya terdengar di luar jangkauan di ponselnya.
Dara semakin gelisah, iapun menghubungi keluarga Bisma. Bisma tak ada disana. Jawabannya.
Tepat pukul satu malam. Terdengar seseorang memarkirkan motor. Segera Dara berlari dan membuka pintu.
"Mas, jam segini baru pulang, kemana saja, sih?" kelopak mata Dara masih menggantung karena menahan kantuk.
"Lembur," jawabnya singkat. Bisma kemudian membuka jaketnya dan melemparnya ke keranjang cucian.
"Sejak kapan Mas ada lembur, setahu saya Mas gak pernah lembur!" tegur Dara kemudian.
"Bawel. Sana tidur! Ngapain juga nunggu saya," ketusnya.
Bisma lalu merubuhkan tubuhnya dan tempat tidur. Dara yang dari tadi berdiri memperhatikannya tidak dihiraukan.
Dara terdiam berusaha tenang.
"Mas, bersihin dulu badanmu, saya masakin air hangat, ya," ucap Dara lembut.
"Mas cape! Besok saja mandinya. Udah sana, kamu tidur," katanya lagi. Mulai kasar.
Dara kemudian pergi ke dapur untuk membuat kan teh hangat kesukaan Bisma. Mendadak ia mencium sesuatu dari keranjang cucian, lalu Dara mengambil jaket bekas suaminya yang tadi di lempar ke keranjang.
Bau parfum khas wanita berasal dari jaket suaminya. Dara kemudian kembali ke kamar membawa jaket kotor suaminya.
"Mas! Bangun!" bentak Dara. Di lemparnya jaket tepat mengenai wajah suamimya.
Sontak saja Bisma kaget.
"Apa-apaan ini!"
"Parfum siapa itu Mas?"
"Parfum apa?"
Diambilnya jaket yang tengah di pegang Bisma.
"Jaket ini bau parfum wanita, Mas!" pekik Dara emosi.
"Itu, itu Mas tadi ketemu teman lama," jawabnya gagap.
"Jangan banyak alasan!"
Gegas Dara keluar kamar. Dibantingnya pintu kamar dengan keras. Lalu Dara kembali ke dapur. Kristal bening meleleh dimatanya. Sekuat apapun seorang istri. Tak akan tahan bila mengetahui perselingkuhan suaminya. Dua hari Bisma pulang larut. Itu membuktikan bahwa suaminya mulai bermain api.
"Sayang, jangan cemburu dong. Itu kan teman lama, tadi kami tak sengaja bertemu di jalan. Kami cuma ngobrol sebentar."
Bisma tiba- tiba sudah ada di belakangnya.
Dara tak bergeming. Tangannya sibuk mengocek teh hangat. Air mata yang jatuh menitik ia biarkan jatuh di pipi mulusnya.
Bisma tak menyerah. Kedua tangan Bisma melingkari punggung Dara dari belakang.
"Sayang, maafkan saya. Ayo tidurlah, kamu kan lagi hamil," bujuknya.
Dara menghentikan kegiatannya. Lalu berbalik kearah suaminya. Ditatapnya wajah Bisma, lalu beralih menatap jendela kamar yang mulai basah terkena percikan air hujan.
"Ngaku saja Mas. Siapa wanita itu."
Bisma menatap heran wajah istrinya. Keduanya tangannya perlahan turun ke bawah melepaskan pelukannya.
Bukan jawaban yang diterima Dara. Bisma tiba- tiba pergi meninggalkannya dan pergi menuju ke kamarnya.
"Mas!" Dara mengikutinya dari belakang.
Tapi Bisma mengabaikan teriakan istrinya. Lalu ia menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.
Dara yang kesal karena tak dianggap oleh suaminya. Kemudian Dara menarik kasar selimut yang tengah di pakai suaminya.
"Mas! Dua hari kamu pulang malam!"
Tetap saja Bisma tak bergeming. Ia kemudian turun dari tempat tidur lalu menghempaskan tubuhnya di kursi ruang tamu. Teriakan Dara tak sedikitpun ia hiraukan.
Dara merasa suaminya telah berubah. Bisma bukan lagi suami yang perhatian dan penuh kasih sayang. Melainkan Bisma yang tak peduli lagi dengan keadaan Dara. Bisma yang dulu selalu perhatian. Kini semua sirna. Peluk cium yang biasa di lakukan Bisma jika pulang dari kantor. Sudah tak ada lagi.
Entah wanita mana yang telah membuat suaminya berubah. Bau parfum yang berasal dari jaket suaminya. Cukup membuktikan ada wanita lain yang membuat pengaruh besar pada perubahan sikap suaminya.
Untuk sesaat Dara membiarkan sikap Bisma. Percuma, laki- laki yang telah menemani nya selama setahun itu, tak akan mengakui perselingkuhannya begitu saja..
Keesokan paginya. Seperti biasa Dara sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan suaminya. Matanya tampak sembab karena semalaman Dara tak sedikitpun memejamkan matanya karena sakit hati menerima perlakukan suaminya.
Sementara Bisma masih tertidur di kursi. Karena tak mau meladeni omelan istrinya. Terpaksa Bisma tidur di kursi semalaman.
"Mas, Bangun, sarapan sudah siap tuh," ketus Dara kesal. Setelah menyimpan nasi goreng di meja makan. Dara kemudian masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhnya di kasur empuk. Di kedua sudut matanya ada kristal bening menitik. Sakit rasanya mendapati perubahan sikap Bisma.
Tak lama Bisma pun beranjak bangkit dari sofa. Lalu pergi ke kamar mandi. Selesai mandi Bisma berpakaian rapih. Dara yang tengah berbaring diabaikan begitu saja. Tanpa mau peduli mendengar Dara yang terisak.
"Cengeng!" umpat Bisma.
Mendengar perkataan Bisma lalu Dara bangun dan menghampiri Bisma yang tengah menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
"Apa kamu tadi bilang?" tegur Dara menatap tajam pada Bisma.
"Kamu cengeng!" ketus Bisma. Lalu Bisma membalikkan badannya berjalan tergesa menuju ke pintu. Tapi Dara menghentikan lajunya.
"Mas! Ada apa dengan kamu?" tegur Dara emosi yang sejak semalam ia tahan. Pagi itu Dara tumpahkan semua kekesalannya pada Bisma.
"Minggir!" bentak Bisma. gerakan tangannya seakan tak mau di sentuh oleh Dara.
Mata Dara terbuka lebar mendapati sikap suaminya. Sebagai suami seharusnya menghargai istrinya. Tanpa pamit terlebih dahulu. Bisma tergesa tanpa mengucap salam seperti yang biasa ia lakukan dulu. Serapan paginya pun tak disentuh sedikitpun.
Ada yang aneh dengan sikap suaminya. Kini Dara yakin. Bisma mulai bermain api. Dan kobaran api itu membuat Dara terasa terbakar.
Mengabaikan Dara yang masih berdiri mematung. Bisma pergi begitu saja. Sakit bathin Dara saat itu. Ada kristal bening jatuh di sudut matanya.
Bibirnya tak mampu lagi tuk berucap. Sikap acuh suaminya dari semalam sungguh membuat sesak.
Apa yang kurang dengan dirinya. Dara sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi istri yang patuh dan setia.
Malam berikutnya masih sama. Bisma pulang larut malam. Kali ini penampilan Bisma sedikit berbeda. Kemeja yang dipakainya terlihat rapih dan wangi. Seperti selesai mandi. Rambutnya tersisir rapih seperti habis cukuran.
"Mas, rapih amat?" tegur Dara penasaran.
"Rapih salah! Lusuh salah! Kamu maunya apa, sih?" bentaknya.
Dara menarik nafas kasar, mendapati sikap kasarnya lagi. Sampai kapan sikapnya begitu. Rasanya Dara sudah tak tahan lagi dengan sikap kasarnya.
Tanpa pikir panjang Darapun masuk ke dalam kamar dan menutupnya dengan kasar.
"Kurang ajar. Begini sikap seorang istri! Keluar kamu! Kamu sudah mulai berani ya, melawan aku!" pekik Bisma. Di dorongnya pintu kamar dengan sekuat tenaga. Pintu terbuka lebar, lalu Bisma menarik tangan Dara dan menyeretnya keluar.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (116)

  • avatar
    pubgMR X

    bagus kak

    16/05/2023

      0
  • avatar
    Raisa Aulia

    bagus

    13/05/2023

      0
  • avatar
    RiyadiAhmad

    bagus banget keren banget ceritanya keren

    10/05/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด