logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Undangan Pesta

Begitu Cheryl membuka pintu, seorang pria berdiri di depan pintunya. Pria itu berpakaian sangat rapi. Cheryl tidak tahu darimana asalnya, tetapi hatinya waspada, kalau-kalau orang ini di kelompok yang sama dengan para pelayan yang datang sore ini.
Pria itu tersenyum sopan pada Cheryl.
"Selamat malam, Putri. Maafkan saya karena telah mengganggu waktu istirahat anda."
Ketika pria itu berbicara, Cheryl bisa mendengar aura profesional nya. Cheryl merasa bahwa orang di depannya agak mirip dengan deskripsi sekretaris yang sopan dari novel romance bergenre CEO.
"Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya adalah Simon. Saya adalah pelayan Pangeran Mahkota."

Mendengar pria itu menyebut Eugene, Cheryl agak tertarik.
Cheryl berubah sedikit ramah, dia mengangguk. "Oh, hai, Simon. Ada yang bisa kubantu?"
Setelah diucapkan, Cheryl tiba-tiba merasa bahwa kata-katanya seperti bot mesin penjawab. Agak malu, Cheryl tersenyum secara tidak alami karena menutupi rasa canggung.
Simon tidak keberatan. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya kemudian menyerahkannya kepada Cheryl.
"Ini adalah undangan untuk menghadiri pesta besok. Harap Putri dapat bermurah hati dan menghadirinya."
Cheryl menerima undangan dengan kedua tangannya. Sekilas undangan berbentuk persegi itu terlihat terbuat dari kertas, namun keras seperti papan. Beratnya juga tidak seperti kertas biasa. Keempat sisinya memiliki ukiran bunga-bunga yang cantik. Namanya tercetak jelas di tengahnya. Melihat warna kuning berkilau di tangannya, Cheryl bertanya-tanya dalam hati apakah ini benar-benar terbuat dari emas. Jika ya, dia ingin menyimpannya dan menjualnya suatu hari nanti.
Cheryl begitu asyik memikirkan papan emas di tangannya hingga dia lupa Simon masih berdiri di depannya. Cheryl meliriknya dengan kaku.
"Jangan khawatir, aku pasti akan hadir besok," jadi cepat pergi dari sini!
Cheryl tidak mengucapkan kalimat terakhir, namun Simon merasa diusir hanya dengan melihat ekspresi Cheryl.
"Kalau begitu saya pamit. Selamat malam, Putri."
Simon membungkuk sedikit kemudian pergi.
Setelah Simon pergi, Cheryl menutup pintu dengan tergesa-gesa kemudian melompat ke atas tempat tidurnya. Dia meletakkan undangan emas dengan hati-hati. Sambil bersila di ranjang, dia meneliti undangan itu dengan cermat.
Sampai akhirnya dia menemukan bahwa undangan itu memang berlapis emas, namun bahan dasarnya adalah kertas keras. Jika dilihat sekilas, semuanya tampak seperti emas murni namun sebenarnya emasnya hanya selapis tipis.
"Ah, ternyata bukan emas sungguhan." kata Cheryl. Kekecewaan besar di wajahnya tidak dapat disembunyikan.
Dia membawa undangan lebih dekat ke wajahnya. "Tapi, meskipun tipis masih tetap emas. Bagaimana jika aku mengoreknya? Hmm, bukan ide yang buruk tapi tidak bagus juga. Memangnya dimana ada orang yang mau membeli emas yang dikorek dari tempat lain? Sudahlah, biarkan saja."
Cheryl kehilangan minat begitu saja. Dia berbaring miring, bersiap tidur.
Gadis itu mulai mengantuk. Namun, sebuah pemikiran tiba-tiba melintas.
"Tunggu sebentar, barusan yang datang pelayan Eugene, kan?" gumam Cheryl.
Dia duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil berpikir.
Sore ini ketika dia bertemu Eugene, dia memperkenalkan diri sebagai Cheryl, bukannya Claudia. Jadi seharusnya dia tidak mengenalinya saat itu. Kemudian, pelayannya datang mengantarkan undangan pesta di malam hari. Oke, dari sini ada kemungkinan identitasnya belum diketahui. Tapi, bagaimana dengan besok? Jika dia datang ke pesta kemudian Eugene melihatnya, bukankah kebohongannya akan terbongkar? Apa yang akan dilakukan Eugene? Akankah dia menghukumnya? Cheryl agak takut.
Senyum ramah Eugene melintas di benak Cheryl. Kemudian, dia mengingat deskripsi sifat Eugene di novelnya. Dia menulis bahwa Eugene ramah dan baik hati.
"Semoga memang benar begitu adanya." Cheryl meyakinkan dirinya sendiri.
Setelah itu Cheryl kembali bersiap tidur.
Baru saja akan terlelap, satu pikiran melintas lagi.
Kali ini, tentang pakaian apa yang akan dikenakan besok.
Sekali lagi, mata Cheryl menjadi cerah. Dia turun dari ranjangnya dan membuka lemari. Matanya memindai isi didalamnya. Gaun Claudia tidak banyak. Dan semuanya adalah yang biasa dia pakai.
Cheryl mengambil satu-persatu gaun yang ada dan meletakkan berdampingan di tempat tidur. Gaun-gaun itu seperti bergaya Victoria jika disamakan dengan dunia aslinya. Tiga gaun terlihat agak baru, tampaknya jarang dipakai oleh Claudia. Jadi Cheryl menyisihkan ketiganya dan menyingkirkan sisanya. Dia menimbang ketiga gaun itu.
"Claudia ini sebenarnya cantik, tapi sayang dia diberi pakaian berwarna suram dan polos."
Satu gaun berwarna kuning pudar, sangat pudar hingga terlihat seperti warna putih yang menguning. Kemudian gaun kedua berwarna abu-abu muda dan sisanya berwarna coklat. Memang warna yang tidak semarak sama sekali.
Cheryl menopang dagunya, berpikir. Di dunia aslinya, dia pernah belajar menjahit dan kemampuannya cukup baik. Karena itulah, dia membongkar lagi lemari Claudia dan bersyukur dapat menemukan jarum dan segulung besar benang.
Cheryl menunjuk ketiga pakaian di depannya. "Aku minta maaf, nyonya-nyonya. Tapi kalian harus ku bongkar atau aku tidak memiliki pakaian untuk pergi ke pesta besok."
Jadi, Cheryl membongkar dan menjahit sepanjang malam.
_
Di malam yang sama, Edgar sedang duduk bersama temannya, Xander. Dia meminum anggur secangkir demi secangkir. Xander yang mengamatinya sejak tadi, mau tidak mau menjadi khawatir.
"Marquis yang terhormat, kau baru saja datang ke ibukota. Mengapa bersikap seolah kau depresi? Bukankah Raja menggelar pesta untuk penyambutan mu besok?" kata Xander.
Edgar meletakkan cangkir kosong. Dia menjawab, "Itulah sebabnya aku tidak menyukainya."
Melihat wajah masam Edgar, Xander langsung tahu.
"Ah, jadi benar berita itu."
Edgar menyipitkan matanya, melirik tajam. "Berita apa?"
"Raja menggelar pesta untuk mu karena ingin menjadikanmu menantu."
"Darimana kau tahu?"
Xander tidak peduli dengan lirikan tajam Edgar. "Niat Raja sangat jelas, bagaimana mungkin orang-orang tidak tahu? Penguasa mana yang tidak takut kekuatannya tersaingi? Dia pasti ingin mengikatmu disekitarnya agar lebih mudah dikendalikan."
Edgar mendengus tidak suka. Tetapi dia tidak membantah. Sebaliknya, dia mengalihkan pembicaraan.
"Dimana Elena?"
Xander tercengang. Dia melihat ke sekeliling. Di ruangan pribadi itu hanya ada mereka berdua.
"Benar juga. Aku sudah menyuruhnya untuk datang lebih cepat. Bisa-bisanya dia terlambat, padahal biasanya dia yang paling cepat jika akan bertemu denganmu." gerutu Xander.
Begitu kata-kata Xander jatuh, pintu terbuka. Sesosok wanita cantik melangkah masuk dengan anggun. Wanita itu sangat cantik, dengan makeup yang pas. Bentuk tubuhnya yang sempurna memancarkan aura godaan. Gaunnya berwarna merah cerah kontras dengan kulit putihnya. Leher gaun yang terlampau rendah menyebabkan dadanya yang besar seolah hendak tumpah.
"Aku tidak menyangka bahwa Marquis yang mulia menantikan kehadiran Elena ini." suaranya khas wanita dewasa, membawa sentuhan keseksian. Siapapun yang mendengarnya akan terpesona.
Elena menjatuhkan dirinya tepat disamping Edgar. Wanita muda itu bergelayut manja di lengan Edgar. Edgar sendiri tidak keberatan. Sebaliknya, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya, membawa Elena yang seksi kedalam pelukannya.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (181)

  • avatar
    Patri Ismi

    ceritanya bagus banget kk,, aku udah baca 2 kali ,, keren banget. semangat terus kk, stay healthy and stay happy❤

    15/04/2022

      1
  • avatar
    LutfiatunNaily

    Best banget ceritanya❤ ide yang sangat luar biasa👍👍👍

    06/03/2022

      1
  • avatar
    Nona Mel

    Dari dulu paling suka sama cerita fantasi dan bertema sejarah atau kerajaan2. dan akhirnya ketemu cerita ini. Cintaaaaa banget sm cerita ini.Semangat terus author.. Aku mendukungmu!!!😘😘😘

    19/01/2022

      3
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด