logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Bertemu Pangeran Mahkota

Cheryl mengobrol dengan Emily hingga sore. Wanita muda itu tahu banyak hal, jadi Cheryl memanfaatkan kesempatan itu untuk mengetahui lebih banyak tentang situasi di dunia ini. Ternyata dunia ini tidak jauh berbeda dari dunianya. Jika dia tidak bertemu Edgar Baldwin, mungkin dia akan berpikir bahwa dia terlempar ke masa lalu, bukan ke dalam buku.
Sudah senja saat Cheryl berpamitan kepada Emily. Awalnya, Emily menyarankan agar Cheryl menginap saja. Tetapi Cheryl menolak. Dia merasa tidak nyaman, bagaimanapun, dia sudah menyita waktu orang lain seharian.
"Jika ada waktu, lain kali mampirlah. Aku sangat senang bisa mengobrol denganmu." kata Emily.
"Terimakasih, Emily. Kamu sangat baik. Aku akan datang kesini lebih sering nanti."
Cheryl melambaikan tangannya dengan gembira. Ketika berbalik, dia menabrak sesuatu.
Cheryl mengeluh dan sibuk menggosok hidungnya yang sakit. Dia memelototi sesuatu di depannya. Namun, ketika dia mengetahui sesuatu yang dia tabrak, dia tertegun.
"Apakah kamu baik-baik saja?" pria di depannya bertanya dengan khawatir.
Cheryl tidak menanggapi. Dia benar-benar terpana oleh ketampanan orang didepannya. Jenis ketampanan yang belum pernah dia temui sebelumnya. Kalau boleh lancang sedikit, wajah yang seperti milik orang ini adalah tipe idealnya.
Pria itu melihat ekspresi wajah Cheryl, tidak bisa menahan tawanya. Dia berpikir, wajahnya terlihat seperti kucing ketika melihat ikan.
Pria itu bertanya lagi, "Halo, apakah kamu baik-baik saja?"
Barulah Cheryl tersadar. Melihat pria itu memperhatikannya juga, dia merasa malu.
"Maaf atas ketidaksopanan saya. Saya baik-baik saja." kata Cheryl.
Pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa. Karena kita bertemu di sini secara tidak sengaja, aku pikir ini adalah takdir. Mungkin setelah ini kita akan bertemu lebih sering. Karena itulah, bolehkah aku mengetahui namamu, nona cantik?"
Mendengar betapa fasihnya pria itu berbicara, Cheryl agak was-was. Dia takut pria ini adalah playboy yang ganas. Namun, senyum ramah diwajah tampan itu menghilangkan pertahanan Cheryl dalam sekejap. Dengan sukarela dia memberitahukan namanya.
"Namaku Cheryl."
Pria itu sedikit mengernyit. "Tidak memberitahukan nama belakang? Ah, sepertinya nona adalah gadis yang waspada."
Cheryl tertawa canggung.
"Karena nona tidak memberitahu nama belakangnya, saya juga tidak. Jadi, nona bisa memanggilku Eugene." pria itu juga memperkenalkan diri. Dia bahkan mengulurkan tangannya ke arah Cheryl.
Setelah pria itu menyebutkan namanya, Cheryl agak terkejut. Nama Eugene familiar untuknya. Dia menuliskan karakter utama kedua dengan nama Eugene. Setelah dia mengingat-ingat deskripsi penampilannya, itu hampir identik dengan penampilan pria di depannya. Garis wajah yang tegas namun ekspresinya lembut, alis lurus, sorot mata yang hangat, bentuk bibir yang sempurna, rambut hitam lurus disisir ke belakang dan berpenampilan sangat rapi.
Cheryl gemetar. Jika deskripsi yang dia tulis benar-benar adalah Eugene dihadapannya, maka orang ini adalah Pangeran Mahkota!
Eugene melirik tangannya yang terulur tanpa ada yang menyambut. Dia tidak marah. Sebaliknya, dia malah tertarik melihat ekspresi di wajah Cheryl yang berubah-ubah.
Karena dia tahu siapa orang didepannya, Cheryl sangat ingin menjabat tangan Pangeran Mahkota yang legendaris itu. Namun dia juga takut. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama sebelum pada akhirnya memutuskan untuk mengulurkan tangannya sendiri.
Eugene tersenyum. "Lalu, mulai sekarang kita adalah teman."
Mata Cheryl melebar. Mengapa Pangeran Mahkota memutuskan seenaknya sendiri?
Disaat ini, pelayan pribadi Eugene datang dengan kereta kuda mewah di belakangnya. Kereta itu sungguh mewah dengan dekorasi yang rumit dan ornamen yang berharga. Di bawah sinar matahari senja, warnanya begitu mencolok hingga hampir membutakan mata miskin Cheryl.
Eugene mengalihkan pembicaraan.
"Hari sudah hampir gelap. Kemana Nona Cheryl akan pergi?"
Cheryl juga memperhatikan bahwa langit mulai gelap. Hatinya agak cemas.
"Saya akan pulang."
"Benarkah?" Eugene melirik ke arah Cheryl. "Kebetulan aku juga akan pulang. Apakah Nona Cheryl ingin pulang bersama?"
Terhadap tawaran murah hati dari Pangeran Mahkota, Cheryl sangat bersyukur. Tetapi, dia tidak ingin Pangeran Mahkota mengetahui identitas aslinya. Jadi, dia menolak.
"Saya sangat berterimakasih atas tawaran Tuan. Tetapi, saya takut merepotkan Tuan." Cheryl menggigit lidahnya. Dia mengutuk dirinya sendiri didalam atas kalimat penolakan yang sangat samar. Dia takut Eugene pura-pura tidak mengerti maksudnya dan bersikeras untuk mengantarnya pulang.
Sebelum Eugene berbicara, Cheryl buru-buru berbicara lebih dulu.
"Rumah saya sangat dekat dari sini. Sungguh, tidak perlu mengantar saya." Cheryl bahkan mengangkat tiga jari tangannya, tanda bahwa dia tidak berbohong.
Eugene tidak mengerti maksud dari tiga jadi Cheryl. Tetapi dia bisa melihat keengganan gadis kecil ini.
"Baiklah kalau begitu, aku tidak akan memaksa. Sampai jumpa di lain waktu, Nona Cheryl."
"Sampai jumpa,"
Cheryl menatap langit, sinar matahari terakhir sudah hilang dan hampir sepenuhnya gelap. Kemudian dia bergegas, berlari menyusuri jalan dan menghilang di tikungan.
Eugene masih berdiri di tempatnya sampai dia tidak melihat punggung gadis itu. Senyum hangat di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Dengan wajah datar, dia menaiki keretanya.
Kereta Pangeran Mahkota maju perlahan. Pelayan pribadi Eugene mengikuti di belakang dengan kudanya sendiri.
_
Cheryl kembali ke kediaman kecilnya. Dia agak terkejut melihat beberapa orang tambahan di depan pintu. Wajah orang-orang itu tidak ramah. Salah satu dari mereka, Cheryl mengenalinya sebagai orang yang dia tampar pagi ini. Dia mengerti, orang-orang ini tidak datang dengan niat baik.
Benar saja, sebelum Cheryl menginjak teras, pelayan yang dia tampar pagi itu menunjukkan jari ke hidungnya.
"Lihat wajahnya yang arogan. Dia benar-benar bisa mengangkat tangannya untuk menampar orang lain." pelayan kecil itu berbicara dengan suara melengking.
Kepala pelayan paruh baya yang bersama mereka memiliki wajah garang. Dia menatap Cheryl dengan tatapan merendahkan. Dua pelayan kecil lainnya juga melakukan hal yang sama.
"Kau menampar orang ku, apakah itu benar?" kepala pelayan itu bertanya. Tetapi alih-alih bertanya, nada nya terdengar menuduh.
Cheryl tidak keberatan. Dia meletakkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Itu benar. Ada masalah?" Suara Cheryl mantap, tanpa ada rasa takut.
Kepala pelayan mengerutkan keningnya. Dia berkata,
"Tentu itu masalah. Menampar seseorang tanpa sebab adalah kejahatan."
Cheryl memutar matanya. "Kejahatan, ya? Alih-alih kejahatan, yang kulakukan sebenarnya adalah mendisiplinkan pelayan. Apakah salah? Seharusnya tidak. Lagi pula jika dibandingkan, membiarkan anggota keluarga kerajaan kelaparan, bukankah itu kejahatan yang sesungguhnya?"
Kata-kata Cheryl begitu lancar hingga membuat para pelayan kecil tercengang. Bahkan kepala pelayan agak heran.
"Mendisiplinkan pelayan kecil adalah tugas saya. Anda tidak perlu ikut campur."
Cheryl mendengus. "Kepala pelayan benar-benar ingin mengejar masalah ini. Lalu, apa yang ingin kamu lakukan padaku? Balik menamparku?"
Ketiga pelayan kecil merasa kesal dengan Cheryl. Mereka bergegas mengangkat tangan mereka, ingin menampar Cheryl.
Cheryl tidak ingin diintimidasi seperti ini. Dia mengambil kayu bakar yang diletakkan di teras, menggunakannya untuk memukuli mereka terlebih dahulu.
Pelayan kecil itu berteriak dengan menyedihkan. Cheryl tidak menahan kekuatannya, jadi mereka benar-benar terluka.
Cheryl mengacungkan kayu berdarah di tangannya ke arah kepala pelayan. Dia berbicara dengan nada yang sengit.
"Aku bukan lagi orang lemah yang diam saja ketika diintimidasi. Kukatakan padamu, meskipun statusku rendah untuk ukuran seorang Putri, namun masih jauh lebih tinggi dibandingkan denganmu yang seorang pelayan. Heh, ingin membalasku hanya karena satu tamparan kecil? Ayo, majulah. Aku tidak takut."
Kepala pelayan melihat Cheryl yang gila, agak takut untuk pertama kalinya. Putri di depannya jelas-jelas adalah orang yang sama, tapi auranya berbeda. Bukan hanya dia menumbuhkan keberanian, Putri ini juga tahu cara menghina. Kepala pelayan mengisyaratkan agar ketiga pelayan lainnya bangun. Dia menatap Cheryl sebentar, berbicara dengan kaku.
"Kami bisa saja melaporkan hal ini kepada Ratu, tapi mengingat identitas anda, kami tidak ingin mempersulit." Sebelum pergi, dia tidak lupa untuk mengancam.
Selepas mereka pergi, Cheryl menghela nafas lega. Sebenarnya, dia takut. Jika kepala pelayan benar-benar memutuskan untuk melawannya, mungkin dirinya sendiri yang akan dirugikan. Cheryl membuang kayunya dan masuk ke rumah dengan lesu.
Cheryl segera mandi dan merapikan beberapa hal. Dia naik ketempat tidur. Tiba-tiba, dia mendengar suara ketukan di pintunya.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (181)

  • avatar
    Patri Ismi

    ceritanya bagus banget kk,, aku udah baca 2 kali ,, keren banget. semangat terus kk, stay healthy and stay happy❤

    15/04/2022

      1
  • avatar
    LutfiatunNaily

    Best banget ceritanya❤ ide yang sangat luar biasa👍👍👍

    06/03/2022

      1
  • avatar
    Nona Mel

    Dari dulu paling suka sama cerita fantasi dan bertema sejarah atau kerajaan2. dan akhirnya ketemu cerita ini. Cintaaaaa banget sm cerita ini.Semangat terus author.. Aku mendukungmu!!!😘😘😘

    19/01/2022

      3
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด