logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bagian 66

Bab 66
Noah sampai di rumah sekitar pukul enam sore. Dari atas balkon kamar, Clara diam-diam memantau sang suami yang baru saja turun dari mobil. Begitu langkah kaki Noah sudah melangkah menuju pintu masak, Clara segera berlari masuk ke kamar.
Clara terlihat panik sampai mendesis beberapa kali dan berpindah-pindah posisi.
"Sebaiknya aku pura-pura apa ya?" kata Clara sambil gigit jari.
Ketika terdengar suara langkah teratur di luar sana, Clara lantas melompat ke sofa lalu meraih remot dan menyalakan televisi. Clara berdehem lalu duduk bersandar seolah sedang menikmati acara yang sedang tayang.
Ceklek!
Degh! Jantung terasa hendak mau berhenti. Clara masih menggigit bibir dan enggan untuk menoleh.
Grep!
Saat pintu tertutup, Clara memberanikan diri menoleh.
"Kau sudah pulang?" Clara berdiri mencoba bersikap biasa saja. "Maaf aku terlalu fokus menonton tv." Kemudian Clara meraih tas kerja Noah.
Noah pura-pura acuh dengan tampilan Clara saat ini meski sesunggunya ia sudah menelan saliva. Belahan itu sedang menggodanya.
"Biar kubantu," kata Clara. Dua tangannya meraih dasi biru yang melingkar pada leher, lalu beralih melepas kemeja.
"Sepertinya dia tidak tertarik padaku?" batin Clara saat merasa tidak ada reaksi apapun dari Noah.
Clara tidak tahu saja kalau Noah sudah menahannya dari tadi.
"Duduklah," pinta Noah saat Clara kembali usai meletakkan pakaian kotor dalam keranjang.
Mencoba setenang mungkin, Clara pun ikut duduk.
"Kau mau langsung mandi atau bagaimana?" tanya Clara.
"Sebentar dulu," sahut Noah sambil merangkul pundak Clara hingga jatuh dalam pelukan.
"Uh! Kau bau keringat," Clara berniat menggoda. Ia mencapit hidung dengan dua jari dan memasang wajah seolah merasa jijik.
"Kau ini!"
Pletak!
Satu jitakan kembali mendarat pada kening Clara. Saat itu juga Clara meringis lalu memeluk Noah dan menempelkan sebagian wajah di dada bidang itu.
Sebaiknya aku bicara sekarang.
"Noah,"
"Hm."
"Hei!" pekik Clara tiba-tiba saat merasa ada yang janggal.
"Apa?" Noah menunduk.
"Sepertinya aku merasa kurang pantas memanggilmu dengan sebutan 'Noah'."
"Memang," sahut Noah enteng.
Clara memanyunkan bibir sekejap.
"Sebaiknya panggil aku 'suamiku' atau 'sayangku'. Itu akan lebig bagus didengar kan?" sambung Noah.
Clara terdiam seolah sedang berpikir.
"Suamiku," Clara mencobanya. Saat kata pendek itu selesai terucap, Clara mengatupkan bibir membentuk garis lurus. Ingin rasanya tertawa.
"Nah, begitu lebih bagus," jawab Noah. "Mungkin juga aku akan memanggilmu 'sayang'."
Akhirnya Clara tersenyum. "Coba lakukan?"
"Aish! Aku gerah, sebaiknya aku mandi." Tiba-tiba Noah menggeser Clara lalu berdiri.
"Noah!" geram Clara sambil menjerit tertahan. "Kau!"
Clara hanya tertawa lalu berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Di sini, Clara sudah merengut dan menghentak-hentakkan kaki beberapa kali.
"Sialan! Akan kumakan nanti malam dia!" kata Noah sembari membuka resleting celana.
"Aku sampai merasakan sesak di sini. Dia sungguh pandai membuat otakku mengepul!"
Noah memutar kran air begitu sudah melepas semua pakaiannya. Air dingin yang mengguyur memberi hawa sejuk dalam diri. Kalau dalam keadaan tidak gerah seharian bekerja, mungkin Clara sudah habis dimangsa sedari tadi.
Clara terbangun usai lelah karena merengut dikerjai Noah. Dia berjalan menuju ruang ganti untuk menyiapkan pakaian. Setelah itu, Clara meraih jubah piama yang belum sempat ia pakai.
Clara berjalan keluar sambil mengimat tali piama.
"Aku lapar," celetuknya sambil terus berjalan.
Sampai di depan anak tangga menuju ke bawah, Clara menghentikan langkah. Clara memunduk mengamati tampilannya saat ini.
"Sepertinya terlalu terbuka kalau aku pakai piama seperti ini. Di rumah ini kan banyak penghuni."
Clara angkat bahu lalu berbalik badan kembali ke kamar. "Sebaiknya aku panggil Mela saja nanti."
"Lho, kau dari mana?" tanya Noah saat Clara kembali masuk.
"Aku mau makan, tapi sepertinya pakaianku terlalu terbuka," sahut Clara.
"Benarkah?" Noah mengerlingkan mata lalu dengan cepat meraih pinggang Clara. "Kurasa tidak."
"Kau jangan membuatku takut," celetuk Clara. "Aku akan kewalahan setelah ini."
Noah sontak tertawa mendengar celotehan sang istri. Clara seperti sudah paham dan mengerti. Rasa malu-malu pun tekadang hilang begitu saja.
"Kau sendiri yang memulainya." Noah membopong Clara munuju ranjang.
Apa yang akan dilakukan Noah, Clara tidak mungkin menolak. Selain karena kewajiban, Clara selalu menikmatinya.
"Lihat, kau selalu membuatku lelah," celetuk Clara dengan napas terengah-engah setelah semuanya usai.
Noah lagi-lagi hanya tertawa. Detik berikutnya, mereka terdiam memandangi langit-langit kamar. Sama-sama mengatur napasnya yang masih berderu di balik selimut yang menutupi sebagian tubuh mereka.
"Sayang," panggil Clara.
Noah spontan menoleh. "Apa?"
"Apa aku boleh minta sesuatu?"
Kening Noah berkerut. "Boleh."
"Lusa, aku ada acara reuni. Kalau kau mengijinkan aku akan pergi bersama Megan."
"Reuni?" Noah nampak membulatkan mata dan segera memiringkan badan menghadap Clara. "Aku paling tidak suka dengan acara itu."
Clara mulai memasang wajah cemberut. "Aku tidak enak dengan Megan. Dia yang mengajakku."
"Kau pasti berniat bertemu mantan kekasihmu kan?" Noah menyentil hidung Clara.
"Astaga, aku bahkan tidak pernah menjalin kasih dengan seseorang. Bagaimana bisa aku punya mantan?"
"Benarkah?" Noah menyangga kepala dengan satu tangan. "Aku tidak percaya."
"Itu terserah kau saja mau percaya atau tidak." Clara membuang muka ke arah langit-langit lagi.
Noah mengulum senyum lalu merangkulkan satu tangan di atas perut Clara yang masih polos. Di sana Noah mengusap-usap membuat Clara menggelinjang.
"Berhenti melakukan itu. Geli!" sembur Clara. Wajah Clara merengut datar.
"Jam berapa acara di mulai?" tanya Noah. Di bali selimut jemarinya tengan memutark pusar Clara tanpa peduli Clara sudah melotot.
"Aku tanya, jam berapa acara di mulai?"
"Pukul tuju malam," jawab Clara.
"Kau boleh datang jika aku yang mengantarmu. Bagaimana?"
"Sungguh?"
Clara secepat mungkin memiringkan badan menghadap Noah. Clara kemudian mengangguk setuju.
"Dan satu lagi. Jam sembilan aku sudah akan menjemputmu."
"Oke." Clara mulai kegirangan hingga melompat di atas tubuh Noah dan memeluknya dengan erat.
Dari bawah, Noah tersenyum lalu mengusap-usap punggung Clara dengan lembut. Momen ini begitu luar biasa untuk Noah.
"Sayang," kata Clara sambil tiba-tiba terduduk di atas paha Noah. "Aku lapar."
Noah tertawa. "Pakailah bajumu dulu. Biar aku ambilkan di bawah."
Clara perlahan turun dan duduk di atas ranjang. Ia meraih piamanya yang berserakan di tepi ranjang lalu memakainya lagi.
Saat Noah selesai memakai jubah piama, Ia berjalan keluar. Clara terus memandangi punggung sang suami sampai tak terlihat lagi.
"Kuharap dia akan selalu seperti ini padaku," kata Clara. "Apapun yang terjadi, aku akan tetap berjuang jika suatu saat Chloe datang mengganggu. Aku tahu dia tidak akan menyerah begitu saja."
Clara kemudian turun dan berpindah duduk di sofa kembali menikmati acara yang tayang di televisi.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (524)

  • avatar
    Widya

    cerita menarik jngan pernah bosen untuk trus update y kk stiap hari ceritanya habis smpai tamat biar tdk penasaran endinya 😊

    20/01/2022

      2
  • avatar
    SayaBukan

    keren kak ceritanya, gk ngebosenin & bikin penasaran untuk baca setiap bab nya..sukses terus kak😊 ditunggu lanjutan ny ya kak SEMANGATTT😀

    18/01/2022

      0
  • avatar
    renatasariatin

    Kali pertama membaca langsung tertarik dgn sosok Noah.Sosok yg memiliki karakter kuat.kebanyakan wanita mmg menyukai karakter ini.apalgi tampan dan kaya raya.msh penasaran dengan kelanjutannya.Akan ku luangkan waktu disela kesibukan utk melanjutkan membaca novel ini.demi Noah...😀

    16/01/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด