logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Sad Wedding Bagian 6

Seminggu sudah Vina dan Radit tinggal di rumah orang tua Radit. Sampai saat ini, tidak ada kemajuan yang positif dari sifat Radit terhadap Vina. Bahkan belakangan ini Radit pulang larut malam dan pergi di pagi-pagi hari sekali.
Vina hanya sekali melihat Radit yaitu ketika tengah malam dia terbangun dan melihat Radit yang juga sedang terlelap di sebelahnya. Dan itu pun tidak di setiap malamnya.
"Vina, Radit sudah pergi juga?" Tanya Mom sembari menuangkan teh ke dalam gelas Dad.
"Iya, Mom." Jawab Vina.
"Pa, apa ada masalah yah dengan perusahaan Radit? Belakangan ini dia selalu pulang larut malam dan kembali pergi di pagi buta." Ucap Mom sembari menarik kursinya.
Dad melipat koran yang sebelumnya dia baca dan meletakkannya di atas meja.
"Tidak, Ma. Perusahaan dia baik-baik saja. Siang nanti Papa akan ke perusahaan dia. Mungkin ada hal yang harus diurusnya makanya dia terlihat sibuk belakangan ini." Ucap Papa Radit lalu meminum teh yang disajikan di atas meja untuknya.
"Oh Papa mau ke sana. Kalau gitu nanti Mama sama Vina mau ke sana juga. Sekalian Mama sama Vina mau mengantarkan makan siang untuk Papa dan juga Radit." Ucap Mom,"kamu bisa kan, Vina?"
"Bisa, Mom." Ucap Vina.
Setelah berbicara sebentar, Vina kembali ke kamarnya. Berganti baju untuk pergi ke rumah sakit sebentar.
"Vina nanti siang Mom jemput kamu yah." Ucap Mom sebelum Vina pergi.
"Iya, Mom." Ucap Vina dan berpamitan sembari mencium kedua pipi mertuanya sebelum akhirnya dia pergi.
Sesampainya di rumah sakit, Vina langsung dihampiri oleh 2 orang suster yang berlari ke arahnya.
"Ada apa?" Tanya Vina.
"Bu Dokter, pasien di ruangan 350 tak sadarkan diri setelah beberapa kali kejang-kejang." Ucap salah satu suster itu.
Vina langsung menuju ruangan yang di maksud itu dan membawa pasien yang dimaksud ke dalam ruangan ICU karena kondisinya yang semakin parah.
Saat siang harinya, Madi mendatangi Vina di ruangannya.
"Wah itu apa?" Tanya Vina sembari memasukkan jas dokternya ke dalam lemari yang ada di ruangan ini.
"Bubur kesukaan kamu." Ucap Madi dan meletakkan bungkusan yang dibawanya di atas meja.
"Ayo makan sama." Ucap Madi sembari membuka bungkusan bubur itu.
Yang dibawa Madi adalah bubur ayam. Bubur kesukaan Vina. Awalnya Madi tidak menyukai bubur ayam. Namun karena sering melihat Vina yang memakan bubur itu dengan lahap, membuatnya juga ingin mencobanya. Dan lambat laun, akhirnya Madi menyukainya juga.
Di sela-sela makan mereka, ponsel Vina berbunyi. Vina mengambil ponselnya dan melihat nama penelepon di layarnya.
"Iya, Mom." Ucap Vina.
Tak lama Vina kembali meletakkan ponselnya di atas meja.
"Ada apa, Vin?" Tanya Madi sembari memakan bubur yang ada di depannya.
"Mama Radit menelepon dan menyuruhku untuk bersiap karena beliau sudah di jalan." Ucap Vina.
"Mau pergi?" Tanya Madi.
"Iya. Mau ke perusahaan Radit." Ucap Vina.
Vina dengan cepat menghabiskan bubur di depannya. Bagaimana pun keadaannya, Vina tidak pernah meninggalkan bubur ayam yang disajikan padanya. sayang rasanya meninggalkan buburnya itu.
"Pelan-pelan, neng. Kebiasaan." Ucap Madi sembari mengambil tisu dan memberinya kepada Vina.
"Hm," ucap Vina.
Tak lama bubur itu pun habis dimakan Vina.
"Vin, jika ada orang yang mengungkapkan perasaannya padamu, apa responmu?" Tanya Madi setelah dia pun selesai makan.
"Seseorang? Mana mungkin ada. Aku kan sudah punya suami." Ucap Vina.
"Yah walaupun seseorang itu berani mengungkapkannya." Ucap Madi.
"Yah aku bangga padanya karena dia sudah berani jujur mengungkapkan perasaannya walaupun dia tau kalau aku sudah memiliki suami." Ucap Vina.
Madi terdiam. Terhanyut dalam pikirannya.
Apa dia akan mengungkapkan semuanya sekarang? Apa ini waktu yang tepat buat semuanya?
Drrtt..drrttt.... Handphone Vina kembali berbunyi. Ah sepertinya Mama mertuanya sudah di depan.
"Madi, Mama Radit sudah tiba. Aku pergi dulu yah." Ucap Vina.
Sebelum meninggalkan Madi, Vina mencium pipi Madi. Yah, terkadang Vina suka mencium pipi Madi, dan begitu juga sebaliknya. Ciuman sebagai sahabat tentunya.
"Hai, Mom." Sapa Vina dan masuk ke dalam mobil.
15 menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di depan gedung perusahaan besar milik Radit.
"Mom mau ke tempat Dad dulu ya. Kamu mau langsung ke ruangan Radit atau ikut sama Mom?" Tanya Mom.
"Sama aja deh, Mom." Ucap Vina sembari menekan tombol nomor di bagian pinggir pintu lift.
"Ah, maaf ternyata masih ada tamu." Ucap Mom dan menutup kembali pintu ruangan yang sempat dia buka tadi.
5 menit kemudian, Dad keluar dengan 2 rekan kerjanya. Setelah kedua rekan kerja Dad pergi, mereka masuk ke ruangan itu. Ruangan yang memang tadinya digunakan saat mereka mengadakan rapat.
"Ma, kamu nanti pulang duluan saja karena Papa habis ini ada janji dengan rekan bisnis Papa tadi. Ini saja Papa tidak sempat makan di sini." Ucap Dad. Mendegar itu Mom tiba-tiba cemberut.
"Tenang. Papa makan kok makanan yang Mama bawa. Yaudah, ayo keluar. Mama mau ke ruangan Radit juga kan? Ayo, Vin." Ajak Dad sembari merangkul Mom yang cemberut.
Sebelum pergi, Dad mencium kening Mom lalu pergi mendahului Vina dan Mom karena beliau sudah ditunggu.
"Maaf, Bu, Anda tidak boleh masuk." Ucap sekretaris Radit sembari menghalangi mereka yang hendak membuka pintu ruangan Radit.
Vina melihat sekretaris itu dari atas sampai bawah. Apa seperti ini cara berpakaian seorang sekretaris? Tanyanya dalam hati.
Menggunakan rok yang dapat dikatakan terlalu pendek dan juga ketat, apa dia tidak tahu jika saat ini dia sedang dalam bekerja. Ah sangat tidak cocok cara berpakaian seperti ini.
Vina juga melihat Mom yang kebetulan juga memperhatikan sekretaris itu dari atas sampai bawah. Ekpresi yang ditangkap dari wajah Mom adalah ketidaksukaannya.
"Oh kamu sekretaris barunya. Pantas kamu belum tau saya siapa? Saya adalah Ibu dari bosmu." Ucap Mom memperkenalkan dirinya.
Bukannya minggir, malah tetap berdiri di depan pintu, dan itu sangat menghalangi Mom dan Vina yang mau masuk.
"Tetap Anda diperkenankan untuk masuk. Pak Radit sedang tak ingin diganggu." Ucap sekretaris itu.
"Benarkah? Tapi saya tidak peduli. Lagian apa yang dia kerjakan di jam makan siang seperti ini?" Ucap Mom sembari berjalan tanpa mengindahkan sekretaris itu menghalangi langkahnya,"ah iya, apa kamu tidak diberi tahu tata cara berpakaian di perusahaan ini? Dilarang keras berpakaian minim!" Lanjut Mom dengan penuh penekanan dan membuat sekretaris itu terdiam di tempat.
"Minggir." Ucap Mom sembari menggesernya.
"Sesuai perintah Pak Radit, dia sedang tak ingin diganggu. Tidak peduli siapapun tamunya." Kembali sekretaris itu menghalangi jalan kami.
Ah tidak menyerah juga dia rupanya.
"Minggir atau saya akan memerintahkan Radit untuk memecatmu segera." Ucap Mom dan akhirnya sekretaris itu pun minggir dan memberi jalan buat kami.
Terlihat wajah ketidaksukaannya melihat kedatangan Mom dan Vina.
Cklek. Pintu itu pun terbuka.
Ketika melihat ke depan, kontas saja Mom dan Vina terkejut melihat pemandangan di depannya.
Brukk.. benda yang ada digenggam Vina pun terjatuh dengan bebas begitu saja di lantai. Sebagian isinya pun ikut keluar.
Suara benda jatuh itu pun menyadarkan Radit dengan wanita yang sebelumnya tengah naik-turun di depannya. Wanita itupun memutar balik badannya dan melihat Vina dan Mom di belakang.
Keterkejutan itu pun membuat Radit dengan cepat menurunkan Devy-yah wanita itu adalah Devy- dari pangkuannya dan memasukkan kembali celananya yang sempat turun sampai sebatas lutut.
Berbeda dengan Devy, dia sama sekali tidak mengenakan apapun. Pakaiannya semua tercecer di atas lantai.
Kebetulan pakaian Devy berada tak jauh dari Mom. Dengan perasaan marah, Mom mengambil pakaian itu dan berjalan cepat ke arah Radit dan Devy.
Bukk.. Mom melemparkan pakaian itu tepat di muka Devy.
"Dasar wanita jalang! Pakai pakaianmu!" Ucap Mom dan mendorong Devy masuk ke toilet.
Plakk.. plakk.. Mom dengan kerasnya menampar Radit, terlihat saat tamparan itu mengenai wajahnya, wajahnya pun terikut dengan dorongan tamparan itu.
Radit memegang pipinya yang terkena sasaran mentah dari Momnya sendiri.
Dia terkejut melihat Momnya. Ini kali pertamanya dia ditampar oleh Momnya. Sebelumnya, semarah apapun Mom padanya, tidak pernah Mom bermain tangan untuk menghajarnya.
Vina bergedit nyeri saat melihat Mom menampar Radit. Air matanya pun jatuh melihatnya. Dia tak tega melihat Radit ditampar oleh Mom. Itu rasanya pasti sakit sekali, dia juga pernah merasakannya.
"Mom." Ucap Radit.
Plaakkk... Mom menamparnya lagi. Tatapan Mom sulit untuk diartikan. Yang jelasnya, Mom marah besar dan sangat kecewa melihat kelakuan anak kebanggaannya dan kesayangannya ini.
"Keluar kau dari dalam situ, wanita jalang!" Ucap Mom dengan kemarahan yang ditahannya.
Pintu toilet itu pun terbuka dan menampakkan Devy yang kini sudah mengenakan pakaiannya.
Ah sama saja, pakaian yang dipakainya pun sangat minim. Sama saja seperti telanjang, hanya bagian tertentu saja sedikit tertutupi.
Plakkk... Mom menampar wajah wanita itu.
Vina langsung mendekati Mom ketika melihat Mom hendak menampar lagi Devy.
"Mom sudah. Tahan emosi, Mom." Ucap Vina.
"Mom tidak bisa menahan emosi jika sudah begini. Kedua manusia di depan ini memang tidak tau malu. Seperti tidak dididik. Dan kamu yaRadit, Mom kecewa sama kamu. Selama ini Mom dan Dad menyekolahkanmu tinggi-tinggi, ternyata kelakuan kamu sama seperti anak yang tidak dididik. Jika Dad kamu tahu mengenai ini, Mom pastikan dia akan marah besar." Ucap Mom dengan jari telunjuknya yang tak hentinya menunjuk ke arah Radit.
Radit langsung melihat Mom saat Mom mengatakan dia manusia yang tidak tau malu.
"Hooo, jadi ini penyebab kenapa sekretaris kamu memberitahu bahwa kamu tidak bisa diganggu? Bahkan siapapun tamunya, kamu tidak peduli. Yang jelasnya kamu sedang tidak ingin di ganggu. Mom kira kamu lagi ngapain, eh ternyata lagi asoy-asoy, gitu? Hebat! Kamu memang hebat, sayang. Mungkin hanya gempa yang bisa memisahkan kegiatan kalian tadi yah?" Ucap Mom sembari memberi tepukan kecewa pada Radit.
"Dan ini juga penyebab kenapa kamu pulang larut malam dan kembali pergi di pagi buta? Pantesan yah, ada simpanan kenikmatan di sini." Sindir Mom sembari melihat dengan tatapan sinis pada Devy.
"Mom, bukan itu--"
"Bukan apa, Radit? Bukan salah lagi? Dan kamu wanita jalang, mau berapa kali saya beritahu, jahui Radit. Kamu tidak pantas untuk anak saya. Kamu tahukan dia sudah punya istri? Kenapa masih di dekati? Selain menjadi wanita pemuas, kamu juga sebagai wanita penghancur rumah tangga orang juga ya? Banyak sekali profesi kamu." Ucap Mom sembari menunjuk Devy.
Seolah tidak terima dengan apa yang diucapkan Mom pada wanita yang dicintainya, Radit pun kembali membuka suara.
"Mom, berhenti mengatai Devy seperti itu. Dia tidak seperti apa yang ada di pikiran Mom. Asal Mom tahu saja, Devy bahkan jauh lebih baik dari wanita itu." Radit menunjuk ke arah Vina yang menangis melihat kejadian di depannya itu. "Aku kenal lama dengan Devy dan aku sudah tahu bagaimana dia. Tidak sepantasnya Mom mengatainya seperti itu." Ucap Radit memberi pembelaan.
Mom menamparnya lagi, sebelum Mom menampar Radit untuk keberapa kalinya, Vina menghalangi tangan Mom.
"Hikss, Mom, berhenti. Jangan tampar dia lagi." Ucap Vina di tengah tangisnya.
Vina berjalan ke arah Radit dan memegang pipi Radit.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Vina.
Bukannya berprilaku baik, Radit malah mendorong Vina sampai akhirnya Vina terjatuh dan kepalanya terantuk dengan sofa.
"Anak kurang ajar! Kami tidak ada mengajarimu untuk bermain kasar dengan wanita." Ucap Mom semakin marah melihat kelakukan Radit tadi.
"Mom tidak tau siapa dia sebenarnya." Ucap Radit dengan nadanya yang sedikit tinggi.
"Sudahlah Radit, kamu mau membela wanita jalang ini lagi? Mom kecewa sama kamu. Amat teramat kecewa. Mom bahkan menyesal membesarkanmu jika pada akhirnya kelakuanmu seperti ini. Jika Mom tau akan mempunyai anak bejat sepertimu, Mom memilih tidak mempunyai anak sama sekali!" Ucapan Mom yang sangat menusuk hati Radit.
"Vina, ayo kita pulang, sayang." Ucap Mom lembut pada Vina yang tengah menangis ini.
Mom memegang kedua bahu Vina dan membantu Vina berdiri. Vina terlihat sangat lemas, lemas melihat kejadian tadi dan sakit di bagian hatinya.
Mom dengan menggandeng Vina keluar dari ruangan ini.
"Akhh!! Sial!!" Teriak Radit ketika melihat Mom dan Vina sudah menghilang di balik pintu.
"Mira!" Teriak Radit.
Seolah mendengar teriakan bosnya, Mira sang sekretaris pun berjalan memasuki ruangan bosnya dengan hati was-was.
"Kau bodoh atau apa?! Aku kan sudah katakan, jangan ada masuk. Tanpa terkecuali!" Ucap Radit dengan emosinya.
Sedangkan sekretarisnya hanya diam.
"Kau bisu?!" Tanya Radit kesal.
"Maaf, Pak. Tadi saya sudah melarangnya, hanya saja Ibu itu tetap mencoba masuk." Jawab Mira.
"Ya kau larang. Kau ditugaskan untuk mematuhi perintahku. Kalau aku katakan tidak mau diganggu, ya kau harus menurutinya. Mau siapapun itu! Akh! Nilai bahasa indonesia kau berapa selama bersekolah?" Ucap Radit sangking kesalnya.
"Maaf, Pak. Saya sudah melarangnya, namun jika saya tidak memberi mereka jalan, Ibu Pak Radit akan memecat saya," ucap Mira.
"Kau bekerja sama siapa? Kau di gaji sama siapa?" Tanya Radit.
"Pak Radit."
"Nah kau tau. Yang berhak memecatmu hanya aku. Dasar bodoh! Sudah pergi kau sebelum aku berpikir akan memecatmu." Ucap Radit.
Mira pun keluar dengan perasaan yang lega karena tidak dipecat.



Semenjak pulang tadi, Vina terus menangis di dalam kamarnya. Dia juga tidak mau keluar. Mom yang melihat menantunya seperti itu, membuatnya merasa bersalah atas perbuatan bejat anaknya.
"Vina, bisa Mom masuk?" Tanya Mom di luar sana.
Sebelum membukaan pintu, Vina menghapus air matanya dan berjalan membuka pintu.
"Masuk, Mom." Ucap Vina dan berusaha tersenyum.
"Maafin Radit yah. Kamu jangan menangis terus dong entar kamu sakit." Ucap Mom lembut sembari mengusap-usap rambut Vina.
"Iya, Mom." Ucap Vina dan mencium pipi Mom.
Tiba-tiba dia kangen dengan Mamanya yang kini sedang di luar negri. Yah, mungkin dalam waktu yang lama kedua orang tuanya akan tinggal di luar negeri.
Untuk mengobati sedikit rasa kengennya kepada Mamanya, Vina memeluk Mom. Merasakan hangatnya pelukan sang Mama mertua yang mampu meringankan walau sedikit beban pikirannya.
"Ah itu Dad sudah tiba. Mom mau ke bawah dulu ya. Kamu berhenti dong nangisnya, sayang." Ucap Mom sembari mengusap mata Vina.
Setelah Mom keluar, Vina mengambil sepotong roti yang kebetulan ada di atas meja riasnya. Mengisi sedikit perutnya.
Tak lama, Mom memanggilnya dan menyuruhnya untuk turun ke bawah.
Mereka berkumpul di ruang keluarga menunggu Radit pulang dari kantornya.
Namun tak lama suara deru mobil terdengar memasuki rumah mewah ini, semua tau pasti itu adalah Radit.
Vina tak sanggup rasanya harus berhadapan dengan Radit saat ini. Dia mengira dia adalah istri yang tak berguna, yang tak bisa melayani suaminya dengan baik sehingga suaminya bermain dengan wanita lain diluar sana.
Yah kenyataannya tidak sepenuhnya salah Vina. Sampai saat ini mereka belum pernah melakukan hal yang biasa dilakukan suami-istri.
Ketika Radit memasuki rumah, Radit menyapa kedua orang tuanya dan berlenggak jalan menaiki tangga. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Radit kembali ke sini." Ucap Dadnya tegas.
Radit sudah mengira pasti Dadnya sudah mengetahui permasalahan tadi. Yah dia tak mau dikatakan pengecut, dia pun kembali ke ruang keluarga.
"Duduk." Ucap Mom.
"Jelasin semuanya Radit." Ucap Dad dengan tegasnya.
"Tadi Devy datang ke ruangan Radit dan langsung saja dia menyerang Radit." Ucap Radit yang Vina tau pasti itu bohong.
Tidak mungkin Devy datang 'menyerang' Radit jika Radit sendiri tidak menikmatinya. Jelas tampak saat mereka bercumbu dan Radit kelihatan menikmatinya.
"Tapi kamu menikmatinya Raditya Putra Melvirona." Ucap Mom dengan menyebut lengkap nama anaknya.
Ucapan Mom tadi membuat Papa semakin panas dan juga tidak menyangka bahwa anak yang dididiknya dari kecil bisa tumbuh menjadi lelaki brengsek.
Tanpa sadar, tangan Dad melayang di kedua pipi Radit secara bergantian dan membuat bibir Radit seperti mengeluarkan cairan asin.
"Dad, dengar dulu penjelasan Radit. Jangan asal ambil keputusan menampar saja. Seharusnya bertanya apa penyebab Radit menjadi seperti itu." Ucap Radit sembari ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Vina nyeri melihat tamparan Papa Radit itu.
"Apa yang menyebabkan kamu seperti itu?" Tanya Papanya.
"Radit seperti itu karena wanita yang Mom dan Dad jodohkan itu tidak ada gunanya. Dia hanya bisa menghacurkan hidup Radit. Andai kalian tau apa yang telah dilakukan dia di masa lalu Radit. Radit yakin kalian juga akan beranggapan sama seperti Radit." Ucap Radit langsung dengan nada suara yang meningkat.
Dad dan Mom pun terkejut melihat Radit yang berbicara seperti ini. Memang di dalam keluarga ini, Radit terkenal dengan anak yang baik dan nurut dengan orang tua, jadi pantas saja jika kedua orang tua Radit terkejut melihat anaknya berbicara dengan lantangnya.
Tanpa sadar, Papa melayangkan tamparan lagi ke kedua pipi Radit. Membuat luka di bibirnya semakin terkuak saja.
"Jaga ucapan kamu, Radit! Dad dan Mom sudah mengenal kedua orang tuanya. Dia berasal dari keluarga baik-baik. Tak sepantasnya kamu berbicara seperti itu." Ucap Dad.
"Puas, Dad? Tampar lagi. Asal Mom dan Dad tau, perilaku orang tua tak selamanya menurun sepenuhnya ke anak." Ucap Radit dengan suara yang tinggi lalu meninggalkan ruangan ini menuju kamarnya yang berada di lantai 2.
Radit sengaja pergi dari ruangan itu, karena dia tidak mau membuat Dadnya semakin marah dan penyakit Dadnya kambuh.
Sebenarnya Radit tidak mau berbicara sekasar itu kepada kedua orang tuanya karena dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Orang tua yang sudah membesarkannya dan mendidiknya hingga dia menjadi orang seperti saat ini.
Buarrrrrr... Radit menutup pintu kamar itu dengan membantingnya.
" Akkhh! Sial. Ini semua gara-gara wanita sialan itu." teriak Radit dengan meremas kepalanya.
Kejadian ini membuat kebenciannya semakin besar terhadap Vina.



Kurang lebih 3 jam setelah kejadian itu, Radit tak keluar kamarnya bahkan saat makan malam tadi dia tidak ada.
Walaupun Mom masih sangat kecewa dengan Radit, ternyata dia masih sangat meng-khawatirkannya, biar bagaimana pun Radit tetaplah anaknya dan tidak mungkin seorang Mama membiarkan anaknya begitu saja.
Sedangkan Vina, dia hanya diam. Bayangan kejadian yang dia lihat di kantor tadi masih terngiang-ngiang di otaknya.
Tok ... tok ... tok ... Mom mengetuk pintu kamar Radit sambil memegang sepiring nasi dan juga minum untuk makan Radit. Radit mendengar ketukan itu tapi dia hanya diam saja.
"Radit, ini Mom. Mom membawakanmu makan malam." Ucap Mom.
Radit sama sekali tidak merespon Momnya yang berbicara tadi. Tidak mendapatkan respon, Mom membuka pintu yang ternyata tidak terkunci.
Mom melihat Radit yang sedang mengkompers luka yang ada di sudut-sudut bibirnya. Ingin sekali Mom mengobati luka itu, namun rasa kecewanya lebih besar.
Setelah meletakkan bakul berisi nasi dan air putih itu, Mom berjalan keluar.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Mom dan Dad pun sudah masuk ke kamar mereka.
Vina keluar dari kamar mandi dan mendapati Radit yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam membuat Vina menundukkan wajahnya tanpa berani menatap Radit.
Plak ... plak ... Tamparan melayang di kedua pipi Vina lalu Radit pun mencengkram wajah Vina menimbulkan rasa sakit di sekitar wajahnya.
"Hai wanita jalang! Puas kau? Puas sudah membuat Mom dan Dad kecewa padaku?" Bentak Radit sambil mempererat cengkramannya di wajah Vina membuat Vina memekik kesakitan.
"Itu semua salah kamu. Tidak sepantasnya kamu berbuat seperti itu. Kamu sudah menikah. Sudah mempunyai istri." jawab Vina dengan keberaniannya membuat Radit semakin emosi lalu menjambak rambut Vina dan menyeretnya menuju kamar mandi.
"Kau kira aku selera dengan tubuhmu? Mau secantik apapun tubuhmu, di mataku tidak ada apa-apanya." Ucap Radit sambil mencelupkan wajah Vina di bak mandi yang ada di kamar mandinya. Membuat Vina termangap-mangap gara-gara ini.
"Berhenti. Berhenti." Ucap Vina di sela-sela tangisnya yang diabaikan oleh Radit. Dicelupkan berulang kali membuatnya kehabisan oksigen.
"Berhenti? Jadi orang jangan suka mengadu, apalagi itu sama Momku. Aku tak suka kau mendekati Momku. Seharusnya kau sadar, kau wanita kotor yang tidak pantas berkeliaran di sekitar kami." Ucap Radit.
"Berhenti." Ucap Vina disela-sela tangisnya . Tidak hanya muka saja yang basah , tetapi sebagian badan Vina pun ikut basah dan itu membuat Vina kedinginan.
Radit pun melepas jambakannya pada rambut Vina dengan menolak Vina hingga kening Vina terbentur dinding kamar mandi yang membuat keningnya sedikit berubah warna.
Vina langsung saja meluruh dilantai kamar mandi dengan tangisannya yang memilukan hati siapa saja yang mendengarnya kecuali Radit.
■■■■■■■■

หนังสือแสดงความคิดเห็น (63)

  • avatar
    Intan_iu

    sangat best cerita nya pliss tolong lanjut 😭♥

    28/03/2022

      0
  • avatar
    AndiniAndini

    baik bagua

    13/08

      0
  • avatar
    Dump's Kristine

    I like

    08/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด