logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3: Pernikahan dan Perpisahan

Pagi ini Nyonya Hana sudah bersiap-siap untuk kembali ke rumah sakit, untuk melaksanakan pernikahan Hito dan Anisa. Cuaca pagi ini terlihat begitu cerah, namun Hito terlihat tidak baik-baik saja pagi ini, buktinya ia terlihat murung sekali. Hito mendekati Nyonya Hana yang sudah berdiri di sebelah mobil menunggu kedatangan Hito.
"Kenapa lama sekali?" Nyonya Hana tidak menoleh sedikitpun ke arah Hito yang berada di belakangnya. Ia terus membenarkan perhiasan yang melilit di tubuhnya hari ini.
"Maaf, Ma. Tadi Hito masih pup jadinya agak lama, maaf sudah membuat Mama menunggu," jawab Hito berusaha untuk serius.
Sejak jam tiga pagi ia sudah tidak ingin ikut ke rumah sakit. Hito terus merebahkan tubuhnya di atas ranjang hingga jam setengah tujuh pagi. Hari ini adalah hari dimana pengikatan suci akan di laksanakan. Walaupun hanya karena keterpaksaan saja.
"Bukannya Mama susah bilang kalau kita akan berangkat jam tujuh, kau tau sekarang sudah jam berapa ini?" tanyanya.
Hito mengangguk lalu berkata, "jam delapan, maaf, Ma. Hito salah,"
Anak bungsu Nyonya Hana keluar dari dalam dengan menggunakan baju seragamnya, bernama Hachiro Shinji. Ia terkenal dengan sifatnya yang dingin, bahkan dia sangat jarang sekali berbicara dengan semua orang di rumah tersebut. Hachiro berjalan melewati Nyonya Hana dan Hito.
"Hachiro berhenti!" pinta Nyonya Hana langsung.
Langkah kaki Hachiro berhenti namun Ia sangat malas sekali untuk membalikkan badannya menghadap Nyonya Hana dan Hito.
"Apa?" tanya Hachiro dengan suara khasnya yang super duper dingin.
"Tidak bisakah kamu membalikkan badanmu menghadap Mama?" sahut Hito.
"Jika tidak ada hal penting yang harus di bahas aku lebih baik pergi ke sekolah, aku sudah telat," Hachiro kembali melangkahkan kakinya lagi.
"Berhenti atau tidak usah sekolah seterusnya? Ini perintah!"
Suara tegas Nyonya Hana berhasil membuat Hachiro langsung berhenti dan menoleh ke arah mereka berdua.
"Mau kalian apa? Aku hanya ingin sekolah saja seakan-akan salah di mata Mama dan kakak, Apa Hito harus berhenti sekolah dan menjadi pembunuh seperti kalian, ah?"
"HACHIRO!!" teriak Nyonya Hana. Sekarang ia benar-benar dia buat kesal oleh putra bungsunya.
"Apa aku salah mengatakan itu, tidak kan?"
Hito mengepal keras kedua tangannya. Ia benar-benar marah mendengar ucapan adiknya tadi.
"Jangan mulut mu! Apa kamu ingin menjadi gembel, ah?" tantang Hito. Kedua tangannya masih terus mengepal keras dan ingin sekali Hito menonjok Hachiro hingga mati.
"Hachiro lebih baik menjadi gembel dari pada harus jadi bagian dari keluarga......"
"Sudah stop!" kata Nyonya Hana, memotong ucapan Hachiro langsung. "kita lebih baik langsung berangkat saja, hari sudah sangat siang. Pernikahan akan segera di laksanakan secepatnya,"
Nyonya Hana langsung masuk ke dalam mobil lalu diikuti oleh Hito dan dua bodyguard. Sekarang mereka ingin menuju rumah sakit.
Hito membuka kaca mobil, "Awas nanti kamu," ucapnya pada Hachiro.
Tidak lama kemudian mobil tersebut pergi menuju rumah sakit. Sementara Hachiro hanya diam, menatap mobil itu pergi dari halaman rumah. Senyuman sinis mengembang di bibirnya.
"Entahlah, sebenarnya mereka itu sayang sama aku atau tidak. Seakan-akan aku di sini hanya anak tiri Mama." Hachiro menghembuskan nafas berat. "aku jadi malas untuk pergi ke sekolah hari ini, mungkin tidur bisa membuat aku jauh lebih tenang, mengurung diri di kamar seharian ini."
Hachiro memilih untuk masuk ke dalam rumah lagi dan berniat akan tidur seharian ini di dalam kamarnya.
*
"Anisa," suara Dev berhasil membuat lamunan Anisa terhenti. Anisa menoleh ke arah Dev yang sudah berada di sebelah.
"Loh, kok kamu ikut keluar? Kak Jordi sama siapa di dalam?" Anisa langsung berubah panik kemudian bangun dari duduknya.
"Sudah duduk saja, Jordi katanya ingin beristirahat jadi aku keluar biar gak ganggu dia tidur," ucap Dev.
Anisa langsung menghembuskan nafas lega lalu kembali duduk. Sekarang Anisa bingung, kondisi Jordi bukan semakin membaik tetapi sebaliknya. Bahkan untuk biaya saja Anisa masih sedikit kesusahan. Walaupun Anisa tau, semua biaya akan di tanggung oleh Nyonya Hana. Namun Anisa merasa tidak enak hati jika harus biaya semuanya harus di tanggung oleh Nyonya Hana.
"Kau sudah siap untuk menikah?" tanya Dev.
Anisa menoleh kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau, aku bingung," ucapnya.
"Tapi ini adalah permintaan Jordi, aku hanya takut ucapan Jordi benar benar terjadi dan meninggalkan kamu sendirian. Menurut aku, kamu harus siap menikah dengan anak Nyonya sombong itu. Tapi, aku rasa kehidupan kamu kedepannya akan jauh lebih baik lagi, semua kebutuhan kamu akan di penuhi oleh mereka, kamu tidak perlu untuk bekerja hingga lembur seperti sebelumnya," tutur Dev.
Dev sudah dari kemarin di rumah sakit, menemani Jordi dan Anisa. Dev adalah sahabat seperjuangan Jordi jadi Ia sudah menganggap Jordi dan Anisa seperti keluarga nya juga.
"Aku tidak tau," Anisa langsung berubah diam. Ia masih ingin memilih keputusan yang terbaik untuk kehidupannya ke depan.
Semua yang Hito miliki adalah kriteria Anisa, suami yang dia idam idamkan sejak lama. Karakter dan semuanya yang begitu mirip dengan Hito, pernah Anisa tuangkan dalam sebuah novel pertamanya yang berjudul 'Cinta Aisyah'.
"Apa kamu sudah menyukai pria lain? Atau bahkan sudah berpacaran?"
Tidak ada Jawaban dari Anisa. Ia terus diam dan tidak membuka suara, mengenal pria ataupun mencintai pria, Anisa rasa tidak pernah. Apalagi mengikatnya dalam hubungan yang bernama 'Pacaran'. Anisa hanya bisa mencintai para tokoh di dalam novelnya. Semua ia tuangkan sebagus mungkin, namun ketika kemarin Anisa melihat wajah Hito, benih cinta mulai tumbuh.
"Benarkan kamu sudah mempunyai kekasih?" tanya Dev lagi dan berhasil membuat Anisa menoleh kemudian ia tersenyum lalu langsung menggeleng kepalanya.
"Tidak! Aku tidak pacaran," jawab Anisa.
"Kalau kamu memang benar tidak pacaran, aku sarankan lebih baik kamu menerima pernikahan ini saja. Sebentar lagi mereka mungkin akan datang dan memulai pernikahan di dalam, tapi kalau seumpama mereka tidak datang, awas saja mereka. Akan aku hancurkan rumahnya dan bila perlu akan aku jebloskan dia ke polisi, lihat saja." tutur Dev.
"Tidak perlu pusing-pusing jebloskan Mama aku ke polisi, kami sudah tiba di sini. Kami tidak akan bohong dengan janji kami," ujar Hito.
Dev dan Anisa langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata mereka kembali lagi ke rumah sakit dan membawa penghulu serta dua bodyguard.
"Kalian sudah datang, yasudah masuk. Kita laksanakan sekarang saja pernikahannya, ayo cepat masuk." Dev bangun dari duduknya lalu berjalan masuk ke dalam. Di ikuti oleh mereka semua dan yang terakhir Anisa.
Pintu kamar tersebut di buka oleh Dev, di dalam Jordi sudah duduk di atas ranjang. Menyambut mereka semua datang, selang oksigen masih tetep ada di hidungnya. Senyuman Jordi merekah melihat itu.
"Loh, kok kakak tidak tidur?" tanya Anisa langsung.
Jordi menggelengkan kepalanya. Anisa mendekat kearah ranjang, ia tersenyum ke arah sang kakak.
"Harus bisa, ya?" kata Jordi.
"Maksudnya?" Anisa bingung.
"Harus bisa buat kakak bahagia, jangan melakukan kesalahan yang bisa membuat Nyonya dan anaknya ini kecewa." tutur Jordi, tangannya terangkat untuk mengusap lembut kepala Anisa.
Nyonya Hana langsung membuka kacamata berwarna gold yang berharga $3,000 itu. Sebenarnya ia sangat gerah melihat drama siang ini, yang hanya membuat waktu berharganya saja.
"Ruangan ini sangat panas, mana kipas ku," pinta Nyonya Hana pada salah satu bodyguard dan bodyguard tersebut pun langsung memberikan kipas berharga milik Nyonya Hana.
"Ini akan di laksanakan kapan pernikahannya?" tanya Pak penghulu.
"Nanti pak," jawab Hito.
"Sekarang!" pinta Nyonya Hana. Hito langsung menoleh ke arah Nyonya Hana. "Ini perintah," ucap Nyonya Hana.
"Yasudah ayo silahkan nikahkan saja," sahut Dev.
*
"Sah?" kata Pak penghulu.
"Sah!!" jawab semuanya.
Senyuman bahagia kini terlihat jelas di bibir Jordi, sementara Nyonya Hana hanya diam dan sibuk mengipasi wajahnya.
Hito langsung diam. Ia tidak mencium kening Anisa bahkan Anisa ingin mencium tangan Hito saja tidak boleh. Ekspresi wajah Hito sekarang menggambarkan suasana hatinya. Tidak ada senyuman, datar bahkan terlihat begitu kesal.
[Awas saja, aku tidak akan pernah mengakui wanita kumuh ini sebagai istri ku, aku tidak akan pernah mengakuinya sampai kapanpun itu. Aku hanya menganggap pernikahan ini hanya main main saja, aku tidak mau menjadikan dia istri ku. Aku tidak sudi itu, akan aku buat kamu menderita setelah ini, aku janji itu!] batin Hito.
"Apa tidak ada pasang cincin antar pasangan baru ini?" tanya Pak penghulu.
"Tidak ada, Pak. Saya lupa membelinya tadi, soalnya pernikahan ini terpaksa di lakukan secara mendadak jadi gak sempat beli cincin tadi, tapi gapapa Pak walaupun gak ada. Nanti saya beli,"jawab Hito.
"Iya itu betul, Pak penghulu." timpal Nyonya Hana.
"Yasudah, tidak masalah jika memang begitu," kata pak penghulu.
"Selamat ya, semoga menjadi keluarga yang sakinah," ujar Dev.
Anisa tersenyum kemudian mengangguk dan Hito tidak menggubris sedikitpun ucapan selamat tersebut. Hito tidak perduli sedikitpun.
[Ini seperti mimpi, aku berada di sebelah pria yang pernah aku tulis di novelku. Seperti khayalan saja, namun hari ini pria di sebelah aku ini sudah sah menjadi suamiku, menjadi jalan surgaku,] batin Anisa dengan terus menatap wajah Hito yang membuat muka darinya.
Dev menoleh ke arah Jordi yang tiduran di atas ranjang, ia bangun lalu melihat Jordi yang tiba-tiba diam dan tidak ada suara.
"Jordi, kau tertidur?" tanya Dev. Mencoba untuk memegang lengan Jordi. Kedua mata Jordi sudah tertutup rapat. Detak jantung Jordi sudah tidak ada dan selang oksigen di hidungnya sudah tidak berjalan seperti biasanya.
Anisa langsung bangun, ia ikut mendekati Jordi. "Kakak kenapa?" tanyanya mulai merasa panik.
"Aku rasa Jordi benar-benar pergi," ujar Dev.
"Tidak! Tidak! Kakak aku belum mati, kakak aku sudah berjanji akan menjaga aku, tidak! Dia tidak mati!!" Anisa mengoyang goyangkan tubuh Jordi dengan air mata yang sudah mulai membasahi pipinya.
Hito langsung bangun dan mendekat ke arah ranjang Jordi, begitu pula dengan semuanya. Mereka kaget melihat Jordi yang tiba-tiba tidak bernyawa, sedangkan tadi Jordi masih menjawab SAH pernikahan tersebut dengan air mata yang sudah mengaliri pipinya. Namun sekarang Jordi sudah pergi meninggalkan Anisa untuk selamanya. Tadi malam Jordi pun telah berpamitan kepada Anisa namun Anisa menganggap itu hanya sebagai sebuah lelucon saja.
"Kakak! Kakak jangan pergi!"
"KAKAAAAAAK!!" teriak Anisa.
Anisa benar benar merasakan kehilangan yang luar bisa, di mana ia terpisah dengan sang kakak. Keluarga satu satunya yang ia miliki namun saat ini telah pergi jauh untuk selamanya. Anisa harus sendirian di dunia ini.
Air mata terus membasahi pipi Anisa. Ia tidak pernah menyangka akan kehilangan semuanya. Dev yang melihat Anisa yang begitu hancur pun ikut meneteskan air mata. Perpisahan cepat tersebut membuat Dev teringat senyuman Jordi yang tidak pantang menyerah dalam bekerja. Jordi selalu bercerita bahwa dia ingin membahagiakan sang adik.
[Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu akan pergi secepat ini, Jordi. Kau tau Jordi, harapan kamu sudah tercapai. Kau ingin membuat adik kamu bahagian bukan? Sekarang adik kamu sudah menikah dengan orang kaya, kamu tidak perlu khawatir, adik kamu tidak akan lagi kerja siang malam lagi untuk membayar kosan, namun dia akan sangat terpukul dengan perpisahan ini, aku rasa kau mungkin sudah lelah. Semoga kau tenang, Jordi,] batin Dev. Ia semakin menjadi menangis.
Nyonya Hana melihat musibah tersebut dengan begitu tenang. Ia mengipasi wajahnya tanpa henti, tidak perduli dengan Anisa dan Dev yang sudah menangis karena kehilangan Jordi.
"Pemandangan yang tidak enak, untung aku sudah mengabulkan permintaan terakhirnya, jadi aku sudah tidak punya hutang terhadap Jordi," ucap Nyonya Hana dengan suara pelan.
"Innalilahi wa innailaihirojiun," ucap Pak penghulu.
"Kakak, tolong jangan pergi, tolong!" pinta Anisa.
"KAKAAAAAAAK!" Anisa semakin histeris.
Air mata tidak pernah berhenti untuk mengaliri pipi Anisa. Ia benar-benar tidak bisa kehilangan Jordi, satu satunya penyemangat hidupnya. Hito yang berada di sebelah Anisa hanya bisa diam, memandangi Anisa yang terus menangis tanpa henti.
"Jangan menangis," tanpa Hito sadari tiba tiba bibirnya melontarkan kata demikian. Hito langsung menutup mulutnya, ia merasakan hal yang aneh pada dirinya hari ini.
"Sebaiknya saya pergi saja dari sini, saya ada kepentingan lainnya. Untuk urusan pemakaman dan semua biayanya, biar anak saya yang urus, ingat tugas saya sudah selesai dan masalah ini juga sudah selesai!" tutur Nyonya Hana pada Dev.
"Iya," jawab Dev.
"Hito yang mengurusnya?" tanya Hito.
"Iya,"
"Tapi, Ma. Kenapa harus Hito? Kan ada dua bodyguard Mama ini, suruh saja mereka, aku tidak mau!" Bantah Hito.
"Ini perintah," ujar Nyonya Hana. Hito langsung menghembuskan nafas pasrah. Mau tak mau ia harus melakukan perintah Nyonya Hana tersebut.
"Baiklah," jawab Hito.
"Urus ini semua serapi mungkin dan setelah itu langsung pulang, bawa wanita itu ke rumah, kamu pakai mobil lain. Nanti Mama suruh supir untuk mengantarkan mobilnya ke sini dan ingat kamu harus menuruti ini karena ini adalah perintah!"
Hito hanya bisa menganggukkan kepala dengan sangat terpaksa ke arah Nyonya Hana. menolak saja dia tidak bisa,
[Awas saja kalau nanti masih di suruh ini itu! intinya aku gak mau mengakui wanita kampungan ini sebagai istri! lihat saja aku akan buat wanita kampungan ini menderita seumur hidupnya, akan aku siksa dia!] batin Hito, mengancam.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (39)

  • avatar
    Syaqilla Almeta

    ini novel setiap bab.nya selalu bikin penasaran. seru, bagus gak membosankan 🥰

    25/01/2022

      1
  • avatar
    SukertiWayan

    keren

    01/04

      0
  • avatar
    INDANG TRY LESTY

    🥰wahhh bagusss

    21/09/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด