logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 sumpah yuda

"Darah.. kenapa ada darah dan pisau ini,?" tangan Elina gemetar memegang pisau itu, rasa takut dan bingung bercampur jadi satu.
Dia tidak tau harus berbuat apa, di tengah kekalutannya Elina mencoba berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi.
Tek... seketika lampu menyala membuat rumah yang gelap mendadak terang. Mata Elina terbelalak menatap Yuda dan adik iparnya, Selia masuk rumah
Mereka terperanjat menganga tak percaya hingga tangan Yuda masih menekan tombol lampu, Menatap Laura terkapar.
"Laura...,"
" kakak" teriak mereka bersamaan menatap pada satu titik,mata Elina teralih pada satu titik yang mereka pandang.
"Aaarkk... Elina menjerit, terkejut dengan mata membola, menatap Laura terkapar di lantai berlumuran darah tepat di sampingnya.
Yuda dan adik iparnya berlari mendekati jasad Laura lalu memeluknya mereka menagis histeris sejadi-jadinya.
Sedangkan Elina membungkam mulutnya menganga tak percaya dengan mata berkaca-kaca.
Tiba-tiba mata Yuda teralih menatap Elina dengan tatapan tajam penuh amarah.
"Elina...." teriak yuda menggemma di seluruh ruangan.
******
Elina...Tepukan halus Mahendra di bahu putrinya membuat Elina tersadar dari lamunannya.
"Sayang kamu tidak apa-apa nak? tanyanya khawatir dengan tatapan mata menyelidik, melihat putrinya termenung sedari tadi.
"Aku tidak apa-apa pa..., Jagan khawatir." Elina mengengam tangan Mahendra lelaki yang cukup berumur itu dengan senyum lembut, seolah ingin memberi jawaban dari kekawatiran Papanya.
"Kita sudah sampai, Oma sudah antusias menunggu kedatangan mu dari tadi."
"Benarkah pa,?" tanya Elina mendogakkan wajahnya dengan mata berbinar, Mahendra mengangguk dengan yakin.
Elina tersenyum lalu bergegas keluar, benar saja di sebuah rumah megah berlantai dua ,yang di dominasi warna putih terlihat nenek tua di atas kursi roda besama dengan suster yang berdiri di sampingnya.
"Oma..."ucap Elina setengah berlari dengan senyum mengembang lalu merentangkan tangan berlari ingin memeluk Omanya.
Oma Rita, adalah nenek yang selama ini di rindukan Elina,selama berbulan-bulan meninggal kan nenek yang di cintainya, karena harus mendekam di penjara karena kasusnya.
Setelah sampai Elina berjongkok lalu memeluk Omanya dengan hangat bersama air mata haru yang terus menetes.
"Oma apa kabar ,Elina kangen banget sama Oma. "
Elina melepas pelukan menatap Omanya dengan lembut, lalu menyenderkan kepalanya di paha Oma Rita.
"Apa Oma juga merindukanku, tanyanya dengan nada sedih.
"Tentu saja sayang, Oma sampai begini karena selalu memikirkan cucu kesayangan Oma ini, ucap Rita menjulurkan tangan mengusab lembut rambut hitam Elina. Mendengar itu Elina mendogakkan wajah menatap Omanya yang tersenyum.
"Sekarang Elina telah kembali, jadi tidak ada alasan lagi Oma sakit." Tegasnya
" Iya bawel..." ucap Rita menarik gemas hidung Elina.
"Sudah Jagan sedih-sedihan lagi, lihat putramu ini sudah menempati janjinya untuk membawa cucu kesayangan Oma untuk pulang." Ujar Mahendra Membuat Elina dan Rita mendogakkan wajahnya, tersenyum menatap Mahendra berjalan mendekat.
"Terimakasih kamu, memang putra mama yang terbaik." Jawabnya sembari mengapai tangan Mahendra yang telah berada di depannya.
mahendara berjongkok menatap salah satu wanita yang di cintainya dengan tatapan mata lembut.
"Sama-sama Ma, apapun aku lakukan untuk dua wanita yang aku cintai," ucapnya lalu mencium kepala mamanya dan Elina bergantian.
membuat dua wanita itu tersenyum haru.
"Sudah sedihnya, aku lapar sekali Ma ,ujar Mahendra terdengar manja di depan Rita.
"Mama sudah mempersiapkan makanan yang enak untuk putra dan cucu kesayangan Oma ini."Ujarnya antusias.
Benarkah?" tanya Mahendra dengan mata berbinar, Rita menjawabnya dengan anggukan. Mahendra tersenyum lalu bangkit dan mendorong kursi roda yang di tumpangi memanya masuk rumah, sedangkan Elina tersenyum lalu mengekori Mahendra berjalan masuk rumah.
*******
Seorang gadis duduk di pojokan kamar menangis tersedu-sedu, memandangi foto mendiang Laura.
Yuda yang sedang ingin mengambil air di dapur , tanpa sengaja pendangannya teralih menatap lampu kamar Selia masih menyala dia melakah mendekat matanya tertegun menatap Selia menangis memandangi foto mendiang Laura.
"Tok tok tok..."Yuda mengetuk pintu kamar Selia, membuat Selia mendogakkan wajah menatap Devan yang berdiri di ambang pintu.
"Kakak... lirihnya dengan mata masih basah karena air mata.
"Boleh aku masuk?" tanya Yuda sopan.
Selia hanya menjawabnya dengan anggukan.
Setelah mendapat persetujuan dari adik iparnya Yuda megerakkan kakinya melangkah masuk.
lalu duduk di samping Selia.Yuda tersenyum penuh arti lalu mengambil foto mendiang Laura di tangan Selia.
"Kakak mu, orang baik aku yakin dia sudah tenang di surga, lalu mengarahkan wajahnya menatap Selia." dengan tatapan nanar, menatap gadis yatim piatu ini juga harus kehingan kakaknya keluarga satu-satunya yang tersisa.
"Kalau kamu begini terus, kakak mu akan sedih di sana, bukankah dia akan sedih kalau melihat adik kesayangannya sedih sebaliknya dia akan bahagia kalau kamu bahagia."Tegas Yuda.
"Iya kak.." lirihnya lalu mengusab air matanya yang terus jatuh. Yuda mengusab lembut rambut Selia yang sudah di anggapnya adik sendiri dengan tatapan nanar.
"Aku tau perasaan mu, aku juga kehilangan, tapi kamu harus melanjutkan hidupmu, buat kakak mu bangga melihat mu di atas sana.
"Aku akan usahakan yang terbaik kak" jawab Selia sendu sedangkan Yuda tersenyum menguatkan.
"Kak..." lirihnya pelan namun masih bisa di dengar.
"Apa..?" tanya Yuda penasaran.
"Kenapa pembunuh kak Selia bebas begitu saja ,aku tidak terima bahkan kita melihat sendiri pisau itu berada di tangannya." Ujarnya penuh emosi.Mendengar pertanyaan Selia, Yuda menghela nafas kesal dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu tau... yang kita hadapi bukan orang biasa Mahendra Adiguna selain Papa angkatku beliau juga salah satu konglomerat dan pembisnis yang di perhitungkan di negeri ini. Dengan kekuasaan nya dengan mudah memanipulasi semua bukti yang ada.
"Aku sangat mengenal ayah angkatku itu, beliau adalah orang yang sangat baik dan sangat mencintai putri tunggalnya, aku begitu mengagumi kepribadiannya.
"Dia mau mengasuhku, seorang anak kecil yang luntang-lantung di jalan, aku sangat bangga dan bermimpi ingin menjadi sepertinya. Tapi sekarang rasa bangga itu berubah menjadi kecewa." yudah tertunduk dengan mata mulai mengembun.
"Karna rasa cinta yang sangat besar pada Elina, beliau menutup mata dari kebenaran bahwa putrinya seorang pembunuh."sejenak menutup mata menjeda ucapannya menahan rasa sedihnya.
"Tapi aku tidak akan tinggal diam Selia , aku akan menuntut keadilan untuk Laura, meski aku harus melawan papa angkatku sendiri. Aku tidak akan biarkan, Elina bebas begitu saja." Ujarnya dengan tangan mengepal dengan tatapan penuh amarah.
"Terima kasih kak ,kalau tidak ada kakak aku tidak tau harus berbuat apa" ucapnya dengan tiba-tiba Selia memeluk Yuda dan menangis menumpahkan kesedihannya di dada bidang Yuda.
Yuda terperanjat atas perlakuan Selia tapi dia jga tau gadis kecil ini sedang berduka.Yuda menjulurkan tangannya mengusab lembut rambut Selia.
"Aku akan buat hidup Elina putri Mahendra menderita itu sumpah ku."
Bukan Tampa Alasan, sumpah serapah itu terucap karna Laura adalah teman kecil sekaligus cinta pertamanya, sudah delapan tahun mereka menjalin kasih, hingga Yuda memutuskan menikahi siri Laura, karna statusnya masih suami Sah dari Elina.
Rasa cinta dan kenangan yang begitu mendalam, membuatnya menaruh kebencian yang sangat besar, meski pengadilan memutuskan Elina tidak bersalah, namun Yuda yakin bahwa pembunuh yang sebenarnya adalah Elina hingga balas dendam jalan yang di pilih untuk memuaskan kebenciannya.

.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (107)

  • avatar
    Karim Makhtar

    Vcujngfthhh

    1d

      0
  • avatar
    LuthfiLuthfi

    keren gan

    22d

      0
  • avatar
    BothJurman

    bagussss

    01/03/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด