logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 67 Kumpul Keluarga (1)

Dua minggu berlalu sejak tragedi di ruang sidang itu. Bu Dewi memilih tak ingin menyinggung kembali sedikit pun masalah itu dengan Ranti. Sedapat mungkin wanita itu menjaga kondisi emosional Ranti saat ini. Kehamilan tanpa didampingi sang suami tentunya bukanlah hal yang mudah. Salah satu cara yang dapat dilakukannya saat ini hanyalah menjaga kewarasan otak putrinya agar tidak melakukan hal-hal yang di luar kendali.
Ranti pun sepertinya tak lagi ingin mengingat kejadian itu. Hari-harinya hanya disibukkan dengan aktivitas rutin seperti biasa. Sesekali mengecek dua toko rotinya, ikut menikmati suasana malam bersama ibu dan kedua anaknya di kafe "Simpur" paling tidak seminggu sekali untuk memastikan semua pelayanan di kafe berjalan lancar serta terus berpikir ide-ide baru untuk mengembangkan usahanya. Tekad itu terus tertanam di hatinya.
Selepas vonis hukuman Bayu, Ranti harus siap menjadi tulang punggung keluarganya. Putusan pemberhentiannya sebagai aparatur negara tentunya akan segera diproses. Ada syukur yang terselip di hati Ranti, dirinya selama ini bukanlah tipe wanita yang hanya berpangku tangan saja di rumah. Tak terbayangkan, entah apa jadinya mereka jika tak ada usaha yang dimilikinya saat ini.
"Bu, barusan ada telpon dari Ryan ke Ranti," ujar Ranti saat mendekati ibunya yang sedang sibuk memotong beberapa jenis buah di atas meja.
Bu Dewi memang berniat membuat salad buah untuk Ranti dan kedua cucunya. Beberapa hari ini, Bu Dewei melihat sang putri tak terlalu bernafsu untuk makan nasi. Entah karena banyak pikiran atau memang tak ada selera sama sekali untuk menyentuh nasi. Hanya sedikit sayur dan lauk yang dimakannya, tak cukup banyak untuk ukuran wanita hamil.
"Ryan menelpon? Kok tidak berbicara ke Ibu?" tanya Bu Dewi sembari mengernyitkan dahinya. Gerakan tangannya yang sedang memotong mangga terhenti.
"Hanya sebentar juga, Bu. Katanya dua Minggu lagi Ryan wisuda, Bu. Jadi ... sepertinya Ryan ingin menjemput Ibu untuk ikut hadir di hari pentingnya nanti. Mungkin dalam minggu ini atau minggu depan Ryan akan ke sini, Bu."
Adik laki-laki satu-satunya itu memang sempat mengabarkan kabar bahagia tentang hasil sidang skripsinya sebulan yang lalu. Nilai A berhasil diraih pemuda yang tak lama lagi akan menyandang gelar Sarjana Ekonomi itu.
Ryan memang tipikal pemuda yang tak mau menyusahkan keluarganya, sejak awal kuliah adik Ranti itu tak pernah meminta uang untuk biaya bulanannya. Ikut bekerja di usaha fotokopi salah satu temannya membuat Ryan menerima saja berapa pun uang saku yang dikirimkan oleh almarhum ayahnya.
Ranti berbicara sembari tetap sibuk dengan gawai di tangannya. Wanita itu sedang terlibat percakapan melalui aplikasi pesan berlogo hijau di layar pipih miliknya. Ada pesanan dari slaah satu kenalan yang bekerja di Dinas Pertanian untuk snack pagi dan sore kegiatan pelatihan selama lima hari. Ranti sudah terbiasa menerima orderan seperti ini. Tak ada masalah. Mitra-mitranya selalu siap bekerja sama. Tapi tetap dengan satu varian menu yang harus ada, roti "Alif" tentunya.
"Kamu tak mau ikut untuk menghadiri acara penting Ryan itu, Ran?"
Ranti menghentikan gerakan jemarinya. Matanya menatap sang Ibu yang masih sibuk memotong apel di atas talenan.
"Bagaimana kalau kita minta Ryan menjemput ke sini, Bu? Nanti kita bawa mobil saja dari sini."
Bu Dewi tampak diam sesaat, sepertinya menimbang usulan Ranti itu. Mungkin benar, dengan membawa mobil sendiri mereka tak perlu repot jika harus kesana-kemari. Lagi pula mengingat kondisi Ranti yang sedang hamil dan dua cucunya yang masih kecil, mungkin alternatif itu lebih baik.
"Nanti Ibu akan bicara langsung dengan Ryan nanti malam. Kita nanti bisa singgah ke kampung juga ya, Ran. Melihat rumah di sana. Kangen juga Ibu dengan rumah itu. Semoga Bik Yati selalu membersihkannya."
Rumah yang menyimpan banyak kenangan mereka itu memang tak ada lagi penghuninya. Bu Dewi mempercayakan segala urusan rumah mereka itu pada salah satu kerabat yang kebetulan tinggal selang dua rumah dari mereka. Bik Yati, wanita dengan status janda yang sehari-hari disibukkan dengan urusan menjaga kedua cucunya karena anak dan menantunya bekerja sebagai pendidik di sebuah sekolah menengah.
"Urusan kafe dan toko rotimu bagaimana, Ran? Kite tentunya tak hanya pergi dua atau tiga hari saja nantinya."
"Tak masalah, Bu. Kalau urusan rumah, Bu Ayu dan Bu Rina tentu sangat dapat kita andalkan, Bu. Ada Sinta dan Bunga untuk urusan toko roti. Ada Agung untuk urusan kafe. Hanya saja ... Ranti berpikir untuk menawarkan Kak Dinda untuk membantu di kafe itu nantinya. Pengunjung kafe ramai sekarang. Biar Agung dan teman-temannya fokus untuk membuatkan pesanan saja. Yah ... hitung-hitung membantu mereka, Bu. Itu pun jika Kak Dinda mau. Lumayanlah untuk menambah pendapatan mereka. Selama ini kan hanya Bang Ilham yang bekerja."
Bu Dewi menganggukkan kepalanya. Ranti tak pernah berubah sedari dulu, selalu mudah kasihan dengan orang-orang di sekelilingnya. Walaupun seolah tak peduli dengan dunia sekitar, putrinya itu punya jiwa yang peka.
"Benar, Ran. Apalagi anak-anak mereka bertambah besar, tentunya kebutuhan hidup pun semakin meningkat. Hitung-hitung bantu saudara, Ran. Mereka pun cukup baik denganmu, Ibu perhatikan. Berbeda dengan saudara Bayu lainnya. Ibu pikir ... tak ada salahnya membantu saudara. Ingat Ran ... mencari saudara itu susah, mencari musuh itu mudah."
Ranti menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Ibunya benar. Berbuat baik kepada saudara itu lebih utama.
Ryan menyambut baik usulan itu. Kunjungan pertamanya ke rumah sang kakak dijanjikannya seminggu sebelum wisudanya. Sekarang ini Ryan sedang fokus membereskan segala urusannya, termasuk perbaikan skripsinya di beberapa bagian. Pemuda itu berencana tinggal beberapa lama dengan kakak dan ibunya setelah wisuda nanti, menenangkan diri sembari mencari lowongan pekerjaan yang sesuai. Selama ini tak ada waktu yang diluangkannya khusus untuk keluarga, terutama sejak kepergian ayah mereka.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (76)

  • avatar
    QuainRichard

    wkwkwk

    2h

      0
  • avatar
    Kurniasih Anza

    bagus ceritanya

    19/01

      0
  • avatar
    greatkindness

    nice story

    02/10

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด