logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 10 Sepuluh

Alex berjalan santai menuju taman di halaman depan rumah Nyonya Sekar. Ia melihat tantenya sedang merajut. Alex tersenyum lalu memeluk leher Nyonya Sekar dari belakang.
"Sore, Tanteku tercinta yang selalu cantik dan awet muda," sapa Alex renyah.
Nyonya Sekar spontan meletakkan rajutannya dan menepuk tangan Alex.
"Kau ini mengagetkan Tante saja!"
Alex melepaskan pelukannya lalu duduk di sebelah Nyonya Sekar. "Maaf aku baru bisa jenguk Tante hari ini. Salah sendiri di rumah sakit hanya satu malam," ujar Alex mengambil satu buah apel merah di atas meja lalu memakannya.
"Memangnya kau mau Tante berlama-lama ada di rumah sakit?" sahut Nyonya Sekar melepas kacamatanya.
"Tante sakit apa sebetulnya?"
"Cuma asam lambung biasa."
"Jangan remehkan asam lambung!" tukas Alex.
"Memikirkan apa? Dua anak lelakimu sudah menikah. Memikirkan keponakanmu ini juga yang masih belum menikah?"
"Kuliah yang betul, jangan dulu memikirkan perempuan!" sergah Nyonya Sekar.
"Tan, istrinya Pram berapa bersaudara?" tanya Alex hati-hati.
"Kenapa kau menanyakan itu?" Nyonya Sekar balik bertanya.
"Alena sungguh cantik. Siapa tahu dia punya adik dan sama-sama cantik, aku boleh berkenalan dengannya," sahut Alex asal.
"Alena anak tunggal," jawab Nyonya Sekar pendek.
Alex manggut-manggut.
"Memang di kampusmu yang luas itu tak kau temukan satupun gadis cantik yang sesuai seleramu?" tanya Nyonya Sekar.
Alex mesem lalu mengedikkan bahu. "Jaga kesehatan Tante, dijaga pola makannya dan yang terpenting, jangan banyak pikiran. Pramudya Adiwiguna adalah orang yang sangat bisa diandalkan menjaga harta warisan Om Adiwiguna!" Alex mengelus jemari tangan Nyonya Sekar.
Nyonya Sekar tersenyum bahagia melihat Alex sangat perhatian padanya.
"Terima kasih, kau perhatian sekali pada Tante!"
Alex mengangguk. "Aku permisi pulang dulu, ya!" pamit Alex.
"Baru juga berapa menit di sini. Kau mau kemana?"
"Menemui pujaan hati!" Alex berdiri lalu mengecup kedua pipi Nyonya Sekar.
Alex keluar dari halaman rumah mewah Nyonya Sekar. Ia masuk ke mobilnya dengan langkah riang. Sore ini, Liana sedang mau diajak pergi. Meski hanya sekedar pergi makan. Tapi Alex sungguh merasa senang.
Tak butuh waktu lama untuk Alex sampai di depan Pub Red Rose milik Mami Inggrid. Ia melihat Liana tetap dengan penampilannya yang sederhana dan monoton. Celana jeans dan kaus. Selalu itu yang Liana pakai.
"Li, Alex dateng, tuh!" Dewina menyikut lengan Liana yang duduk di sebelahnya.
"Hm," sahut Liana tanpa mengalihkan tatapannya dari drama Korea yang ia tonton di ponselnya.
"Alex mirip Cha Eun Woo, ya!" ujar Dewina.
Kali ini Liana melirik Dewina. "Jauuuuuh!"
"Kenapa kau cuek sekali dengan pria setampan Alex? Dari sekolah ia mengejar-ngejar cintamu," tanya Dewina penasaran.
Liana tak menjawab, ia hanya mengedikkan bahu.
"Halo, tampan. Senang jika tiap hari melihatmu datang ke sini, mau berkaraoke denganku?" sapa Dewina genit setelah Alex duduk di sebelah Liana.
"Terima kasih tawarannya, aku datang hanya untuk menemui Liana," jawab Alex ramah dan sopan.
Dewina mengerucutkan bibir. Ia turun dari backrest bar stool–kursi bar dengan sandaran–lalu mendekat pada Alex dan melingkarkan tangannya di bahu Alex.
"Kalau Liana masih saja tak menanggapimu, cari aku saja, oke!" Dewina berbisik, lalu berlalu setelah bertiup di telinga Alex.
Alex tersenyum kaku lalu mengusap tengkuknya saat Dewina berlalu.
"Masih kaku saja didekati perempuan. Padahal dulu kau selalu jadi pusat incaran kaum hawa di SMU," ujar Liana.
Alex adalah kawan sekelas Liana. Alex sang bintang kelas sekaligus bintang di hati para siswi sekolah hanya mengejar cinta Liana.
Namun Liana sedikitpun tak pernah menautkan hatinya pada Alex. Ia selalu menganggapnya teman.
Sebetulnya Liana merasa nyaman di dekat Alex. Tapi ia tak pernah ingin menumbuhkan rasa nyaman di hatinya hingga berlebih. Ia malas berpacaran. Malas dengan ritual memberikan kata-kata manis dan wajib–sudah makan belum–selamat malam–mimpi indah–aku pun merindukanmu–aku sayang kamu. Sungguh Liana tak suka dengan ritual seperti itu. Fokus Liana hanya satu. Menjadi artis.
"Ayo, kita berangkat sekarang?" tanya Alex.
Liana menghentikan keasyikannya menonton drama Korea. Ia meraih tasnya. "Yan, bilang Mama aku pergi makan dengan Alex, ya!" Liana menitipkan pesan pada Yanuar.
Yanuar mengangguk sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
Di dalam mobil Alex, Liana kembali melanjutkan tontonannya. Alex mengerutkan kening melihat ponsel Liana yang berbeda dengan ponsel sebelumnya.
"Ponselmu baru?" tanya Alex.
"Iya, kemarin aku bertabrakan dengan seseorang. Ponselku hancur dan orang itu menggantinya dengan uang cash sepuluh juta," sahut Liana.
"Wah, sepuluh juta? Kau kenal siapa orang yang menabrakmu?"
"Pemilik Perusahaan Adiwiguna Plast," sahut Liana.
Alex tersedak. Ia terkejut mendengar jawaban Liana. "Si, siapa? Maksudmu Pramudya, sang pewaris muda PT. Adiwiguna Plast?"
Liana mengangguk, ia tak menyadari keterkejutan Alex.
Setelahnya, Alex tak lagi mengajak Liana bicara. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Hingga tiba di salah satu restoran mewah, Alex masih belum juga banyak bicara.
"Restoran mahal, Lex. Kau hanya menghambur-hamburkan uang ayahmu," sahut Liana sedikit enggan turun dari mobil.
"Untukmu tak ada kata mahal, ayo!" jawab Alex setelah membukakan pintu mobil untuk Liana.
Setelah Liana keluar, Alex menyerahkan kunci mobil pada valet parking–petugas yang memarkirkan kendaraan para pengunjung.
Alex merengkuh bahu Liana menuju meja yang sudah ia pesan sebelumnya.
"Oke, lihat-lihatlah dulu menu makanannya. Santai saja, tak usah tegang. Anggap saja kau makan dengan kekasih tercintamu!" ucap Alex santai.
Liana mengerucutkan bibir. Ia membuka-buka buku menu. Lalu menghela napas. "Samakan saja sesuai dengan apa yang mau kau pesan!" Liana meletakkan buku menu di atas meja.
Liana mengedarkan pandangannya ke sekeliling restoran. Tap! Ia melihat Pram di salah satu meja restoran. Sepertinya Pram sudah selesai makan dengan beberapa koleganya.
"Itu!" Liana menunjuk ke arah Pram. Alex mengikuti arah pandangan Liana. Alex terkejut.
"Li, kita makan di restoran lain saja, yuk!" Alex menyentuh pergelangan tangan Liana.
"Itu orang yang menabrak aku kemarin dan yang memberiku sepuluh juta untuk membeli ponsel baru," papar Liana.
Bertepatan dengan berakhirnya kalimat Liana, Pram yang sudah selesai makan lalu berdiri namun kemudian pandangannya terantuk pada Liana dan Alex. Pram mengerutkan kening melihat Alex sedang bersama Liana.
Alex menghembuskan napas pasrah saat Pram melihatnya bersama Liana. Pram terlihat berpamitan pada beberapa orang koleganya lalu menghampiri Liana dan Alex.
"Kalian saling mengenal?" tanya Pram tanpa basi-basi.
Alex diam, menyandarkan punggung pada sandaran kursi.
Liana kebingungan. Ia melihat Pram dan Alex bergantian.
""Pramudya Adiwiguna itu sepupuku," sahut Alex akhirnya. "Gadis ini kawan SMUku," tambah Alex pada Pram.
"Jadi kalian saudara sepupu?" tanya Liana.
"Ya." Alex dan Pram menjawab secara bersamaan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (44)

  • avatar
    Mrbon Bon Michellina

    Good

    03/03/2023

      0
  • avatar
    Gusion

    bagus banget

    08/08/2022

      0
  • avatar
    FF ULEule gege

    makasih

    05/08/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด