logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3 Saling memaafkan

Di kota ini Aku tak punya siapa-siapa selain Suamiku. Jika ia sendiri sudah tak peduli padaku, untuk apa Aku bertahan di sini.
Kringgg......kriiiinngggg....krriiingggg...
Hp ku terus berbunyi, lagi-lagi panggilan dari Mba Rida. Bukan Dia yang kuharap menelponku. Aku mengharapkan suamiku menelpon karena mengkhawatirkanku tapi sejak tadi tak ada panggilan maupun pesan darinya..
"Halo Mba Rida..." Jawabku menghargai kekhawatirannya. Aku tak ingin orang lain ikut larut dalam masalahku.
"Heii Titaa .. kamu sebenarnya di mana? Cepat bilang.. Aku dari tadi sama Aska udah keliling kota cari kamu". Suara Mba Rida terdengar khawatir.
"Aku di mesjid Mba, yang di ujung jalan". Aku terpaksa mengatakan keberadaanku karena Aku tak tega membiarkannya terus mencariku.
"Tunggu yah. Aku ke sana sama Aska". Mba Rida menutup telponnya.
Berapa lama kemudian, ia datang bersama Aska menggunakan mobil kantor yang biasa Aska bawa ke mana-mana. Mba Rida dan Aska gak turun dari mobil itu. Dari dalam mobil ia menurunkan kaca dan menyuruhku untuk cepat masuk dalam mobil.
"Kamu kenapa sih sama Rizky? Masa iya pengantin baru berantem?". Ucap Mba Rida mencairkan suasana karena sejak tadi Aku tak bicara apapun.
"Biasa lah Mba namanya juga suami istri". Jawabku singkat tak ingin menceritakan semuanya.
Tak terasa hari sudah malam, Aku bahkan sejak siang tak makan apapun. Mataku sayu dan wajahku sangat kusam karena terlalu menangis. Aku merasa lapar tapi malu untuk mengatakan itu. Tapi Mba Rida dan Aska tiba-tiba membawaku ke sebuah warung makan pinggir pantai. Mungkin saja mereka juga merasa lapar karena ini sudah waktunya makan malam.
"Titaa.. Aku rasa kamu pasti kenal Rizky dengan sangat baik. Aku jujur tadi suami kamu kelihatan sedih dan stress loh". Mba Rida kembali membahas masalahku
"Kalo Dia peduli, Dia pasti cari Aku Mba, paling tidak Dia khawatir dan menelpon". Ucapku dengan lirih menahan tangis. Aku rasanya ingin menangis tapi Aku malu di depan mereka.
"Gini yah Titaa.. Bisa jadi kan suami kamu itu gengsi. Aku jujur banget nih. Rizky itu orang yang baik. Dia bahkan gak banyak bicara. Kalo di kantor pun, sudah waktunya pulang ya Dia pulang, gak ada tuh ceritanya Dia gabung sama kita di jam pulang. Walaupun teman-teman masih di kantor ngobrol, Dia gak peduli dan langsung pulang karena Dia mikir ada istrinya yang lagi nunggu Dia".
"Iya betul itu.. jangankan setelah kalian nikah, sebelum kalian nikah pun Aku sering dengar Dia nelpon kamu dan langsung pulang, sepertinya Dia memang sayang banget sama kamu loh". Aska menambahkan penjelasan dari Mba Rida.
Mendengar perkataan mereka, Aku kemudian berfikir mungkin Aku salah menyikapi suamiku. Ada benarnya juga sesekali Dia ingin pergi bersama temannya, Aku harus mengerti. Dunianya bukan tentang Aku saja. Mungkin saja jika Aku memintanya untuk tidak pergi bersama temannya dan menghabiskan waktu bersamaku dengan cara yang baik dan manja padanya, ia pasti akan mau. Aku salah karena melarangnya dengan amarah, bukan dengan cinta.
Rasanya Aku ingin cepat pulang ke rumah dan bertemu suamiku. Aku putuskan untuk melupakan kejadian tadi. Aku tau Dia pasti tak jadi pergi bersama teman-temannya karena pertengkaran tadi.
Setelah kuhabiskan makananku. Aku meminta Mba Rida untuk mengantarku pulang.
"Jadi udah mau baikan nih? hahaha..." Dia tertawa mengejekku.
"Iya Mba. Makasih untuk hari ini, Aku banyak merepotkan kalian". Aku tersenyum dan Aku sangat bersyukur mereka peduli padaku walaupun kami belum kenal lama.
Mba Rida dan Aska mengantarku hingga depan rumah, kulihat pintu rumah masih terbuka. Aku bergegas masuk ke dalam rumah untuk melihat apa yang sedang dilakukan suamiku seorang diri.
Aku melihat suamiku tertidur di depan TV, tak ada tanda-tanda Dia keluar rumah, remote TV masih ditempat yang sama dengan baterai yang berhamburan. Helm yang ia lemparkan tadi pun masih tersungkur diruang tamu.
Aku melihat suamiku dengan cinta. Aku melihat diwajahnya bahwa ia pun merasa sedih dengan kejadian tadi.
"Yank...Bangun.. jangan tidur disini, masuk ke kamar yank".
Aku membangunkannya dengan menggerakkan tangannya.
Ia membuka matanya melihatku. Ia kemudian memelukku dengan erat. Aku menangis..
"Yank maafin Aku". Aku melupakan egoku.
"Iya sayang, Aku juga minta maaf". Ucapnya sambil mengusap punggungku dan tetap memelukku.
*************
"Yank.. sekarang kan hari Minggu kita ngapain yah atau kita ke mana gitu?"
Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi, kemarin seharian terlewatkan hanya karena bertengkar. Aku berfikir untuk mengutarakan keinginanku saja agar ia mengerti.
"Ada banyak sih yank tempat bagus tapi hari ini kita di rumah aja yah? Ntar sore baru deh kita ke pantai liat sunset". Ucapnya tersenyum menatapku.
"Kalo gitu kita nonton di laptop aja deh sambil liat foto-foto kita dulu gimana?" Aku mematikan TV dan suamiku mengambil laptop dari lemari. Aku dan suami menonton film romantis di kamar sambil bersandar di dinding dan tangannya merangkulku. Aku ingin bahagia tiap saat seperti ini tanpa ada masalah lagi yang membuat kami bertengkar.
"Hhmm filmnya udah habis. Aku pengen liat foto-foto kita dulu yang ayank save dilaptop". Suamiku kemudian menunjukkan file tempat ia menyimpan foto-fotonya.
Aku melihat ada banyak file disana. Aku membukanya satu persatu.
"Yank, ini foto siapa?" Tanyaku penasaran sambil menunjuk foto seorang wanita yang sepertinya dipotret diam-diam tanpa sepengetahuan wanita itu..
"Oh itu.. gak tau juga siapa yank". Jawabnya singkat.
Aku tidak langsung percaya dengan apa yang ia katakan. Aku masih berfikir mungkin itu hanya masa lalunya sebelum kami pacaran, bisa saja ia hanya mengagumi wanita itu. Untuk menjawab rasa penasaranku. Aku melihat detail rincian foto itu dan ternyata foto itu diambil waktu kami masih pacaran dulu.
"Lohh.. ini siapa? Ayank foto Dia pas kita udah pacaran. Ayank selingkuh yah dulu?" Dadaku mulai terasa panas hingga ke kepala.
Aku kemudian teringat dengan wanita yang sepertinya dulu menjalin hubungan dengan suamiku sebelum kami pacaran. Entah hubungan seperti apa tapi waktu itu Aku melihat chat di akun sosial media milik suamiku dulu, suamiku menanyakan kabarnya dan bertanya kenapa nomor wanita itu tidak aktif. Aku ingat sekali saat itu kami baru saja menjalin hubungan dan ia memberiku kebebasan untuk melihat akun sosial media miliknya. Saat itu Aku marah hingga Aku ingin memutuskan hubungan dengannya tapi ia berhasil meyakinkanku bahwa tak ada apa-apa diantara mereka sejak ia bersamaku. Yah, menanyakan kabar tidak membuktikan ia bersalah tapi itu cukup membuatku cemburu. Setelah itu ia tak pernah melakukannya lagi.
Apakah wanita di foto ini adalah orang yang sama dengan wanita yang menjalin hubungan dengan suamiku dulu?

หนังสือแสดงความคิดเห็น (162)

  • avatar
    HapitttHapitsah

    BAGUS SEKALI

    16d

      0
  • avatar
    andiniviola

    pengharapan jangan terlalu di paksakan. harus dgn kesabaran

    18/08

      0
  • avatar
    GgKakwan

    bagus

    09/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด