logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 12 SIMULASI CALON MENANTU

“Dokter Deniz tidak perlu khawatir. kulit wajah nona Eva tidak apa-apa, hanya sedikit memerah beruntung tadi langsung diberi pertolongan pertama,” jelas dokter Lina setelah memeriksa wajah Eva.
“Syukurlah, saya khawatir.'' Nampak jelas Deniz sangat khawatir melihat Eva masih berbaring di brankar.
“Ini resep obat dan obat olesnya.” Dokter Lina memberi resepnya pada Deniz.
"Terima kasih,Dok. Maaf, sudah mengganggu hari libur Anda,” ucap Deniz berterima kasih. Ia bersyukur dokter Lina mau membantu dan meluangkan waktu datang ke rumah sakit padahal sedang libur.
“Tidak apa-apa, Dok. Kesehatan pasien lebih penting.”
Deniz melihat Eva sedang duduk dibrankar dan tangannya mencoba memasang resleting jaketnya.
“Deniz, ini bagaimana?” ucap Eva yang tidak bisa menarik resleting jaket yang ia kenakan.
Deniz menghampiri Eva,dan membantu Eva menarik resleting jaketnya sampai leher. Membuat Eva terasa tercekik.“ Ih, leherku kecekik,” Protes Eva dan mengerucutkan bibirnya sedangkan Deniz dan dokter Lina hanya tertawa.
“Kalau begitu kami permisi, Dok, Maaf, sudah merepotkan, ” pamit Deniz lalu menyalami dokter Lina, setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan dokter. 
Saat keluar, Indi dan Kevin sudah menunggu di luar. Mereka pun menghampiri Eva dan Deniz. “Eva, Bagaimana? Apa kata dokter Lina, muka kamu masih merah begini?” tanya Indi cemas sambil memegang wajah Eva.
“Indi lepasin, gue gak apa-apa. Cuma masih perih aja."
''Kirain mau operasi plastik, ganti muka,” goda Indi sambil berjalan menyusuri lorong rumah sakit diikuti Kevin dan Deniz di belakang mereka. Mereka hanya tertawa kecil melihat kakak adik saling bercanda.
“Lo kira muka sejelek itu. Masih cantik dan gue sudah cantik dari lahir!” balas Eva mengibaskan rambut panjangnya.
“Sok cantik lo!” balas Indi sedikit mendorong Eva dan keduanya tertawa.
Di saat Indi dan Eva bercanda, Deniz menanyakan hubungan Kevin dengan indi. Apa ada perkembangan menuju keseriusan.
“Om, bagaimana hubungan Om dengan Indi?” tanya Deniz.
“Ya begitulah, masih tahap pendekatan, Indi sepertinya tipe yang sedikit tertutup,” jawab kevin melihat Indi merangkul Eva.
''Kejar sampai dapat, Om. Kalau perlu langsung lamar, kayak aku sama Eva. Eva langsung mengiyakan lamaran mama.''
“Ya itu karena kak Erna salah paham,” balas Kevin sedikit mendorong Deniz. Deniz tertawa begitu juga Kevin. 
Sesampainya di parkiran, mereka semua masuk kedalam mobil. Eva dan Deniz duduk di belakang dan memberi kesempatan Kevin untuk dekat dengan Indi. 
''Deniz aku lapar, tadi kan gak jadi sarapan,'' ujar Eva saat Kevin melajukan mobilnya.
“Iya, mau makan apa?” tanya Deniz lalu menggigit gemas pipi Eva.
“Aduh, duh...duh…duh, sakit!" Pekik Eva menepuk lengan Deniz, namun deniz hanya tertawa diikuti Indi dan Kevin.
“Kalian ini sebentar lagi menikah, tapi masih sepertinya anak kecil,'' celetuk Kevin.
''Memangnya Eva anak kecil, Om? Deniz saja seleranya anak kecil,” saut Eva yang masih di rangkul Deniz. 
"Anak kecil bisa buat anak kecil,” canda Kevin dan langsung mendapat tatapan maut dari Indi. Karena adiknya itu masih polos dan belum mengerti hal-hal yang dilakukan pasangan dewasa. 
“Hah? Buat anak kecil?” tanya Eva polos. 
Deniz pun langsung membekap mulut Eva sebelum Eva bertanya lagi. 
“Apaan, sih? Sakit tahu!” protes Eva menepuk lengan Deniz.
“Katanya laper, mau makan apa? Mau bubur lagi?''tanya Deniz merapikan rambut Eva
“Gak mau!” 
“Mau apa?” 
''Mau masakan Maer, boleh?” Eva lalu menyunggingkan senyum manisnya.
''Ya Allah! Eva, lo jangan ngerepotin tante Erna dong, baru juga calon mantu, sudah ngerepotin aja!” saut Indi melihat ke arah Eva. Ulah Eva membuat Indi malu pada Kevin dan Deniz.
“Biarin, Mak mertua gue, eh salah, masih calon deng he,” jawab Eva nyeleneh dan itu membuat Kevin tertawa melihat tingkah Eva begitu juga Deniz.
“Nah, itu nyadar baru calon,'' balas Indi
“Ya gak apa-apa. Gak papa kan Deniz?” tanya Eva tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya ke arah Deniz meminta dukungan calon suaminya.
“Iya, tidak apa-apa.” Deniz tersenyum melihat Eva.
Deniz mengenang kekasihnya yang dulu begitu enggan mengakrabkan diri pada sang mama dengan alasan canggung, padahal sang mama selalu minta kekasihnya yang dulu datang walau hanya sekedar bermain. Namun, tidak ada yang mau dan berani. Eva yang baru saja ia kenal beberapa minggu sudah berani masuk di keluarganya dan mengakrabkan diri, sungguh membuat Deniz semakin yakin pada Eva.
“Bikin malu lo, Va,'' saut Indi lagi.
''Bukan gitu Ndi. Gue juga pengen kenal keluarga Deniz, gue nanti nikah juga bukan sama Deniz doang, dalam arti harus menerima dan adaptasi di keluarga suami, biar gak kaku nantinya, kita kan tinggal di Indonesia bukan di luar negeri. kalau di luar negeri mantu sama anak dan orang tua sama-sama masa bodoh kalau anaknya sudah berumah tangga. udah masing masing. Gue juga mau simulasi jadi menantu,” beber Eva panjang lebar dan membuat Kevin tertawa sambil geleng-geleng kepala karena apa yang disampaikan Eva ada benarnya. Menikah bukan hanya dua orang saja tapi melibatkan dua keluarga.
“Tumben lo bener,” sambung Indi mengacungkan jempolnya lalu melihat Kevin yang tersenyum sambil fokus mengemudi, sedangkan Deniz tersenyum melihat Eva, Deniz tidak menyangka gadis 20 tahun itu mempunyai pemikiran dewasa soal keluarga.
“Mama tidak salah memilih menantu,” batin Deniz melihat Eva. Eva sadar jika Deniz melihatnya langsung menoleh ke arah Deniz.
''Apa?" tanya Eva
''hayir! çok güzel canım,"
"Artinya?"
"Tidak! kamu cantik Sayang." Deniz tersenyum dan memeluk Eva.
“Seni seviyorum, Canım," saut Eva yang sedikit tahu bahwa asal mertua laki-lakinya.
“Evet.” 
Kevin dan Indi hanya saling pandang, mereka sudah seperti obat nyamuk. Mereka tertawa kecil melihat kemesraan Eva dan Deniz, usia mereka lebih tua tapi masalah percintaan sepertinya mereka kalah jauh.
“Sepertinya kita hanya obat nyamuk, Ndi,” ucap Kevin. 
Indi tersenyum, ia juga tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana melihat sang adik yang begitu mesra dengan pria, di sisi lain pria tersebut sudah bertunangan dengan adiknya tetapi rasanya tidak rela sang adik dicium dan dipeluk yang belum menjadi suaminya. 
“Tidak apa-apa, Dok. Justru mereka harus diawasi, kan. Kalau tidak, ada orang ketiga, yaitu setan.” Indi dan Kevin tertawa kecil sekilas melihat Eva memejamkan mata dipelukan Deniz, sedangkan Deniz juga ikut memejamkan mata. 
"Bagaimana denganmu, Ndi?” Apa kamu ikhlas Eva melangkah mendahului dirimu?” 
“Tidak apa-apa,Dok. Jodoh kan sudah ada yang mengatur, seperti mereka, tiba-tiba mereka sudah tunangan, padahal sebelumnya belum pernah bertemu.” 
“Benar, semua sudah ada yang mengatur, seperti pertemuan kita. Tidak ada yang kebetulan, kan?” 
Indi tersenyum malu begitu juga Kevin yang sedikit malu menatap Indi. Hati keduanya pun berdebar tak menentu. 

หนังสือแสดงความคิดเห็น (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    1d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด