logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 10 BANG KEVIN

Hari minggu pun tiba, seperti biasa bu RT Nina sedang menghimbau warganya untuk mengikuti senam mingguan di lapangan basket dibantu Eva dan dua sahabatnya, Adisty dan Harita
''Bu RT sound systemnya sudah siap!” ucap Eva setelah selesai memasang sound dan mengatur musiknya.
''Ok sip! Terima kasih, Melisa, ''jawab bu Nina yang memanggil Eva dengan sebutan nama tengahnya, MELISA.
“Sama-sama, Bu,”jawab Eva sopan.
''Ayo ibu-ibu barisan yang rapi! Tika, kamu maju jadi instrukturnya!” titah bu Nina menunjuk anaknya sendiri.
“Ibu, kenapa aku sih?”
“Gantian. Ayo!” paksa bu Nina.
“Ayo, Mbak Tika, Eva temenin?” seru Eva yang sudah maju didepan.
Eva begitu semangat terlebih bapak-bapak yang melihatnya menggunakan kaos tanpa lengan dan pas di badannya dan celana olahraga panjang yang juga ketat. Terlihat lekuk tubuh Eva yang padat berisi, siapapun yang melihatnya pasti tergoda bahkan ibu-ibu pun iri melihat bodynya.
“Ayo, Tika!”saut emak yang baru sampai.
“Iya deh, iya!” jawab Tika terpaksa lalu bergabung bersama Eva di panggung mini yang hanya bisa menampung dua orang.
“Kari ayam, Musik!” teriak Eva pada Harita yang sering ia panggil Kari.
Harita memutar musiknya dengan alunan musik dan lagu milik penyanyi dangdut terkenal yang berjudul minyak wangi yang sudah diremix. Tika dan Eva memulai gerakan awal. Walau Eva tidak pernah ikut ia hafal gerakan-gerakan yang diciptakan ibu-ibu yang biasa senam pagi.
“kiri, kanan, pinggulnya ibu!” teriak Eva yang sudah seperti instruktur senam pada umumnya.
Tidak seperti biasa Adisty dan Harita kini juga ikut serta di barisan depan bersama Indi, emak dan bu RT, serta ibu-ibu yang lainya. 
Disisi lain seperti biasa ada yang terganggu dengan suara musiknya siapa lagi kalau bukan Deniz. Akan tetapi sepertinya ia sudah terbiasa. Deniz bangun dan membuka jendelanya, ia tersenyum saat melihat deretan ibu-ibu yang sedang senam pagi. Ia sedikit menyipitkan matanya saat melihat seseorang di atas panggung dengan baju yang begitu seksi. Deniz sangat mengenali pemilik tubuh tersebut kemudian ia mengambil alat teropongnya untuk memastikan bahwa yang di atas panggung itu adalah calon istrinya, Eva.
''Allah! Neden böyle giyin!” Gerutu Deniz sambil membuang teropongnya ke tempat tidur, kemudian ia mencuci wajahnya dan mengganti bajunya. Ia begitu tidak menyukai saat Eva berpakaian ketat. Terlebih banyak laki-laki yang melihatnya.
“Banyak yang lihat lekuk tubuh kamu, Sayang,” gerutu Deniz Seraya menuruni anak tangga. Via yang sedang olah raga di dalam pun heran melihat kakak terburu-buru menuruni anak tangga.
“Nereye gidiyorsun?” Via menanyakan kemana Deniz pergi dengan bahasa Turki.
“Eva'nın evine!” jawab Deniz tanpa melihat Via
“Ikut!”
“Tidak, kau dirumah saja.” Deniz kemudian menyambar kunci motornya menuju garasi.
“Ma, Deniz mau ke rumah Eva,” pamit Deniz pada Maer yang sedang menyirami bunga-bunganya.
“Iya hati-hati.” Maer melihat anaknya mengendarai sepeda motornya.
Deniz memarkirkan motornya di samping lapangan basket. Tidak perduli banyak mata yang melihatnya termasuk ibu-ibu dan para gadis-gadis yang belum mengetahui jika Deniz adalah calon suami Eva. Deniz berjalan dengan ekspresi marah dan matanya terus tertuju pada Eva yang masih asyik senam di atas panggung mini. Emak dan Indi berhenti melihat Deniz berjalan ke arah Eva sambil mematikan musiknya. Semua berhenti dan melihat ke arah Deniz yang sudah berkacak pinggang.
“Heh, Mati? Harita, musiknya mati!” teriak Eva yang belum melihat kehadiran Deniz di sisi kanannya. Eva hanya melihat sisi kiri melihat Harita. Banyak ibu-ibu yang berbisik-bisik, siapakah pria tampan yang menghampiri Eva.
“Kari Ayam musiknya!” teriaknya lagi. Harita dan Adisty menunjuk-nunjuk ke arah Deniz, seketika Eva menoleh ke arah Deniz.
"Deniz, kok di sini?" tanya Eva salah tingkah.
“Turun!” balas Deniz menatap tajam dirinya
''Gak mau, kan belum selesai.”
''Turun!!'' Teriak Deniz.
''Gak mau!"
"Turun!" 
Eva menggelengkan kepalanya tanda tidak mau turun. Deniz yang tidak menyukai aksi Eva langsung memanggulnya turun kebawah.
''Heh! Mau ngapain?" Teriak Eva. 
Deniz menurunkan Eva di dekat motornya, tanpa kata Deniz melepas jaketnya dan memakaikan pada Eva.
''Pakai,” geram Deniz melihat wajah Eva yang sudah cemberut seperti anak kecil.
''Lain kali jangan pakai lagi baju kayak gini. Paham!'' Jelas Deniz melihat Eva yang sudah berkaca-kaca Karena Deniz memarahinya.
''Jahat!'' cicit Eva. 
Deniz merasa bersalah sudah memarahi Eva pun langsung memeluknya."Maaf, tapi jangan pakai baju seperti ini lagi. Aku tidak suka tubuh kamu yang cantik ini banyak dilihat bapak-bapak genit.'' ucap Deniz pelan lalu menangkup kedua pipi Eva.
''Maaf,” sesal Eva lalu memeluk Deniz dan menyembunyikan wajahnya di dadanya. Tak lama Indi, emak dan Harita serta Adisty menghampiri mereka berdua.
''Nak Deniz, tadi Emak sudah melarang Eva pakai baju ini,” ucap emak.
“Iya, Mak. Bukan salah Mak.” Jawab Deniz melihat Eva menunduk malu.
“Oh iya, Indi. Kamu dapat salam dari om Kevin,” celetuk Deniz asal dan hanya ingin tahu bagaimana reaksi Indi.
“Salam, em…, waalikumsallam,” jawab Indi Malu lalu menarik emak untuk menuju lapangan lagi. Deniz dan Eva hanya tertawa kecil melihat reaksi Indi yang malu-malu.
“Emak, itu siapanya Eva, pacarnya?” tanya bu Nina dan ibu-ibu yang lain pun ikut mendekati Emak.
“Bukan pacar, tapi tunangannya,” tegas emak.
“Kapan tunangannya? Kok kami tidak tahu?" tanya Bu Nina lagi.
“Seminggu lalu, awalnya hanya pertemuan biasa tapi sekalian saja diikat,” balas Emak tersenyum melihat Eva. 
“Indi keduluan dong, Mak,” ucap salah satu ibu-ibu.
“Belum ada jodohnya, ibu. Rempong amat ngurusin jodoh orang,” saut Indi sedikit kesal lalu ia kembali ke barisan senam. 
Saat ini kembali ke barisan diikuti ibu-ibu lainnya. Tak lama Kevin datang tanpa sepengetahuan Indi dan yang lainnya. 
“Rangkul terus jangan sampai lepas!” seru Kevin menghampiri Eva dan Deniz. Keduanya terkejut saat melihat Kevin datang.
“Om Kevin, Om mau ngapain datang kesini?” 
“Mau cari kesempatan dalam kesempitan,” balas Kevin melambaikan tangan pada Indi, karena Indi melihatnya. Tak lama Indi menghampirinya Kevin setelah meminta izin dari Emak.
“Pagi,Dok,” sapa Indi.
“Pagi, Indi. Panggil nama saja, Ndi. Ini bukan rumah sakit.” 
“Tidak sopan,Dok. Dokter, kan lebih tua dari saya.” 
“Tidak apa-apa. atau kamu bisa panggil mas atau Abang.” 
Indi tampak berpikir dengan sedikit rasa malu. Kevin memperhatikan Indi yang terlihat jelas masih berpikir. “Indi,” panggil Kevin. 
“Iya, Dok.” 
“Kan, masih panggil Dok!” 
Indi hanya tertawa kecil dan memikirkan panggilan yang tepat untuk kevin di luar rumah sakit. “Maaf sebelumnya saya panggil Abang Kevin saja," balas Indi malu-malu.
“Cie…!” goda Eva dan kedua temannya.
“Aish, sepertinya kita yang betah jomblo,”celetuk Adisty membuat gelak tawa.
"Sabar, ada waktunya. Itu kang cilok ada, nganggur!" canda Eva menambah gelak tawa semuanya. Tidak peduli semua mata tertuju padanya, Denis serta Kevin yang baru saja datang menambah keinginan tahuan ibu-ibu yang sedang senam.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    2d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด