logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Lencana Kelinci Rusak!

CHAPTER 7~
"A-aku... ga se-ngaja." Freya sudah melakukan kesalahan besar. Tatapan Bintang seolah ingin memberinya hukuman berat.
Tiba-tiba, Emir yang berniat kembali ke ruang keluarga, melintas di dekat kamar Bintang yang terdengar keributan. Jujur, mood Emir sedang kacau dikarenakan bertengkar dengan Jenna. Semua itu karena kecemburuan Jenna terhadap Syahla.
Sekarang ada keributan apa lagi di kamar Bintang?
Emir penasaran dan segera memeriksa, "Ada apa ini?!"
Azel berjalan pelan mendekati Emir, lalu berbisik, "Lencana Bunny milik Captain Bintang rusak, Captain."
Emir terhenyak kaget. Dia lebih tidak ikhlas mendengarnya, terlebih ia melihat sendiri lencana kelinci yang sudah tak sempurna bentuknya berada di lantai. Emir terlihat tidak terima, padahal lencana itu milik Bintang. Ada sesuatu yang berharga sekaligus menyakitkan di balik itu semua.
Gino malah menertawai lencana kelinci milik Bintang yang sudah berantakan di lantai. "Hahaha! Lencana kelinci gitu aja dibanggain?" Kaki Gino mulai bertingkah dan ingin menginjak hancur kepala kelinci dari lencana Bintang.
"Tuan Gino, jangan!" cegah Azel sampai berlutut dan menahan kaki Gino, yang mana hampir memecahkan kepala kelinci menggunakan sepatu keras nan mengkilap itu.
Gino tertawa kesal atas sikap Azel. "Heh koki, udah berani lo ya sama gue!"
"Lencana ini sangat berharga, Tuan," mohon Azel agar Gino tidak menambah kerusakan pada lencana tersebut.
Gino malah menendang Azel yang sudah menahan kakinya. Saat Gino berhasil menyingkirkan Azel, kini malah Freya yang nekat menahan kaki Gino.
"Astaga!" ucap Gana tidak menyangka karena menyaksikan Freya meniru tingkah Azel.
Gino terpaksa menghentikan aksinya. "Ya ampun! Freya, ini tuh cuma lencana mainan. Ga usah percaya sama omongan si Azel."
"MAINAN KEPALA LO!!!" bentak Bintang marah sungguhan.
Tubuh Freya sampai gemetaran akibat merasa sangat bersalah. Memang Bintang sedang membentak Gino sekarang, tapi rasanya kemarahan itu juga tertuju padanya.
Gino berkacak pinggang, lalu menempeleng wajah Bintang. "Eh. Lo marah? Lagian yang ngerusak lencana itu bukan gue, tapi Freya pacar lo!"
"DIA BUKAN PACAR GUE!" Bintang menarik kerah baju Gino sampai sang empu tertarik jatuh ke tempat tidur. Bintang menatap penuh linangan air mata pada Gino, lalu berkata, "Gin, lo beruntung. LO BERUNTUNG MASIH PUNYA MAMA! SEDANGKAN GUE UDAH GA PUNYA DUA-DUANYA!!!"
Gino terdiam dan tidak berani menatap mata Bintang.
Gana tidak sanggup melihat Gino dan Bintang berdebat. Diam-diam hatinya sedih mendengar suara Bintang yang bergetar membahas tentang orang tua. Gana dan Gino memang belum tahu tentang asal mula lencana kelinci itu, yang mereka tahu bahwa Bintang selalu memakainya pada seragam diiringi lencana lain.
"Lencana itu...," ujar Bintang sakit, "kenangan terakhir dari almarhumah Mama gue!"
Deg!
Hati Freya begitu sakit mengetahui jika Bintang adalah yatim piatu, apalagi saat tahu betapa berharganya benda itu. Air matanya menetes sendiri sembari Freya memunguti lencana milik Bintang yang sudah tidak menyatu lagi dengan lambang kepala kelinci.
Bragh!
Barusan Emir memukuli pintu dengan mata berkaca-kaca, membuat semuanya kaget. "BAGUS!" sentak Emir pada Bintang dan Gino. "KALIAN BERDUA BISANYA MENAMBAH MOOD BURUK!"
Azel terus berdoa di dalam hati agar perdebatan ini cepat usai. "Bismillah..., jauhkanlah setan-setan di ruangan ini, hush-hush!" batinnya penuh harap, dia takut Emir semakin mengamuk.
Emir segera pergi dari sana dengan perasaan kacau.
"KELUAR KALIAN SEMUA!" usir Bintang tidak tahan.
Gino beranjak pergi dari kamar Bintang dengan wajah kusut, diikuti oleh Gana yang memendam sedih.
Freya sudah menampung lencana Bintang yang rusak pada tangannya. "A-aku akan memperbaikinya."
"Keluar!" usir Bintang tanpa melihat wajah Freya sedikit pun.
Freya benar-benar sedih sudah menghancurkan kebahagiaan Bintang. Dia memang layak dimarahi dan diusir.
Azel memberi instruksi dengan sopan kepada Freya untuk segera keluar dari kamar Bintang, lalu dibalas anggukan lemas oleh Freya.
**
20.00 || Deck 10, room 4.
Usai makan malam, Freya berusaha kembali untuk memperbaiki kerusakan lencana kelinci milik Bintang.
Setelah diperhatikan lagi, ternyata kerusakannya tidak parah. Bagian pengait pada jangkarnya hanya sedikit longgar, Freya pun mencoba menyatukannya dengan pelan, lalu merapatkannya menggunakan kekuatan tangannya sendiri.
"Ya Allah, bisa!!!" seru Freya kegirangan dan berbaring di atas tempat tidurnya. "Huaaa, aku harus kasih tahu Mas Bintang!"
Di lain sisi, Bintang yang berada di kamarnya baru saja memblokir nomor Freya yang tersimpan di smartphone-nya. "Heh, seenaknya dia memberi nama 'Dek Freya Bebek Wortel', puas udah kublokir!"
Kembali pada room 4 deck 10, Freya tersenyum dan mencoba menghubungi nomor Bintang. Namun, dia tampak kebingungan, lantaran pada smartphone-nya terdapat jejak panggilan tak terjawab dari dua nomor yang berbeda.
"Eh, nomor Mas Bintang yang mana ya? Yang satunya nomor siapa?" pikir Freya pusing, apalagi waktu teleponnya juga di detik yang hampir berdekatan.
Freya mencoba menghubungi nomor yang pertama.
Suara operator, "Nomor yang Anda tuju, salah."
"Salah???" kata Freya heran. Ia menghubungi lagi, namun jawaban operator tetap sama. "Hmmm, mungkin nomor yang satunya lagi."
Kali ini Freya mencoba menghubungi nomor yang ke dua.
Tuuut.
"Eh, yang ini nyambung!" Freya gugup dan tidak sabar ingin memberitahukan tentang lencana kelinci yang sudah diperbaiki.
Sayangnya, panggilan tak kunjung diangkat.
Freya nekat mengirim pesan dan berharap Bintang membacanya.
Pesan dari Freya:
Assalamualaikum. Mas Bintang, lencananya udah aku perbaiki. Maaf ya :(
Kapan Mas mau ambil? Atau aku main ke deck 14 lagi?
Terkirim.
Freya menanti balasan.
Drrrttt.
"Wah!" kata Freya bersemangat saat dia mendapatkan pesan balasan.
Pesan balasan:
Kita bertemu jam 00.00 di kursi santai bagian paling ujung kanan deck 10.
"Huaaa, akhirnya! Dia pasti ga marah lagi," tebak Freya yang sudah membayangkan jika Bintang akan tersenyum dan tidak marah lagi. "Eh, tapi..., beneran ini ngajak ketemuan dini hari? Aku kan udah beli tiket VIP buat nonton teater Romeo dan Juliet. Berarti aku bakal telat nontonnya."
Sudah berkali-kali Freya menonton film atau membaca kisah tentang 'Romeo and Juliet' dalam berbagai versi, dia tidak pernah bosan. Saat tahu ada versi teater, dia tetap ingin menontonnya.
**
Sungguh, Freya benar-benar menyanggupi pertemuan dengan Bintang.
00.00.
Deck 10 cukup sepi, ada beberapa penumpang yang melintas, itu pun mereka ingin pergi ke deck 13 untuk menyaksikan sebuah teater kisah 'Romeo and Juliet' yang diadakan spesial dini hari, persembahan untuk penumpang yang tidak ingin/tidak bisa/belum tidur.
Freya sudah tidak sabar ingin sekali menonton teater itu, tapi pertemuan dengan Bintang lebih penting. Kedua tangannya tidak lupa memeluk erat boneka bebeknya yang besar dan lucu, juga membawa lencana kelinci yang sudah diperbaiki, serta tiket VIP nonton teater.
Kaki Freya bersepatu karakter bebek terus melangkah, menuju pada tempat yang sudah dijanjikan, yaitu kursi santai pada bagian paling ujung kanan deck 10.
Semakin berjalan ke ujung kanan, cahaya penerangan di sana agak remang karena jenis lampu bukan putih cerah.
Freya berhenti saat melihat pada kursi yang dimaksud, tak jauh dari sana ada seorang pria berdiri, tapi membelakanginya, mengenakan hoodie coklat tua.
"Mas Bintang?" panggil Freya berjalan agak ragu.
Pria itu menarik Freya cukup kasar hingga lengan gadis itu merah.
Freya meringis, lalu mematung pucat saat menyaksikan siapa pria itu.
"Kesal juga melihatmu membawa boneka bebek ini ke mana pun!" celetuk pria itu dengan nada tidak bersahabat.
Freya ingin berteriak, namun mulutnya dibungkam oleh pria mengerikan itu.
Dia adalah...
Si pria burung hantu.
Freya diseret paksa untuk dibawa ke suatu tempat, namun ia terus memberontak. Karena perlawanan Freya, pria burung hantu tersebut marah dan menghempas tubuh Freya sampai terjatuh. Boneka bebek dan tiket VIP teater terlepas dari Freya, namun lencana kelinci tetap ia pegang sekuatnya.
"Apa ini?" kekeh pria itu memungut kertas tiket untuk menonton 'Romeo dan Juliet' milik Freya. "Wah, kamu mau nonton, tapi ga ngajak aku. Parah."
"K-kamu siapa??? Jangan macam-macam sama aku, atau-"
"Atau apa?" tantang pria burung hantu merobek tiket teater milik Freya. "Kamu mau kecantikanmu kurobek begini?"
Freya semakin gemetaran mendengar perkataan tersebut, seolah dirinya akan dirusak.
"Mau di kamarku atau di kamarmu?" ajak pria itu paksa.
"Siapapun kamu, jangan ganggu aku!" lawannya.
"Haha. Bagaimana aku ga ganggu kamu, aku terlalu bersemangat karena ga ada yang memiliki kamu."
"A-aku punya calon suami! Dia akan menghabisimu nanti!" gertak Freya tak terkontrol saking takutnya.
"Calon suami? Mana, tunjukkan padaku! Kalau dia lebih kuat dariku, mungkin aku bisa mengalah?" kata pria burung hantu yang dengan beraninya mencium keharuman rambut indah Freya.
Freya mencoba menggapai boneka bebeknya, lalu berlari dengan tubuh gemetar. Napasnya tersengal, berlari menuju ke pintu room-nya. Saking ketakutannya, Freya tersandung kakinya sendiri. Tidak ada siapa-siapa di sekitar sana, hingga pria burung hantu berhasil menyusul Freya.
"Jadi, mau di kamarmu ya," kata pria tersebut yang memaksa Freya berdiri dari terjatuh tadi.
"Lepas!" dorong Freya yang tidak jadi masuk ke kamarnya. Ia memilih lari ke ujung kiri deck 10. Mencari penjaga keamanan deck 10 pun tidak ketemu daritadi, sampai Freya mengutuk si penjaga yang tidak becus menjadi bagian awak kapal.
Bagian ujung kiri deck 10 ialah menembus pada haluan kapal.
Saking bingungnya, Freya tidak sadar sudah lari sejauh ini. Dia menangis gemetar, mengapa dirinya diteror seperti ini? Siapa pria burung hantu itu? Niat ingin liburan tenang di kapal SIRENA II CRUISE malah hancur karena rasa ketakutan yang mengganggu.
Saat benar-benar tiba di ujung haluan kapal, Freya mencoba menghentikan tangisnya karena melihat seorang pria yang tak asing lagi sedang berdiri menikmati angin laut malam.
"M-as Bintang?" panggil Freya dengan suara agak serak. Sebisa mungkin Freya menaikkan mood-nya yang sedang kacau. Saat ini, Freya benar-benar bertemu dengan sosok Bintang. Bagaimana dengan pesan pertemuan? Bukankah Bintang mengajak bertemu di ujung deck 10, tapi Freya malah bertemu dengan pria burung hantu. Kenyataannya sekarang, Bintang malah berdiri dengan tatapan sendu di haluan.
Bintang malah terlihat sangat terkejut karena kehadiran gadis bebek yang sudah mengacaukan mood-nya. Niatnya ke haluan kapal untuk mencoba mengikhlaskan lencananya yang rusak, kini mood-nya malah semakin memburuk melihat kehadiran gadis itu di saat seperti ini.
"Mas Bintang, aku bawa ini," ujar Freya tersenyum menunjukkan lencana kelinci.
"Sesuatu yang sudah pernah rusak, ga akan bisa sempurna lagi walau diperbaiki sekeras mungkin," ketus Bintang memalingkan wajah dari Freya, lebih memilih melihat laut gelap.
"Tapi ini beneran ga rusak," tunjuk Freya mendekat.
Perasaan Bintang yang sudah dirusak membuatnya tidak bisa menahan emosinya. Bukannya mengambil lencana kelinci dari tangan Freya, Bintang malah merebut boneka bebek milik Freya. Kemudian, tanpa berpikir apa-apa lagi, Bintang langsung melempar boneka itu ke lautan.
Freya terpekik, lalu mematung di ujung haluan. "Bo-ne-ka... ku."
"Mungkin seperti itu rasa sakitnya!" ujar Bintang sedikit puas melampiaskan rasa sakitnya. Ya, apa berharganya boneka bebek itu dibandingkan lencana kelincinya?
"Hiks...," Freya menangisi lautan gelap itu. Boneka bebeknya tak terlihat lagi. "Bebek...."
Bintang berusaha untuk tidak merasa kasihan melihat gadis bebek itu menangis. Dia yakin, tidak mungkin Freya berani melompat ke laut yang sedang sangat dingin pada keadaan gelap pula.
Setelah kepergian Bintang dari haluan, Freya terduduk lemas dengan tangisan yang tak bisa ia tahan. Bintang tak akan tahu hatinya sehancur apa.
"Hiks...., Mas Naru. Maafin aku...," sesal Freya. Jika saja tadi dia tidak membawa boneka bebek itu ke mana pun, mungkin tidak akan begini jadinya.
Saking sedihnya, Freya merasa tubuhnya mati rasa. Terbesit di pikirannya untuk bernasib seperti kisah 'Romeo dan Juliet', yaitu kekasih yang mati, pasangannya ikut mati juga.
Freya sudah lama menahan ini semua. Rasa sakit ditinggal orang yang berharga tidak bisa sembuh seperti yang dia harapkan. Terlebih boneka bebek dari orang spesial sudah tiada. "Mas Naru..., aku akan menyusulmu. Tunggu Freya ya."
*
Bersambung...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

      1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

      5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

      4
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด