logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Demam

CHAPTER 5~
Gana menunduk sedih. "Kalau Kak Bintang ga mau tidur sama aku malam ini, apa besok mau?"
"Ya Allah, Gana!" Bintang semakin sakit kepala mendengarnya. "Kita..., bukan anak kecil lagi. Mending kamu tidur sama Gino atau sama Mama kamu!"
"Jadi, kenapa? Aku ini... adik kecilmu, kan?" tanya Gana menggenggam satu lengan Bintang.
"Dengarkan aku, Gana. Kamu... adikku. Tapi, aku ga akan tidur sama kamu. Kuharap kamu paham maksud aku!" tutur Bintang dengan kecemasannya. Dia berharap pikirannya salah mengenai Gana. Bintang cepat-cepat masuk ke kamar, lalu mengunci pintu.
Gana hanya menatap sedih pada pintu kamar yang ditutup oleh Bintang dengan hentakan agak kuat. Salahkah Gana menyukai Kakak sepupunya?
Tak lama kemudian, muncul Azel yang baru selesai mengemban tugasnya. Untuk shift tengah malam sudah diambil alih koki lain. Seragam Azel sudah kusut, rambutnya pun berantakan. Dia berjalan menuju ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Bintang. Namun, Azel memperlambat jalannya ketika menyadari ada sosok Gana.
Gana mengerutkan dahi melihat penampilan koki yang berantakan itu. "Manis sih, tapi sayang... koki," batin Gana.
"H-hai," sapa Azel mencoba ramah dengan Gana. Dulu dia memang sudah sering bertemu Gana, tapi tidak pernah saling tegur apalagi akrab.
"Ew, jelek!" tolak Gana yang langsung berbalik arah.
Azel tersenyum dan menggeleng, di dalam hati berkata, "Masya Allah, Nona Gana cantik banget." Kemudian, Azel memilih masuk ke kamarnya.
Saat berjalan dengan rasa patah hati diabaikan Bintang, Gana melihat ada seseorang yang bersembunyi di balik dinding.
Syahla seperti ketahuan mengintip!
"Eh, kamu ngapain?!" marah Gana yang menarik kasar lengan Syahla.
"Emmm, aku c-cuma mau bikin susu untuk Ecca di ruang makan," kata Syahla sebiasa mungkin.
"Yang benar???" tanya Gana memastikan sembari berkacak pinggang. "Kamu jangan macam-macam ya sama aku. Nanti aku laporin Kak Emir, terus kamu dipecat deh. Ups!"
"Kenapa aku macam-macam? Aku harus bikin susu sekarang, nanti Ecca nangis!" kabur Syahla berjalan cepat menuju pintu ruang makan keluarga Aljazari. Syahla pikir sosok Gana memang gadis yang kurang menghormati orang lain, sudah jelas Syahla lebih tua satu tahun dari Gana, mungkin karena predikat Syahla sebagai babysitter membuat Gana memandangnya sebelah mata.
Gana terlihat tenang kembali sambil mengendikkan bahu. "Hmmm, okelah. Aku balik ke kamarku aja!"
**
Pagi harinya, keluarga Aljazari baru menyelesaikan sarapan bersama. Hanya Bintang yang tidak ikut ke ruang makan keluarga.
Syahla masih sibuk menyuapi Ecca makan di atas bantal perahu ukuran 1m x 1.5m.
"Syahla," panggil Emir.
"Iya, Pak?" jawab Syahla.
"Kamu makan dulu, biar saya yang suapin Ecca," perintah Emir yang sudah berdiri dari kursinya.
"Aku ga apa-apa, Pak. Bisa nanti makannya. Aku masih mau nyuapin Ecca," bantah Syahla.
"Kamu ngebantah saya?!" celetuk Emir dengan tatapan sebal.
Syahla menelan saliva. Dia terpaksa menurut saja daripada Emir mengamuk. "I-iya, Pak. Aku sarapan."
Jenna sejak tadi memerhatikan kedekatan antara Syahla dan Ecca. Entah kenapa rasanya Jenna jadi tidak percaya diri lantaran Ecca lebih dekat dengan Syahla ketimbang dengan dirinya.
Tante Ghea mengomel, "Si Bintang emang ga mau sarapan, atau ga suka ada saya di kapalnya?"
"Kapalnya? Haha!" tawa Gino mendengar perkataan Mamanya. "Sebentar lagi kapal ini jadi punya Bang Emir, Ma. Iya kan, Bang?" toleh Gino pada Emir yang sudah memangku Ecca.
"Lo pikir mudah?" celetuk Emir malas. "Bintang tetap harus menandatangani berkas dari gue. Kalau dia berontak, proses akan lama."
"Mau gue bantu buat maksa dia?" tawar Gino bersemangat.
"Itu urusan gue," tolak Emir yang ingin melakukannya sendiri tanpa bantuan siapapun. "Mending lo pilih perusahaan berkualitas yang mau kerja sama dengan perusahaan kita!"
"Hmmm, okelah," balas Gino lesu.
Azel mencoba berbicara meski gugup. "Sebenarnya, Captain Bintang lagi.... emmm."
"Kenapa, Zel?" tanya Emir heran melihat tingkah Azel gagap pagi ini.
"Captain Bintang...," kata Azel takut bicara karena atas permintaan Bintang untuk tidak memberi tahu.
Gino sebal sendiri melihat tingkah Azel. "Eh, lo kenapa sih a-o-a-o daritadi! Susah banget ngomong!"
"Captain Bintang demam," jelas Azel mendengus cemas. Tak bisa ia menahannya.
Tring!
Suara sendok yang jatuh ke piring. Barusan Gana terkejut dan tak sengaja menjatuhkan sendoknya akibat mendengar kalau Bintang sakit.
Gino menoleh ke arah Gana, lalu menatap bingung. "Kenapa?"
"Ga. Tadi tangan gue licin," jawab Gana mencoba tenang.
Ghea menatap anak gadisnya, curiga.
"Bintang Sakit???" tanya Emir pada Azel.
Azel mengangguk.
Emir berusaha menutupi rasa pedulinya, tapi tetap saja dia ingin tahu. "Emang keadaannya gimana sekarang?"
"Badannya sangat panas, Captain," jawab Azel tentang apa yang dia tahu.
"Ck! Lemah banget!" marah Emir. "Begini mau ngurus kapal sebesar ini, dikit-dikit sakit!"
Jenna jadi merasa kasihan dengan Bintang. "Mungkin akhir-akhir ini Kak Bintang tertekan. Udahlah, Kak Emir fokus sama kapal SIRENA SATU aja. Biarkan SIRENA DUA ini Kak Bintang yang pimpin."
Emir tentu tidak setuju. "Aku bahkan bisa mengendalikan lebih dari lima kapal sekaligus!"
Gino mencoba meninggikan Emir. "Kalau sama Bang Emir sih gue yakin perusahaan kita lancar, tapi kalau sama Bintang...? Mending dia balik ke Jakarta. Udah cacat juga."
"DIEM LO!!!" marah Emir tiba-tiba pada Gino.
Gino tersentak, lalu mendengar kemarahan Emir berikutnya.
"Cuma gue yang berkuasa atas Bintang! Lo ga usah ngikut-ngikut ngatain dia!" tegas Emir mengingatkan.
"Cacat?" batin Syahla tidak paham maksud perkataan Gino. Sepertinya, di ruangan ini hanya Syahla yang belum mengetahui sesuatu yang seperti menjadi rahasia keluarga Aljazari.
Suasana di ruangan itu menjadi tegang. Kemarahan Emir membuat Ecca terkejut dan menangis.
"Ecca...," panggil Jenna, mencoba menggendong balita mungil itu.
"Mamaaa!" Ecca menangis dengan amukan saat akan digendong oleh Jenna, dia tidak mau. Mata Ecca malah tertuju pada Syahla yang sedang berlari menghampiri.
"Sini sama Mama," peluk Syahla pada Ecca. Syahla sampai mengurungkan kegiatan sarapannya.
Jenna semakin ciut karena Ecca tidak bisa ditenangkan olehnya. Padahal, dialah calon Mama untuk Ecca, tapi Syahla jauh lebih ahli daripadanya.
"Udahlah!" Ghea berdiri dari kursinya. "Mama mau ke deck sepuluh, kumpul sama teman-teman sosialita, ada arisan."
"Iya, Ma," respons Gana lemas.
Sebuah troli makanan didorong oleh Azel untuk dia bawa ke ruangan Bintang. Dia pusing mendengar perdebatan di sana dan memilih pergi juga.
***
Room 4, deck 10.
Freya baru menghabiskan sarapannya.
"Oke. Aku harus bertemu si kelinci biar dapat nomor telepon!" pikir Freya yang ingin mendapatkan ketenangan tinggal di kapal ini.
Freya bersiap keluar sambil membawa boneka bebek kesayangannya. Namun, saat di depan pintu, dia melihat setangkai mawar hitam yang masih tergeletak di atas keset kaki. Dengan wajah takutnya, Freya segera membuang bunga itu ke kotak sampah, sudah ketiga kalinya ia membuang bunga dengan jenis yang sama.
Tujuan Freya saat ini tak lain adalah pergi ke deck 14 daerah istimewa keluarga Aljazari.
Ting!
Pintu lift terbuka. Freya bertemu dengan Ghea.
"Eh, Tante? Main ke deck sepuluh?" tanya Freya ramah.
"Cewek sewa'an Bintang semalam?" ejek Ghea. "Mau ngerayu Bintang lagi, kah? Ya, saya akui keponakan saya ganteng, tapi kamu akan sangat menyesal saat tahu...."
Freya mendadak sebal dengan wanita itu. Perkataan Tante Ghea seolah ingin memberi tahu sesuatu yang aneh, tapi tidak selesai.
"Saya juga sudah memilihkan calon istri untuk Bintang," tekan Ghea.
"Memangnya kenapa, Tante? Apa aku ga boleh berteman dengan Mas Bintang? Mungkin aku juga bisa berteman dengan calon istrinya?" tantang Freya tersenyum berani.
Tatapan Freya Dibalas tatapan tidak suka oleh Tante Ghea. Mereka pun berpisah ketika Freya sudah memasuki lift.
Setibanya di deck 14 dengan antusias, Freya bertemu kembali dengan ajudan yang menjaga gerbang daerah istimewa.
Ternyata, sebelumnya ajudan itu sudah dipesankan oleh Bintang, yaitu jika ada Freya yang datang, maka Freya diperbolehkan masuk. Semua itu karena Bintang hanya ingin lencana kelincinya kembali.
"Thank you, Sir!" seru Freya berjalan kegirangan memasuki pintu daerah istimewa itu bersama boneka bebeknya. (T: Makasih, Pak!)
***
Di lain sisi, tepatnya di kamar Bintang.
Azel sedang melantunkan ayat Al-qur'an surat An-nisa ayat pertama yang hapal di luar kepala. "Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā."
Meski terlihat lemas dengan tubuh diselubungi selimut, Bintang tersenyum dan melanjutkan ayat itu. "Wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna 'alaikum raqībā."
"Masya Allah. Captain makan dulu ya, biar fit lagi. Minum vitamin juga," bujuk Azel.
Bintang melepas selimut dari tubuhnya yang hanya mengenakan singlet hitam dengan boxer mini. "Di buburnya ada kentang kan, Zel?" tanya Bintang penuh harap.
"Ga ada, Captain," jawab Azel lemas.
Bintang segera mengeluarkan jurus andalannya. Dia menunjukkan sebuah kartu bergambar kentang dengan tulisan 'Immortal Potato' yang berarti kentang abadi. Bintang berseru, "Jika kamu membutuhkan kentang tak terhingga, pakai kartu kentang abadi ini!"
Tentu saja Azel berpura-pura mengenai tidak ada kentang. Dia sudah biasa bercanda seperti itu dengan Bintang. "Apa yang ga buat Captain Bunny?" kekeh Azel yang menyerahkan satu nampan dengan bubur beraroma sedap pemicu semangat makan, ada banyak kentangnya. "Tadaaa!"
"Huhuuu!" seru Bintang senang dan terharu. Melihat kentang ia merasa sembuh, padahal masih lemas.
"Aye, aye, Captain Bunny!" kata Azel menghormati Bintang yang akan segera makan.
"Ngomong-ngomong, lencana bunny saya hilang, Zel," adu Bintang cemberut, dilanjut menyantap bubur nikmat dari Azel.
"H-hilang???" kaget Azel. "Hilang di mana, Captain? Biar kucari! Itu kan berharga!"
"Di tangan cewek bwebek!!!" ketus Bintang geram, lanjut melahap buburnya lagi.
"Nona Freya yang semalam?" tebak Azel berpikir.
"Ya, siapa lagi. Dia itu bebek gila yang tersesat di kapal ini. Nanti dia akan saya pulangkan paksa kalau lencana kelinci saya ga bisa balik!"
"Haish! Captain sampai sakit pasti gara-gara mikirin lencana itu. Aku harus menemui Nona Freya."
"Ga usah repot, Zel. Nanti kalau badan saya udah fit, saya bakal nemuin dia lagi. Memang dasar badan saya ini lagi masuk angin aja, bentar sembuh."
Tok. Tok. Tok.
Mendengar pintu diketuk, Azel mengintip dari lubang keamanan.
"Siapa?" tanya Bintang bisik-bisik pada Azel.
"Astaghfirullah!" Azel terkejut mengintip siapa yang sudah berada di depan pintu.
"Heh? Siapa, woy?!" Bintang ikutan panik melihat ekspresi Azel yang syok.
"Ada Captain Emir!" cemas Azel.
"What? Mau apa dia? Mau marah-marah?! Dahlah pusing kepala ini! Hoi, ga tau apa orang lagi masuk angin!" omel Bintang kesal sendiri. Tiba-tiba perut Bintang mulas mendadak.
"T-tapi, ada Nona bebek juga!" seru Azel semakin kaget.
"DEMI APAAA?!" syok Bintang makin menjadi, rasa mulas di perutnya kian membeludak.
"DEMI KENTANG! Tutup badanmu, Captain!" ajak Azel yang cepat-cepat menyelimuti tubuh bintang yang terekspos.
"DEMI KENTANG SEJAGAD LAUT!!! SAYA MAU EEK!" keluh Bintang tersiksa. "Udah di ujung, Zel!!!"
Suara Emir terdengar marah, "BUKA PINTUNYA SEKARANG ATAU HANCUR!"
"Tahan dulu eek-nya, Captain!" pinta Azel pada Bintang. Azel merapikan seragamnya, lalu membuka pintu dengan gaya elegan, namun jantung serasa berlari melihat Emir yang jauh menyeramkan dibanding Bintang.
Klek.
"Mana Bintang?!" todong Emir galak.
"I-itu," tunjuk Azel pada Bintang yang ternyata seluruh tubuh ditutupi selimut.
"Bintang!" panggil Emir melipat tangannya ke dada, memasuki kamar.
"Lagi tidur!" jawab Bintang tertekan, menahan buang air besar.
"Lo sakit apa?! Lemah banget jadi manusia!" Emir menarik selimut Bintang.
"Woy! Gue ga pakeeeee!" teriak Bintang histeris menahan selimut. Jika sampai Emir melepas semua selimutnya, bisa terekspos bagian celana boxernya yang sangat pendek bergambar karakter kelinci yang bahagia. Mana eskpresi wajah Bintang sedang menahan boker yang begitu menyiksa.
Emir terus memaksa agar Bintang keluar dari selimut. "Apa lo ga pake sempak?! Dah gila lo ya tidur ga ada adab!"
"Woy! Gue pake, lah! Tetep aja baju gue terlalu transparan!" tolak Bintang yang semakin pusing karena Emir menempelengi kepalanya ke sana-sini.
Freya yang memeluk boneka bebek pun menyusul masuk ke dalam kamar Bintang. "Mas Bintang!"
Dengan senyum jahilnya, Emir sekuat tenaga menarik selimut Bintang hingga sang empu lengah.
Tampaklah Bintang yang sedang menungging dengan pakaian singlet seksi dan boxer kelinci imut. Tepat mata Bintang tertuju ke arah Freya yang mematung melihat keadaannya, membuat Bintang menggila, "NOOOOO!!!"
*
Bersambung...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

      1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

      5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

      4
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด