logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Captain Bunny

Captain Bunny

Bebekzoy


บทที่ 1 Jatuh dari Haluan Kapal

CHAPTER 1~
Sebuah layar monitor besar menunjukkan posisi kapal yang sedang dalam rute perjalanan di atas laut Australia.
BRAGGGH!!!
Suara benturan terdengar dari ruang komando kapal, di mana terdapat peralatan navigasi untuk menentukan posisi kapal berada, ada juga kamar nakhoda, dan kamar radio besar.
Anjungan. Deck 15. Lantai teratas. (Deck: lantai kapal)
Gemuruh napas terdengar dari raga dua kapten yang hampir saja saling membunuh akibat kerasukan setan!
Setan penghancur persaudaraan.
Dua kapten, dua raja, lebih tepatnya dua orang yang berkuasa atas kapal pesiar raksasa bernama SIRENA II CRUISE. Ya, kapal ini digenggam oleh dua pria bersaudara yang tidak terlalu akur. Mereka berdua adalah pemilik sekaligus pimpinan perusahaan pelayaran di keluarga besar ALJAZARI, sementara nahkoda beserta anak buah kapal (ABK) lainnya adalah pekerja mereka.
Emir Aljazari, putra pertama (sulung). Umur 28 tahun. Dia menghela napas muak. Pria dengan tatapan tajam dan jarang tersenyum, apalagi ketika berhadapan dengan sang adik, kemarahan terus menyelubunginya. Dasi yang terasa mencekik pun ia longgarkan sampai berantakan.
Bintang Aljazari, putra ke dua (bungsu). Umur 25 tahun. Senyum gummy-nya hilang seketika jika sudah menghadapi kemarahan Abangnya. Jujur, dalam hatinya frustrasi, sampai kapan dia dan Emir terpisah oleh ego?
"Udah gue bilang, jangan gertak gue!" tegas Emir yang sudah berhasil membuat adiknya menanggung malu karena terjatuh di atas tumpukan berkas-berkas yang menggunung di sana.
"Masih belum cukup?" lawan Bintang masih pada posisi duduk di atas tumpukan kertas sembari menatap marah pada Abangnya. "Setelah Abang ambil Jenna dari gue, Abang juga mau ambil kapal ini?!!! Apa ga cukup dengan SIRENA satu, sekarang mau ambil SIRENA dua punya gue!"
"Ch!" decih Emir menahan amukan ke sekian kalinya. "Sejak kapan gue ngerebut Jenna dari lo? Jenna lahir memang untuk jadi pendamping gue. Dan tentang kapal ini, lo ga berhak punya! Pulang ke Jakarta sana, urusi robot-robot jelek punya lo!"
"Heh, lihat! Betapa rakusnya duda beranak satu ini," ejek Bintang yang terlampau kesal dengan Abangnya.
Sosok koki laki-laki muda baru saja masuk ke anjungan membawakan sepiring kentang goreng pesanan Bintang. Koki muda tersebut bernama Azel Kareem, yaitu koki yang khusus melayani keluarga Aljazari di kapal ini. Topi kokinya yang miring membuatnya terlihat semakin lucu.
"Captain! Kentang-kentangnya baru selesai mandi bumbu balado!" seru Azel ceria memanggil Bintang. (Captain=Kapten)
Hening.
Betapa terkejutnya Azel saat melihat dua kaptennya berkelahi. "Ya Allah, ini kenapa?!" tanya Azel pada beberapa awak kapal di sana. Sayangnya, pertanyaan Azel dibalas dengan kebisuan.
Emir menahan amarah yang sudah bergumul di dadanya. Namun, mendadak Emir tersenyum, lalu membalas Bintang dengan kata, "Bajak laut..., cacat!"
Azel tentu tahu bahwa Bintang sangat membenci ejekan 'Bajak Laut cacat', sedangkan Emir terang-terangan untuk sengaja memanasi hati Bintang yang rapuh akibat kata-kata sepele, tapi menyakitkan baginya.
"Sialan!" amuk Bintang yang sontak berdiri dan ingin menghajar Emir.
Secepat cahaya, Azel segera menahan tubuh Bintang agar tidak menghantam pada Emir.
"Captain Bintang, tenanglah!" pinta Azel menahan sekuat tenaga tubuh Bintang yang lebih besar darinya. Apa daya, Azel hanya laki-laki yang baru berumur 20 tahun, pun kesulitan menahan Bintang yang sudah tak terkontrol.
"Mati aja lo, Emir!" amuk Bintang yang menghantamkan tinjuan ke arah Abangnya.
Bugh!
Wajah tampan Emir menerima tinjuan itu, membuat Emir semakin marah. "Lo yang harusnya mati! LO YANG BIKIN GUE GILA KAYAK GINI! GUE GA SUDI PUNYA ADEK KAYAK LO!"
"TERUS. LO MAU KITA KACAU KAYAK KELUARGA DAWUD?!" lawan Bintang dengan hati hancur karena membahas tentang keluarga dari sahabatnya yang sudah meninggal, akibat perang saudara. "Lo mau gue bernasib kayak Bang Na juga?!"
Amarah dan gemetar tubuh Emir membuatnya tak kuasa menahan diri, hingga ia menendang kuat tubuh Bintang.
Bragh!
Bintang terbanting bersamaan dengan Azel yang menjadikan tubuhnya tameng untuk melindungi punggung Bintang menghantam dinding kabin yang keras.
"Uhk!" Azel sampai terbatuk menahan hantaman itu.
"Ya Allah, Azel!!!" sesal Bintang yang dilindungi oleh koki laki-laki muda yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
Wajah Emir tak kalah menyesal karena tidak sengaja menyakiti Azel yang tak bersalah baginya.
Azel mencoba berdiri dibantu oleh Bintang.
"Kamu gapapa, Zel?" tanya Bintang merapikan seragam koki milik Azel.
"Aku ga apa-apa, Captain Bin," jawab Azel mencoba tersenyum.
Emir menambahi, "Makanya, Zel! Jangan ikut campur urusan saya sama Bintang! Kan kamu yang kena!"
Azel menunduk dengan permohonan, "Maaf, Captain Emir. Aku hanya ingin Captain Emir dan Captain Bintang... damai seperti dulu."
Diam sejenak.
Tak lama dari itu, Emir perlahan tertawa, tawa yang semula kecil, semakin lama semakin besar. "HAHAHAH! Damai katamu? Saya damai sama Bintang pembunuh ini? Ga akan!"
Bintang diam dengan segala kesedihan yang dia pendam di hati. Sebegitu bencinya Bang Emir dengan dirinya atas semua kejadian buruk yang telah lalu.
"Istighfar, Captain Emir," mohon Azel dengan mata berkaca-kaca. "Captain Bintang ini adikmu."
"Kamu jangan ngatur-ngatur saya, Zel!" bantah Emir. "Kamu mau saya pecat dan suruh lompat dari kapal ini sekarang juga?!"
Bintang melarang Emir, "Yang berhak mecat Azel cuma gue!"
Bintang segera menyuruh Azel membawa sepiring kentang goreng pesanannya tadi, lalu ia menarik Azel agar sama-sama keluar dari anjungan yang sedang penuh aura kemarahan.
**
Setelah keluar dari anjungan, Bintang mengajak Azel duduk di kursi kosong yang ada di sebuah kedai kecil, masih wilayah deck 15.
Bintang dengan wajah geramnya segera mengunyah kentang goreng lezat buatan Azel, sampai pipinya mengembung bak kelinci gembul. Dia sungguh menggila dengan kentang-kentang lezat itu sampai ingin menangis terharu. "Huhuuu, KENTANG GURENG penyelamat jiwa!"
"Yang sabar makannya, Captain. Nanti tersedak," pinta Azel cemas.
Bintang mencoba menelan kentangnya, lalu berkata, "Zel, apa sebaiknya saya berhenti berlayar?"
"Kenapa begitu, Captain?" Azel tentu protes. "Kapal ini, semua ini, dan kami... adalah milikmu."
"Milik Allah," timpal Bintang tersenyum tipis menatap kokinya.
"Iya, aku tahu, tapi... apa Captain Bintang akan menyerahkan semua ini begitu saja kepada Captain Emir? Bukankah Captain Emir sudah punya lebih banyak warisan dari peninggalan orang tua kalian?" tanya Azel yang merasa tidak ikhlas jika Bintang keluar dari kapal ini.
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Bintang malah bertanya, "Zel?"
"Iya, Captain?"
"Apa muka saya ada muka-muka bajak lautnya?" tanya Bintang lempem.
Azel terkekeh, lalu menggeleng, "Kalau pun iya, Captain Bintang akan menjadi bajak laut yang paling baik."
"Haish, dasar! Ya udah, balik kerja lagi sana," dorong Bintang, menyuruh Azel untuk memantau kerja koki-koki junior lainnya di dapur.
"Captain. Aku main game sebentar, boleh?" mohon Azel yang sudah lama tidak bermain game online. Sinyal wifi di kapal pesiar ini sungguh memuaskan, tapi Azel jarang menikmatinya karena terlalu fokus melayani keluarga Aljazari.
"Oke, main boleh, asal ga lupa sama tugas kamu," kata Bintang tentu mengizinkan.
"Aye, aye, Captain Bunny!" seru Azel bersemangat kembali dan memberi hormat. (Translate/T: Siap laksanakan, Kapten Kelinci!)
Bunny adalah label tertinggi di kapal ini, sebuah aturan yang diciptakan sendiri oleh Bintang yang suka karakter kelinci.
Entah apa jadinya nasib kapal ini jika sudah dicampuri Emir. Bintang mengira, kedatangan Emir ke kapal ini hanya untuk mengawasi kerjanya. Nyatanya tidak, Emir malah ingin mengambil alih semuanya.
Setelah Azel pergi, Bintang duduk sendirian sembari menghabiskan kentang-kentangnya. "Ya Allah, ga ada kapal yang indah tanpa kentang! Bisa gila beneran aku kalau ga ada kentang di atas laut," batin Bintang mencoba melupakan keributannya dengan Emir. Bintang memeluk dan mencium kentang-kentang goreng yang ada di atas piringnya, tingkahnya itu membuat beberapa gadis cantik yang melintas pun tertawa gemas.
"Lucu ya kaptennya! Hihi!" bisik para gadis yang mengagumi Bintang dari kejauhan.
Setelah menghabiskan gigitan terakhir pada kentangnya, Bintang bersiap menuju haluan kapal tepatnya deck 10 berdasarkan desain kapalnya. Haluan adalah tempat favoritnya untuk meluapkan segala emosi.
Dengan tatapan lelahnya, Bintang memasuki lift dan menekan angka 10.
Setelah tiba di deck 10, beberapa awak kapal (pelaut lainnya) segera memberi hormat di sepanjang deck ketika Bintang melintas.
Setibanya di haluan, Bintang tersenyum merasakan angin laut, berharap kondisi hatinya membaik. Namun, ia dikejutkan dengan kerumunan para penumpang di sekitaran haluan kapal. Karena rasa penasarannya, Bintang menghampiri.
Ternyata, ada seorang gadis berambut gelombang kecoklatan sebatas punggung, dengan poni gorden yang acak tapi imut. Ia begitu santainya tidur di ujung haluan kapal. Gadis itu sudah beberapa kali dinasehati penumpang lain agar pindah tidur ke tempat yang lebih aman, akan tetapi gadis tersebut tetap ingin tidur di pinggiran kapal dan hampir terjatuh.
Bintang keheranan melihat kegilaan itu. "Masih ada manusia yang lebih gila daripada aku," batinnya. Bintang juga tak sengaja terkekeh melihat gadis itu tidur sambil memeluk boneka bebek kuning besar sebagai bantal!
Penumpang di sana merasa tidak sanggup mengajak gadis itu turun, karena siapa saja yang mengganggu tidurnya akan dipukul pakai boneka bebek kuning besar itu. Bahkan, ada bapak-bapak berkepala gundul yang mana kepalanya menjadi korban dari amukan boneka bebek tersebut.
"Biarkan saja kalau dia mau mati kecebur!" tegas Bintang ikut nimbrung dalam kehebohan itu.
Mereka yang melihat kedatangan Bintang langsung memberi pandangan hormat atas seragam elok dan banyak pangkat pada tubuh atletis itu. Satu lencana yang spesial, yaitu lencana jangkar berkepala kelinci benar-benar menjadi ciri khas di dada kanan Bintang.
Semua penumpang yang semula khawatir pun mulai masa bodoh dengan nasib gadis itu. Mereka menjauh, apalagi di sana terpampang peraturan, jika ada petinggi/kapten yang datang ke haluan, maka jangan ada yang mengganggu.
Bintang menjadi tidak berkonsentrasi meluapkan teriakan kemarahan pada Emir karena ada gadis dengan boneka bebek yang tetap tidur di sana. "Haish!" decaknya.
Bintang memilih urung saja dan ingin pergi dari sana. Namun, kaki Bintang yang berjalan menjauh, kini berhenti sejenak. Dia menoleh untuk melihat keadaan gadis itu lagi. Kenapa dia harus peduli? Bagai ada magnet antara tubuhnya dan tubuh gadis itu.
Kali ini, gadis tersebut benar-benar akan terjatuh.
"Hoi, bangun!" Bintang berlari cepat, lalu berhasil menahan tubuh gadis yang masih tidur nyenyak.
Gadis itu perlahan terbangun ketika aroma parfum yang lembut namun kuat itu tercium olehnya. "Wanginya...," batinnya sembari tersenyum dan perlahan membuka mata.
Bintang mengembus napas lelah melihat gadis itu akhirnya membuka mata juga. Gerai rambut kecoklatan milik sang gadis tertiup angin laut, membelai wajah Bintang yang terpaku akibat kecantikan gadis merepotkan.
Yang gadis itu saksikan pertama kalinya membuka mata adalah seorang pria tampan dengan jas navy formal, berdasi belang kuning-navy, tak lupa ada lencana jangkar berkepala kelinci yang lucu di dada kanannya. Pria itu sedang menahan tubuhnya yang hampir jatuh dari ketinggian haluan menuju lautan. Sepertinya, dia harus berterima kasih?
"Kalau kamu tidur senyenyak ini, bangun-bangun kamu sudah ditanya 'SIAPA TUHANMU?'. Mau???" cerca Bintang kesal dan menjeliti mata gadis yang sedang kebingungan.
"A-Allah," jawab gadis itu mengerucutkan bibir usai dimarahi pria yang sudah menolongnya itu. Berikutnya, dia menoleh ke arah bawah, gadis itu baru menyadari bahwa boneka bebek miliknya sudah jatuh ke lautan. "BEBEKKU!!!" teriaknya mendadak.
Bintang refleks terkejut dan menutup telinga akibat teriakan gadis itu. Ditambah lagi gadis tersebut menggila ingin terjun demi mengambil boneka bebek yang masih mengambang di laut.
"Kamu beneran mau mati, hah?!" marah Bintang tidak kuasa menghadapi jenis penumpang aneh satu ini. Bintang tidak ingin bisnis pelayarannya menjadi buruk gara-gara satu oknum yang tiba-tiba mati konyol di kapalnya hanya karena boneka bebek!
"Biarkan aku mati! Huaaa... bebekku! Gara-gara kamu, bebekku jatuh! Aku mau mati sama bebeeek!" tangis gadis itu yang ingin terjun bebas.
"Yakali mati sama boneka bebek buluk!" Bintang pikir gadis ini sungguh gila. Sambil menarik paksa gadis itu ke tempat yang lebih aman, Bintang menelepon salah satu anak buah kapal (ABK) yang berada di lantai paling bawah untuk mengambil boneka bebek milik gadis itu.
Namun, sialnya, gadis itu terus meronta liar hingga Bintang lengah dan tubuhnya ikut tertarik ke bawah.
"Hoi, ya Allah!" teriak Bintang histeris akan jatuh dari ketinggian kapalnya sendiri, namun dengan gerakan cepat tangan Bintang menggapai tali tambang yang terikat kuat di kapalnya.
Deg!
Tubuh Bintang menggantung di ujung haluan, bertahan dengan tali pegangannya. Baru ia sadari tubuhnya terasa lebih berat. Saat dia mencoba melirik ke bawah, ternyata gadis bebek itu menangis ketakutan sambil berpengan kuat pada kaki kanan Bintang.
JREKKK!
Barusan adalah suara celana Bintang yang robek akibat ulah gadis bebek yang terlalu kuat meremas celana Bintang sebagai pegangan.
"Woy, jangan kuat-kuat!" histeris Bintang merasakan celananya sedikit kedodoran. "Anu nanti... kedodoran!"
"Takooot!" teriak gadis itu yang tak sengaja meraih pantat Bintang, padahal niatnya ingin menggapai baju.
"HOOOY!" teriak Bintang malu dan sudah kehilangan martabat ketika pantatnya diremas oleh gadis bebek gila antah-berantah.
"M-maaf, huaaa!" pekik gadis itu baru menyadari kesalahannya. Ternyata, montok juga apa yang tak sengaja ia sentuh tadi.
"HELP!" panggil Bintang meminta pertolongan. Namun, sepertinya para penumpang yang menjauh tadi sudah tidak berada di sekitar haluan lagi. (T: tolong!)
"AAA!" teriak gadis itu ketakutan karena celana dasar milik Bintang begitu licin, membuat tangan gadis itu tak kuat berpegangan.
"Saya minta kamu tenang!!!" marah Bintang seraya memohon juga agar gadis itu tidak menyusahkannya. "Ini semua kan gara-gara kamu! Katanya kamu mau mati sama bebek, terjun sana menyusul bebekmu!"
"Terjun berdua aku mau biar ada temennya!" ceracau gadis itu.
"Dah gila ya! Saya tendang nih!" ancam Bintang yang histeris terjebak kegilaan dengan gadis itu.
"Jangaaan! Ayo kita naik," pinta gadis itu dengan suara yang tidak meninggi lagi, malah terdengar rapuh.
Di saat tenang kembali, Bintang berusaha naik ke atas menggunakan tali itu, namun tiba-tiba ada seseorang datang ke sekitaran haluan. Sosok bertopeng burung hantu, gerak-geriknya begitu aneh, membuat Bintang curiga.
"Siapa pun kamu, bisa tolong kami?" pinta Bintang.
Dari postur tubuhnya, si topeng burung hantu itu adalah pria. Dia seolah berpikir ingin menolong Bintang atau tidak. Namun, saat melihat ada gadis cantik yang bergantung pada kaki Bintang, ia pun mengulurkan tangannya.
Satu tangan Bintang masih berpegangan pada tali, sedangkan tangan satunya berusaha menggapai tangan si burung hantu.
Gadis yang bergelantungan pada kaki Bintang terlihat ketakutan dan tidak berani menatap si pria bertopeng burung hantu. Ada ketakutan sendiri yang dia pendam. Dia terpaksa melihat laut di bawahnya dengan deburan ombak.
Sungguh tak disangka, saat hampir menggapai tangan si burung hantu, Bintang dikejutkan dengan sebuah pisau yang dengan cepat ditunjukkan padanya.
Gadis yang masih berpegangan pada kaki Bintang langsung menjerit saat si burung hantu akan menancapkan pisau itu ke arah Bintang. "Awas!!!" teriaknya memejamkan mata.
Pisau berhasil dihindari Bintang hingga benda itu jatuh dari ketinggian.
Akibat menghindari pisau itu, Bintang hampir saja melepas tali pegangan. "Argh!" keluhnya. Tangan Bintang terasa panas dan luka akibat gesekan kulit dengan tali kasar tersebut.
"Captain Bintang...," sapa burung hantu itu dengan nada lambat dan mencekik.
Deg.
Bintang tak mengenali sama sekali suara itu, tapi yang dia yakini sekarang bahwa burung hantu itu sangat mengenalnya dan... membencinya.
"Siapa pun di balik topeng burung hantu ini, saya akan hukum kamu!" gertak Bintang dengan tatapan teraniaya.
"Oh ya? Captain Bunny. Bunny, Bunny, kelinci, julukan hebatmu itu. Kau salah memilih julukan, Captain. Sadarkah, apa peran burung hantu di kehidupan kelinci?" tanya si burung hantu seraya menahan tawa melihat Bintang tak berdaya. "Burung hantu akan memangsa kelinci. Yummy! Pasti daging kelinci Bintang sangat gurih. Hahahah!"
Bintang pikir keadaan kapalnya begitu rawan. Siapa sosok sang burung hantu mengerikan? Beraninya dia memperlakukan Bintang seperti ini.
Tanpa mengulur waktu lagi, si burung hantu menggerakkan pisau yang lain miliknya untuk memutus tali yang menjadi pertahanan Bintang saat ini.
"Berhenti!" titah Bintang.
"Selamat bersenang-senang, Captain Bunny! Hahaha!" Si burung hantu malah tertawa gila sembari mengiris-iris tali yang nyaris putus, dan...
Terputuslah tali, diiringi teriakan Bintang dan gadis itu.
*
Bersambung...
Jangan lupa mampir ke
Instagram: @bebekzoy

หนังสือแสดงความคิดเห็น (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

      1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

      5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

      4
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด