logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 11 Punishment

Emma berusaha menahan rasa gugupnya. Ia menyesal dan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menahan diri ketika melihat yang cantik-cantik, yaitu bunga.
“Jika aku bertemu dengannya lagi, akan ku pastikan hidungnya patah.” Nada suara Emma terdengar serius. Wanita mana yang akan terima jika dirinya dikatakan murahan oleh lelaki yang belum sama sekali mengenalnya.
Ting!
Pintu lift terbuka tepat di lantai empat puluh sembilan.  Emma memperbaiki kerak baju kemeja putihnya sebelum dengan percaya diri memasuki ruangan yang akan menjadi rumah keduanya sehari-hari.
Emma terpana dengan desain interior ruangan itu. Interior dengan gaya Victoria terlihat sangat elegan dan mewah. Ruangan itu bagaikan sebuah hotel jika peralatan elektronik tidak tersusun di atas sebuah meja panjang, pengunjung pasti akan salah mengiranya. Ruangan yang di dominasi oleh warna hijau sehingga memberi atmosfer sejuk dengan beberapa tanaman hijau di beberapa sudut ruangan. Permadani berwarna hijau juga dibentangkan di lantai. Pengaturan pencahayaan yang baik dan beberapa furniture yang tertata rapi. Sebuah jendela kaca yang menjulang tinggi dengan pemandangan laut da seisi kota. Ruangan tim IT dapat dipastikan terasa nyaman dan membuat pekerja tidak jenuh dan bosan.
Mata Emma masih menjelajahi seluruh isi ruangan. Ia berkerut karena tidak melihat pegawai di sana. Hanya tas kerja yang berada di atas meja kerja. Emma kembali maju selangkah sambil mencari pegawai agar dapat memberi salam dan memperkenalkan diri.
Emma pun berhenti melangkah dan berdiri seperti patung. Lima menit kemudian terdengar handle pintu dibuka dari salah satu ruangan diiringi gelak tawa yang serempak. Emma langsung berdiri tegak.
“Selamat pagi,” sapa Emma dengan sikap sopan. Beberapa pasang mata sontak tertuju ke arahnya. Pipi Emma langsung bersemu merah. Hanya dirinyalah wanita di ruangan itu.
“Hay.” Emma sekali lagi menyapa dan melambaikan tangan ke arah  para lelaki yang bingung dan masih terdiam dengan mata tertuju padanya.
“Ah.. hay,” jawab seorang lelaki dengan perut sedikit buncit. Dia terlihat lebih tua dari para pria lainnya. Detik berikutnya terdengar nada serempak membalas salam Emma.
“Mari silahkan duduk.” Seorang lelaki berkemeja navi dan berkepala botak mempersilahkan Emma duduk di side chair berwarna hijau tua. Pria lainnya mengikuti ke mana Emma duduk.
“Terima kasih,” ucap Emma lalu mendaratkan bokongnya di sana. Lagi-lagi Emma dibuat bingung karena para pria itu juga duduk mengelilinginya dengan tatapan bingung ke arahnya.
“Maaf, Anda siapa?” tanya lelaki berperut buncit tadi.
Emma sontak berdiri dan menundukan kepala. “Perkenalkan nama saya Emma Liandra Jones. Mulai hari ini saya akan bergabung dengan tim IT Alves Corp. Mohon kerja samanya.”
Para pria saling pandang. Emma hanya tersenyum kikuk.
“Apakah pekerja baru tim IT adalah seorang wanita?” tanya seorang pria dengan ID Card terbalik.
“Bukankah seorang pria tampan tempo hari?” Pria buncit dengan dahi dikerutkan.
“Apakah benar kamu adalah pegawai baru itu?” tanya seorang pria berumur sekitar dua puluh enam tahun. Rambutnya gondrong khas orang Timur.
“Iya, benar,” jawab Emma.
“Semoga kamu bisa kerasan di sini,” balas pria gondrong itu lalu berlalu pergi menuju meja kerjanya.
Para pria lainnya masih menatap bingung ke arah Emma. Mereka masih belum percaya jika anggota baru tim IT adalah seorang wanita. Apalagi wanita ini sangat cantik dan mempesona. Emma bagaikan bunga mawar di tengah rumput liar.
“Terima kasih,” balas Emma dengan percaya diri. Ia memandang pria di sekelilingnya. “Jika masih belum percaya, silahkan menghubungi sekretaris perusahaan ini.”
Sebelum para pria itu mengambil ponselnya, pintu ruangan langsung di buka. Ryan memasuki ruangan dengan wajah sedikit masam. Entah berapa banyak asam yang dia dapat dari Ethand.
“Selamat pagi, Pak,” sapa semua pegawai dan langsung berdiri termasuk Emma. Hanya lelaki gondrong tidak memedulikan kehadiran Ryan dan sibuk dengan komputernya.
“Pagi,” Ryan mengeluarkan tangan dari saku celana kerjanya. “Apakah kalian sudah berkenalan dengan pegawai baru?” tanya Ryan dengan tatapan langsung tertuju ke arah  Emma.
“Apakah benar wanita cantik ini adalah anggota baru yang akan bergabung dengan kami, Pak?” tanya pria buncit yang masih belum percaya. Emma hanya menghembuskan napas pelan. Bukan hal baru situasi seperti ini dialami Emma. Ia sering kali bertemu orang-orang yang tidak memercayai jika dirinya bisa bahasa program dan memperbaiki segala macam barang elektronik. Emma senantiasa tenang dan membiarkan Ryan selaku sekretaris yang meyakinkan mereka.
“Iya, benar. Apakah kamu sudah memperkenalkan diri?” tanya Ryan kepada Emma.
“Sudah, Pak,” jawab Emma.
Ryan berjalan mendekati pria gondrong dan menepuk bahunya. “Sobig, Emma akan membantumu dalam coding.”
Emma berkerut. Ia tahu jika Sobig  adalah nama salah satu jenis virus komputer. Virus yang menyebar tahun 2003 ini dijuluki virus yang pertumbuhannya paling cepat. Kerugian diperkirakan mencapai US$ 37.1 miliar dan menghentikan sejumlah maskapai Amerika Serikat dan perusahaan besar di sana. Emma terpana dan mulai mengamati pria yang akan menjadi rekan kerjanya.
“Benarkah? Apakah tidak salah merekrut, Pak?” Pertanyaan Sobig membuat rekan kerja lainnya geram. Ryan tahu betul sifat Sobig.
“Apakah kamu mengenal Perl?” tanya Ryan pada Sobig. Pegawai lainnya langsung menatap kea rah Ryan. Mereka tentu tahu siapa Perl. Dia adalah orang yang mengalahkan Sobig dalam hal meretas.
“Tentu tahu, Pak,” jawab Sobig.
“Perl dikalahkan Emma tempo hari.”
Semua pegawai langsung memelotot kaget. Termasuk Sobig. Jika Emma mampu mengalahkan Perl maka Sobig bukanlah tandingannya.
Sobig yang sbeelumnya enggan menatap Emma kini perlahan memalingkan wajah menatap Emma.
“Apakah wanita ini adalah gadis di kampus dulu?” tanya Sobig dalam hati. Ia segera memailngkan wajahnya dan kembali sibuk dengan computer di depannya.
“Apakah kamu menerimanya sebagai rekan kerja?” tanya Ryan lagi.
Sobig tidak menjawab. Semua yang ada dalam ruangan itu menunggu jawabannya. Beberapa saat kemudian, Sobig pun mengangguk. Emma tersenyum lega. Ryan pun melepaskan tangannya dari pundak Sobig dan berbalik badan menuju pegawai yang mengelilingi Emma.
“Mohon bantuannya untuk membimbing Emma. Dia anggota baru dan satu-satunya wanita dalam tim ini. Json, Mac, Trojan, Page, Linux, dan Ruby apakah kalian bisa menjaga Emma?” tanya Ryan pada pegawai yang masih mengelilingi Emma. Emma semakin berkerut ketika mendengar nama-nama yang disebutkan oleh Ryan. Nama-nama khas IT.
“Siap, Pak..,” jawab mereka serempak.
“Ada satu hal yang ini saya sampaikan.” Ryan mengalihkan tatapannya kea rah Emma. Raut wajah Emma langsung berubah. Kening yang semula berkerut kini kembali normal.
“Karena di hari pertama kamu bekerja dan sudah memasuki lantai 45 dan terlambat lima belas menit, maka kamu menerima hukuman dari CEO baru kita.” Ryan dengan nada serius. Beberapa pegawai di samping Emma saling berbisik. Hanya Emma yang bingung dengan situasi sekarang.
“semua pekerjaan tim IT hari ini, kamu yang harus selesaikan,” ucap Ryan dengan raut wajah tidak tega.
“Apa?!” Suara para pria di samping Emma yang terkejut dengan ucapan Ryan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (469)

  • avatar
    Liaaaa

    aaaa cinta banget sama cerita ini, setelah menunggu lama dan pemasaran akhirnya bab 150 adalah akhir dari cerita, thanks you thorr telah memberikan cerita terbaik, selalu semangat thorr❤️

    01/04/2022

      1
  • avatar
    Arif Karisma

    Cerita ny sungguh menarik dan menghibur saya suka sekali dengan alur ceritanya

    27/03/2022

      0
  • avatar
    Umayyachan

    suka suka suka, pdhl baru baca setengahnya tpi kuudah jth cinta dari bab 1❤ semangat updte sesering mungkin ya thor 💪

    29/12/2021

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด