logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Pingsan

Vannie duduk sambil mengeluarkan air mata sedih dan kecewa. bukan sekali atau dua kali Kenny bersikap keras terhadapnya. akan tetapi selama ini terlalu sering membuat gadis itu sakit hati dengan setiap ucapannya.
Nona! Nona! kamu baik-baik saja?" tanya pelayan itu yang menuruni anak tangga.
Vannie berusaha bangkit dan berdiri walau ia sangat menderita.
"Nona, kenapa wajahmu begitu pucat? apakah kamu sakit?"
"Bibi Elle, aku tidak apa-apa," jawab Vannie yang ingin melangkah pergi.
"Bagaimana kalau bibi panggilkan dokter, dan Nona istirahat di sini saja," ujar Ella.
"Kalau aku di sini, Kenny pasti marah lagi. aku harus pergi!" pamit Vannie.
"Kondisi Nona tidak begitu baik, bibi akan panggilkan taksi untukmu!" ucap Ella.
"Tidak perlu, Bi. aku akan pulang dengan jalan kaki saja," jawab Vannie.
"Nona, kamu sedang tidak sehat, jangan memaksakan diri!" ujar Elle yang khawatir.
"Jangan khawatir! aku bisa menghubungi temanku untuk datang menjemputku," jawab Vannie yang kemudian melangkah pergi.
"Kalau aku pulang naik taksi, uangku tidak akan cukup hingga akhir bulan. sebagian gajiku sudah ku bayar biaya operasi," batin Vannie.
Elle mengeleng-geleng kepalanya karena iba dengan gadis itu yang sering diabaikan.
"Andaikan tuan lebih lembut dengannya, maka dia tidak akan begitu terluka," gumam Elle.
Vannie berjalan sambil menahan sakit. ia mengeluarkan air mata dan sakit hati karena pria yang dia cintai selama ini tidak pernah bersikap baik padanya. walau hubungan mereka adalah sepasang kekasih akan tetapi bagaikan orang asing yang baru bertemu.
Setelah beberapa saat kemudian Vannie tidak sadarkan diri, gadis itu tumbang di jalan tanpa diketahui oleh siapapun.
Tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti di sana, pemilik mobil tersebut keluar dan menghampiri gadis itu.
"Nona! Nona!" panggil pria itu yang mengangkat tubuh gadis itu.
"Wajahnya sangat pucat," ujarnya yang kemudian mengendong gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
Pria yang berparas tampan dan muda itu langsung melarikan Vannie ke rumah sakit terdekat.
"Dokter, tolong selamatkan gadis ini!" pinta pria itu yang menidurkan Vannie ke atas ranjang.
Dokter dan suster segera menangani gadis itu dan membawanya ke ruang UGD
"Tuan, apakah Anda adalah anggota keluarganya?" tanya Suster itu.
"Bukan! aku menemukannya di jalan, saat itu dia sudah pingsan," jawabnya
"Apakah tuan bisa menandatangani pendaftaraan untuk pasien?"
"Aku?"
"Iya," jawab Suster itu.
"Baiklah, akan aku lakukan," jawabnya.
"Siapa nama Anda?"
"Shane Wang," jawabnya.
Setelah setengah jam kemudian.
"Dokter, bagaimana dengan gadis itu?" tanya Shane.
"Kondisinya sangat lemah, dan dia mengalami pendarahan lagi," jawab Dokter.
"Pen-pendarahan lagi? apa maksudnya?" tanya Shane.
"Sebelumnya pasien apakah mengalami pendarahan? bagian rahimnya dijahit. karena terlalu banyak bergerak sehingga pasien tidak sadarkan diri. dia harus banyak istirahat," jelas dokter.
"Soal ini aku tidak tahu, aku juga tidak mengenalnya," jawab Shane.
"Kita harus menunggunya sadar dan bertanya padanya, agar bisa menghubungi keluarganya," kata Dokter itu.
"Baiklah, Dokter!" jawab Shane.
Malam hari.
Shane yang melihat Vannie belum sadar ia setia duduk di samping ranjang sambil memandang ke arah gadis itu.
"Pendarahan rahim? penyakit seperti apa itu? dan di mana keluarganya? kondisinya sangat lemah tapi dia keluar begitu saja," ucap Shane yang simpati pada gadis itu.
Mansion Kenny.
Jam dinding telah menunjukan pukul 23.00.
Pria itu masih saja sedang bekerja seperti biasa, ia sudah biasa lembut hingga larut malam. selama hidupnya ia lebih mengutamakan bisnis dari pada hubungan asmara. tidak sedikit pula wanita cantik yang ingin menghampirinya. akan tetapi ia sama sekali tidak menanggapi.
Tok...tok...
Ketukan pintu yang dilakukan oleh Elle.
"Masuk!" sahut Kenny sambil berfokus pada laptop.
"Tuan, makanan dan minuman sudah siap," kata Elle yang membawakan cemilan malam untuk majikannya.
"Hm...," jawab Kenny yang sedang sibuk mengutak-atik keybord.
"Tuan, e...," ucap Elle yang ragu ingin mengatakannya.
"Ada apa?" tanya Kenny.
"Nona Vannie dia...."
"Untuk apa mengungkitnya?" tanya Kenny yang tanpa menoleh ke arah pelayannya itu.
"Maaf, Tuan. saya bukan ingin ikut campur. hanya saja saya melihat nona seperti sedang sakit. wajahnya sangat pucat dan lemah," kata Elle yang memberanikan dirinya.
"Pucat dan lemah?" tanya Kenny yang menoleh ke arah Elle.
"Iya, apakah tuan tidak perhatikan wajah nona yang begitu pucat? dia hampir tidak mampu berdiri," jawab Elle.
"Jangan perbesarkan sesuatu yang bukan masalah besar, kalau dia tidak bisa berdiri mana mungkin bisa berkeliaran," kata Kenny.
"Tuan, nona hanya memaksakan diri, dia ingin menjemput tuan di bandara, oleh sebab itu dia memaksakan diri," ucap Elle.
"Apakah dia tidak bertemu dokter?"
"Tidak! saya ingin menghubungi dokter akan tetapi nona menolak, dan berjalan sambil tertatih-tatih," jawab Elle.
"Dia bukan anak kecil, seharusnya bisa jaga diri, kalau dia tidak ceroboh maka dia tidak akan jatuh sakit," ucap Kenny.
"Tuan, nona selama ini tidak pernah melawan, dia selalu patuh pada tuan. akan tetapi di saat dia sakit tidak pernah meminta bantuan tuan," ujar Elle.
"Elle, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?" tanya Kenny dengan sedikit kesal.
"Tuan, saya sudah lama bekerja di sini, dan tentu saja sudah mengenal nona selama sepuluh tahun. nona adalah gadis yang baik rela menunggu Anda selama sepuluh tahun. selama ini Anda tidak pernah bersikap lembut padanya dan selalu saja keras dan dingin. akan tetapi nona tetap memilih diam. saya hanya berharap kalau tuan bisa baik terhadap nona," jawab Ella.
"Sejak kapan kamu ikut campur urusan pribadiku? aku ingin menikahi dia atau tidak bukan giliranmu yang ikut campur," bentak Kenny.
"Maaf, Tuan. saya kasihan pada nona saat melihat dia begitu lemah dan kesakitan. saya hanya khawatir bagaimana kalau dia pingsan di jalan dan tidak ditemukan orang lain," ucap Elle dengan menunduk.
"Jangan ikut ungkit lagi! pergilah ke kamarmu!" ketus Kenny.
"Baik, Tuan," jawab Elle dengan patuh.
Kenny merasa kesal dengan setiap ucapan Elle, ia menarik nafas kasar dan menyandarkan diri.
Kenny mengingat semua ucapan gadis itu pada siang tadi.
"Tapi, aku bukan sengaja! aku jatuh sakit dan---"
"Sudah! aku tidak ingin dengar apa yang kamu katakan!"
"Wajahnya memang pucat, tapi, kenapa aku malah tidak menyadarinya," gumam Kenny.
Nada dering panggilan masuk ke handphone Kenny.
Kenny lalu menjawab panggilan tersebut," Hallo!"
"Kenapa suaramu seperti orang yang sedang kesal?" suara pria yang di seberang sana.
"Kamu di mana?" tanya Kenny.
"Di rumah sakit!" jawab pria itu.
"Kamu sakit?"
"Bukan aku! aku menemukan seorang gadis yang pingsan di tengah jalan, oleh sebab itu aku membawanya ke rumah sakit."
"Dan kamu masih menemaninya?"
"Iya, aku ingin menunggu dia sadar baru pulang, siang tadi aku berencana ingin bertemu denganmu. tapi tidak jadi. bagaimana kalau besok saja kita bertemu?"
"Bisa juga! sampai jumpa besok," ucap Kenny yang kemudian memutuskan panggilannya.
Kenny kemudian melihat nama kontak yang ada di handphonenya.
Kemudian Kenny menekan tombol angka 1.
Kenny yang ingin menghubungi kekasihnya akan tetapi nomor tujuannya tidak aktif.
"Nomor tidak bisa dihubungi, mungkin saja sudah tidur. mana mungkin dia terjadi apa-apa," ucap Kenny.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (182)

  • avatar
    Siti Ayuni

    sedih tpi best💜💜

    29d

      0
  • avatar
    Mila abdullah

    Ending yang sedih. Cerita nya menarik.

    02/08

      0
  • avatar
    Rohoss Ali Hassan

    Terima kasih kepada kamu yang sudah membuat aku menangis dari malam sampai pagi ini... 😭😭😭... Kesian.. Benci dengan lelaki tu.. Aaarrhhhhh 😭😭

    04/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด