logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

4

Adella bangun awal pagi ini, kan ini hari minggu. Rutinitasnya setiap hari minggu ya, berlari sambil mengelilingi kawasan tempat tinggalnya. Olahraga yang sangat di sukainya sejak dulu saat masih tinggal di Jakarta.
”Cuacanya cerah banget nih. Ayo kita mulai” ucapnya.
Adella berlari dengan langkah yan ringan. Tujuan dari olahraganya ini ya agar sehat dan untuk mengingat kenangannya bersama seseorang tentunya.
”Apa benar ya yang dikatakan reva. Apa yang dilakukan kak Putra hanya semata-mata untuk melindungiku. Melindungiku dari apa emangnya, pusing deh” batin Adella bergejolak.
”Apa sebaiknya Aku bicara berdua sama Dia ya. Malas sih sebenarnya, tapi. Baiklah apapun resikonya, akan aku hadapi. Semangat Adel” putusnya.
Adella telah memutuskan untuk mendengarkan Putra. Tapi tak semudah itu untuk keduanya bertemu. Akhir-akhir ini, Putra menjauhinya. Membuat Adella merasakan ada sesuatu yang hilang, tapi tak tahu apa.
“Kak Putra kemana sih, dibutuhin aja hilang entah kemana. Nggak dibutuhin gangguin gue mulu” batinnya.
”Apa sebaiknya gue, tanya sama Reva kali ya” ucapnya.
Gadis yang sedari tadi dipirkannya pun menghampirinya.
”Hai Dell, lagi mikirin apa sih” tanya Reva.
”Hmm... loe tahu nggak Kak Putra ke mana. Udah seminggu ini gue nggak lihat Dia di kampus” balas Adella.
”Emangnya loe nggak tahu ya Dell. Kalau Putra itu sudah pindah, Dia melanjutkan kuliahnya di Jerman. Orang tuanya dipindah tugaskan di sana, mau tidak mau ya Dia harus ikut” ujar Reva.
”Kok hati aku sakit ya dengarnya. Kok sesak gini sih” batin Adella.
”Emangnya ada apa Dell” tanya Reva.
”Nggak, kalau begitu kita masuk yuk” alih Adella, keduanya masuk ke kelas. Ya sedari tadi mereka berbincang di depan kelas, bukan depan pintu masuk ya.
Adella tak bisa berkonsentrasi selama perkuliahan berlangsung. Bagaimana tidak, titik fokusnya terbagi untuk memikirkan Putra.
”Kok gue, mikirin kak Putra sih. Ih... nyebelin deh” batinnya.
Adella terus menerus melamun, dan tak memperhatikan materi yang di jelaskan. Bahkan panggilan dari sang dosen pun tak ditanggapinya. Bahkan tanpa sadar dia pun berteriak dengan kencang.
”ENYAH LOE DARI OTAK GUE, DASAR KURANG KERJAAN” teriaknya tanpa sadar.
”ADELLA PUTRI KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG. KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN MATERI SAYA KAN” balas Bu Herfina, yang terkenal dengan kegalakannya.
”Aduh mampus gue” batinnya.
”Tapi bu...” balasnya gugup.
”Nggak ada tapi-tapian, sekarang kamu keluar dari kelas saya” kekeh Herfina.
Adella pun meninggalkan kelas tersebut dengan perasaan dongkol. Akibat dirinya yang terus memikirkan Putra, dia yang kena imbasnya. Karena tak memiliki arah tujuan, Adella pun memutuskan ke taman. Tempat ternyaman baginya untuk melepaskan dan meluapkan segala unek-unek yang bersarang diotaknya itu.
”Begini nih kalau selalu memikirkan orang lain yang belum tentu memikirkan kita balik. Kenapa sih loe harus datang di kehidupan gue kak. Gue baru mau memberikan kesempatan kedua sama loe. Tapi loe pergi tanpa pamit sama gue kak. Eh... emangnya gue siapanya loe ya kak, kok harus pamit segala” ucapnya.
Adella pun memutuskan duduk di bangku taman, dan kemudian alam bawa sadarnya mengingat kenangannya bersama Putra.
Flashback
Hari ini adalah pertama kalinya Adella menginjakkan kakinya ke sekolah. Ya tentu kan ini hari pertama mos kali. Adella masuk dan ikut berbaris bersama teman-teman seangkatannya. Mau tahu nggak penampilan mereka, anak cewek: baju sekolah SMPnya, tas yang terbuat dari kresek, kaos kaki bedah warna (Hitam&putih) dan jangan lupa rambutnya diikat ekor kuda menggunakan tali rapia serta tpi bulat dari karton berwarna. Dan untuk anak cowoknya, hampir sama sih dengan yang cewek. Bedanya mereka memakai topi yang berbentuk kerucut tanpa ikat rambut. Ya kali, emangnya rambut mereka panjang seperti cewek.
”Baiklah adik-adik, selamat datang di SMA Mulya Bakti. Perkenalkan nama kakak Arkam, selaku ketua osis di sekolah ini. Jadi adik-adik, hari ini kalian akan kami bagi jadi 9 kelompok ya” ucap Arkam.
”Nah Sindi, silahkan dimulai” ucapnya pada Sindi, wakilnya.
”Ok sip” balas Sindi.
”Nah adik-adik, silahkan maju dan ambil kertas yang dalam kotak itu. Ingat jangan rebutan ya” lanjutnya.
Seperti yang diharapkannya, calon siswa baru semuanya taat aturan. Sehingga pembagian kelompok berjalan lancar.
”Nah sudah semua kan, jadi silahkan berkumpul bersama anggota kelompok kalian” ucap Arkam.
Tak membutuhkan waktu lama, calon siswa baru pun telah berkumpul dengan kelompok masing-masing.
”Kalau begitu, adik-adik kalian akan diarahkan oleh kakak pendamping sesuai dengan kelompok kalian. Paham” ucap Arkam.
”Untuk itu kita mulai, silahkan” lanjutnya.
”Nah adik-adik, bagi yang kelompok 9. Nama pendamping kalian Ajun Perwira, Adelia Brama, Anggun Pratama, Devan Alamsyah dan Rian Abraha. Kelompok 7: Amanda Mariposa, Hizam Malik, Najwa Purwa, Diana Drian dan Evan Vatikan. Kelompok 6: Maria Saad, Safar Usman, Uas majid, Mira Sulaeman dan Fikram Adil. Kelompok 5: Khumaid Darmawan, Sinta Dwi Arumi, Aluna Fatih, Aan Giovani dan Farhan Abbas. Kelompok 4: Ahmad Dahlan, Dewi Araya, Difa Safira, Wahyu Syam dan Mega Maghfira Ustman. Kelompok 3: Jeje Wahyu, Ayunda Darma, Siska Masyam, Feri Alfian dan Gatot Mulyadi. Kelompok 2: Damar Wulan, Bulan Maduniana, Arham Budayawan, Melly Aslan dan Ratu Widya. Dan kelompok 1: Yaya Nurhayana, Ardila Larasati, Keke Firman, Alex Gautama dan Andriel Gamana. Nah adik-adik itu lah nama pendamping kalian, kepada pendampng silahkan arahkan dampingan kalian ke ruangannya” ucap Sinta.
Adella masuk kelompok 2 yang beranggotakan 40 orang, wow banyak ya. wajar sih, tahun ini menerima 360 siswa sekolah yang mendaftar. Itu aja sudah terseleksi, dari 700 pendaftar yang diterima hanya 360 orang saja.
“Baiklah adik-adik, sebelum kita lanjut alangkah baiknya kalau kita saling mengenal. Ada pepatah yang mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’. Untuk itu agenda kita hari ini ialah saling mengenal satu sama lain. Baiklah di mulai dari kakak ya. perkenalkan nama kakak Damar Wulan, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap adik-adik dan juga teman-teman yang lain” ucap Damar.
”Hai adik-adik, nama kakak Arham Budayawan. Kalian boleh panggil kak Arham” ucap Arham.
“Kalau kakak Bulan Maduniana, panggil kak Bulan saja” ucap Bulan.
”Melly Aslan, panggil kak Melly ya” ucap Melly.
”Kalau kakak, Ratu Widya. Panggil kak Ratu atau kak Widya juga boleh” ucap Ratu.
“Nah sekarang giliran kalian, kita mulai dari ujung sana” ucap Damar sembari menunjuk bangku paling belakang sebelah kanan.
Merasa terpanggil, calon siswa baru pun mulai menyebutkan namanya satu persatu.
”Nama Nadya Mustika, dari Bali”
“Adinda Alatas, Jogja”
“Gerry Brian, bukan Gerry salut ya. dari Madura”
“Marimar Naisya. Tasikmalaya”
“Nesya Amira. Bali”
“Andi Asnaya. Makassar”
“Adila Riyadi. Medan”
“Muhammad Asri. Bengkulu”
“Marjuana. Papua”
“ Nani Miara. Jakarta”
“Adella Putri. Jakarta” kita skip aja setelah Adella.
Teman-teman Adella ternyata banyak yang pendatang. Setelah semuanya memperkenalkan diri, kegiatan pun dilanjutkan.
”Nah sekarang kita sudah saling kenal, selanjutnya kita mulai ya” ucap Damar.
Adella mengikuti kegiatan mos dengan sabar, hari ketiga mos. Adella, diberi hukuman sebenarnya sih bukan lebih tepatnya tantangan.
”Adik-adik, hari ini kalian akan meminta tanda tangan pada kakak yang ada di hadapan kalian. Kumpulkan yang banyak ya” ucap Arkam.
Setelah menerima arahan dari Arkam, calon siswa baru pun berpencar. Tak terkecuali dengan Adella. Beruntung kakak pendampingnya orang yang baik, jadi tidak sulit baginya meminta tanda tangan mereka.
”Aduh... baru dapat 5 nih. Kemana lagi ya. sama kak Arkam kali ya” batinnya.
Dengan penuh keberanian, Adella pun menghampiri Arkam dan meminta tanda tangannya.
”Permisi kak, bisa minta tanda tangannya tidak” ucapnya.
”Bisa... sini buku kamu” balas Arkam. Setelah menandatangani buku tersebut, Arkam pun mengembalikannya kepada Adella.
”Udah dapat berapa Dell” tanya Arkam.
”Baru 6 kak. Susah minta tanda tangan yang lain. Pada banyak maunya” keluhnya tanpa sadar.
”O ya.. kamu mau nggak kakak kasih tantangan. Agar kamu tidak perlu susah minta tandangan lagi. Cukup minta tanda tangan 1 orang aja, udah cukup” ucap Arkam.
”Emangnya boleh kak” balas Adella.
”Boleh dong. Kan saya yang arahkan” ucap Arkam meyakinkan Adella
”Ok dek kak. Tantangannya apa” tanya Adella.
”Tantangannya gampang sih kamu cukup minta tanda tangan mantan ketua osis sebelum kakak. Dia bernama Raihan, kelasnya kamu cari sendiri ya” balas Arkam.
”Tahu orangnya saja tidak kak. Kakak ada-ada aja deh” ucap Adella.
”Gampang itu Dell. Dia terkenal kok. Kamu pasti gampang temuinnya. Semangat ya” balas Arkam.
”Ya sudah deh” putus Adella.
Adella pun melaksanakan permintaan kakak kelasnya itu. Awalnya dia kesusahan, seakan dewi fortuna memihaknya dia bertemu dengan Bulan pendampingnya.
”Permisi kak Bulan. Kakak tahu nggak kelasnya kak Raihan itu di mana” tanyanya.
”Raihan yang mana dek” balas Bulan.
”Itu loh kak, ketua osis sebelum kak Arkam” ucap Adella.
”Nih anak, pasti dikerjain nih sama Arkam. Kasih tahu nggak ya” batin Bulan.
”Kak Raihan ya, dia kelas XII Ipa 1 dek” lanjutnya.
”Kelas XII Ipa 1 ya kak, makasih ya kak. Kalau begitu aku pergi dulu” Pamit Adella.
Adella melangkah dengan ringan ke kelas XII Ipa 1. Beruntung keadaan kelas tersebut masih sepi. Hanya ada seorang cowok yang duduk di kursinya.
”Permisi kak” ucapnya.
”Ada apa ya” balas Cowok itu dingin.
“Ya Tuhan dinginnya” batin Adella.
”Kakak tahu kak Raihan nggak” tanyanya.
”Iya, itu nama gue. Ada perlu apa” balas cowok tersebut yang ternyata bernama Raihan.
”Hmm... boleh minta tanda tangannya nggak kak” ucapnya.
”Untuk apa” balas Raihan.
”Disuruh sama kak Arkam kak” jujur Adella.
“Nggak semudah itu loe bisa minta tanda tangan gue” ujar Raihan.
”Terus apa yang harus aku lakukan kak” tanya Adella.
”Hmm... kamu bisa menyanyi nggak. Tolong dong nyanyi buat gue” tantang Raihan.
”Aduh gimana nih... gue malu lah” batin Adella.
”Kok mala bengong sih mau nggak” tanya Raihan.
”Iya deh kak” balas Adella.
Dengan berat hati Adella pun menyanyi, dan lagu yang dibawakannya adalah lagu dari Isyana Sarasvati, tetap dalam jiwa. Alunan merdupun terdengar...
Tak perna terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang perna kita lewati bersama nyata hilang dan sirna
Hitam putih berlalu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati tuk dapatkan
Semua jawaban ini
*Bila memang haarus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau akan tetap ada di dlam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Back to *
Memang tak mudah tapi ku tegar menjalani kosongnya hati
Buanglah mimpi kita yag pernah jadi history.
Suara yang sangat merdu, membuat Raihan terpana.
”Alah suara loe nggak enak, mana buku loe” ujarnya.
”Nggak usah ngejek juga kali kak, ini” balas Adella.
Raihan pun menandatangani buku milik Adella kemudian mengembalikannya.
”Ini buku loe, lain kali nggak usah nyanyi lagi” ujar Raihan.
”Iya kak, makasih” pamit Adella.
Karena Adella berhasil mendapatkan tanda tangan Raihan, dia pun terbebas dari segala bentuk penindasan kakak kelasnya.
”Gimana udah dapet dek” tanya Arkam.
”Udah kak, lihat nih” balas Adella sembari memperlihatkan bukunya yang telah ditandatangani Raihan. Yang membuatnya terkejut, bukan tanda tangannya, melainkan satu lembar bukunya hanya diisi oleh tanda tangan milik Raihan yang dia besarkan.
”Hebat kamu dek. Baru kali ini dia mau memberikan tanda tangannya. Lalu-lalu mana dia mau. Tapi karena kamu berhasil, kamu boleh istirahat sekarang” ujar Arkam.
”Serius kak, terima kasih” pamitnya.
Adella telah resmi mejadi siswa di sekolah tersebut sejak 2 bulan yang lalu. Dan hari ini sungguh mengejutkannya.
”Kamu Adell Putri kan. Di tunggu sama kak Raihan tuh di lapangan basket” ucap Mika, teman sekolahnya.
“Memangnya ada apa sih” tanya Adella.
”Manalah aku tahu” acuh Mika.
Adella pun melangkahkan kakinya ke lapangan, sesampainya di sana.
”Hai semuanya kalian dengerin ya... Adella Putri mau kah kamu menjadi pacar aku, dari seorang Raihan Aditama” ucapnya sembari berjongkok di depan Adella.
”Iya kak, aku mau” balas Adella.
”Terima kasih, karena hari ini gue senang. Kalian boleh makan sepuasnya di kantin, nanti gue yang bayar” ujar Raihan.
Terdengar sorakan dari teman-temannya. Mereka langsung ke kantin, menyambut berkah yang diberikan Tuhan lewat Raihan. Dan hari-hari dilalui keduanya penuh dengan kebahagiaan.
Back to
“Masa-masa itu sangat indah ya kak. Sayang semuanya hancur sekarang. Kenapa kamu harus pergi sih kak” ucap Adella.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (33)

  • avatar
    RidwanDeden

    bagus

    04/08

      0
  • avatar
    Nur Salim

    sangat senang

    20/07

      0
  • avatar
    Ishma Aulya

    goog

    27/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด