logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Perjalanan Pertama Adelia

"Capek, ya?" tanya Reno ketika melihat istrinya rebahan diatas kasur.
Acara baru saja selesai, tamu-tamu undangan sudah pulang. Hanya tinggal beberapa anggota keluarga yang masih berkemas untuk kembali ke rumah masing-masing.
Adel sudah lebih dulu masuk ke kamarnya, selama beberapa hari ini dia kurang istirahat. Rangkaian upacara adat telah menguras tenaganya. Adelia sangat lelah, matanya terlihat sayu karena kurang tidur.
"Aku pijitin?" Reno duduk disampingnya.
"Gak usah, kamu juga pasti capek," tolak Adel.
Reno beringsut tidur disamping Adel, dipeluknya tubuh molek dihadapannya. Lalu diciumnya kening Adel perlahan.
"Tidurlah! Besok kita harus siap-siap berangkat ke Bali," bisik Reno ditelinga Adel.
Adel balas memeluk tubuh kekar Reno, disembunyikannya kepalanya di dada suami tercintanya.
"Kalau Kak Reno mau, aku siap kok," Adel menawarkan diri. Dia ingat pesan mamanya, secapek apapun, seorang istri harus siap melayani suaminya.
Reno malah tersenyum sambil mendekap Adel.
"Nanti aja, di Bali. Malam ini kita istirahat dulu," katanya.
Beberapa menit kemudian, terdengar dengkur halus dari mulut Reno. Dia pun sama lelahnya dengan Adel. Perlahan Adel menarik selimut menutupi tubuh Reno yang telanjang dada. Dikecupnya pipi Reno, lalu diapun memejamkan mata.
Awalnya Reno ingin mengajak Adelia menikmati bulan madu mereka keluar negeri. Maldives atau Turki, Reno ingin sekali pergi kesana. Namun Adelia tak ingin pergi jauh. Alasannya cukup menggelikan, Adelia belum pernah naik pesawat. Dia sangat takut jika harus melakukan perjalanan jauh dengan pesawat.
Reno memakluminya, dulu Adelia gadis terkekang. Jangankan pergi keluar pulau, untuk keluar rumah saja dia tak diperbolehkan. Beruntung kemudian dia bisa melarikan diri dari kekejaman ayah tirinya dan tinggal di Bandung. Sampai akhirnya bisa melanjutkan kuliahnya di Jakarta.
Di Jakarta lah Adelia mendapat kebebasan untuk pergi kemanapun yang dia mau. Namun yang bisa dilakukannya paling jauh pergi ke Bandung. Selama Reno di Jakarta, belum sempat mengajak Adelia berlibur ke tempat yang jauh.
Ini pertama kalinya Adelia pergi berlibur jauh. Hanya berdua dengan Reno. Dia bingung apa yang harus dipersiapkan selama berada di Bali. Untunglah mama dan Angela mau membantunya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Adelia disana.
Pesawat berangkat pukul 09.45. Sejak pagi Mama sudah mengemasi barang-barang Adelia dan Reno. Memasukkannya kedalam mobil, supaya kedua pengantin baru itu tinggal pergi.
"Ini kayu putih masukkan dalam tasmu. Kalau kamu merasa pusing, tempelin di hidung,!" pesan Mama seperti menasihati anak kecil.
Adelia hanya mengangguk. Hatinya cemas membayangkan dirinya berada dalam pesawat.
Reno baru keluar kamar setelah semuanya siap. Tubuhnya terasa lebih segar. Dia mengenakan celana pendek cargo dan kaos hitam dipadu kemeja lengan pendek yang tidak dikancingkan. Sedangkan Adelia mengenakan kulot pendek selutut berwarna cream dengan atasan kaos hijau muda. Mereka sangat serasi.
"Udah siap berangkat?" tanya Reno pada istrinya.
"Udah," jawab Adel singkat.
"Sarapan lah dulu!" seru Mama yang masih sibuk menyiapkan sarapan.
"Sarapan di mobil aja, ntar telat," tolak Reno sambil melirik jam ditangannya.
"Oke, selamat bersenang-senang. Jangan lupa kasih kabar kalau udah nyampe," kata Pak Haryanto yang sedari tadi mengecek keadaan mobil yang akan mengantar Reno dan Adel.
"Kami pamit dulu, ya," Reno dan Adel segera menyalami Papi nya bergantian kepada yang lain.
Bang Rudi mengantarkan mereka sampai di terminal keberangkatan.
"Kak, aku ...takut," bisik Adel pelan, saat mereka sudah duduk didalam pesawat Tangannya erat menggenggam Reno.
Reno tersenyum melirik istri tercintanya. Wajah Adel terlihat pucat, keringat dingin mengucur dari keningnya.
"Gapapa, sayang. Kamu tidur aja kalau takut," bisik Reno sambil mengusap kening Adel dengan tissue.
Adel mencoba menenangkan dirinya dengan membaca doa dalam hati. Saat pesawat mulai bergerak, genggaman tangannya semakin kuat. Adel memejamkan mata, ingin rasanya dia tertidur agar tak merasakan ketakutannya. Begitu pesawat mulai naik, kepalanya terasa pusing.
Reno mengerti ketakutan Adel, dia segera mengalihkan perhatian dengan mengajak Adel mengobrol.
"Kamu liat gak cowok yang sama Angela kemarin di pesta?" tanya Reno.
Adel berusaha menguasai dirinya dengan mengangguk.
"Siapa sih? Aku baru liat. Kamu kenal?" tanya Reno lagi.
Adel menggeleng. Rasa pusing nya bertambah ketika melihat rangkaian putih seperti kapas melayang-layang dari balik jendela pesawat. Hatinya semakin tegang, daratan sudah tak terlihat. Perutnya mulai terasa diaduk-aduk. Bermacam pikiran buruk mengganggunya. Bagaimana kalau pesawat ini jatuh?
"Mereka keliatannya akrab sekali," lanjut Reno.
Saat itu pesawat menabrak sekelompok awan dan sedikit terguncang. Tak ayal lagi, Adel segera mengambil kantong kertas yang ada dipunggung jok depan.
Uwekkkk...
Reno sangat panik menyaksikan istrinya muntah. Diambilnya botol minyak kayu putih yang tadi diberikan ibunya Adel. Reno menggosok perlahan punggung Adel dengan minyak kayu putih.
Uweeekkk...
Wajah Adelia pucat, keringat dingin mengucur dari keningnya.
"Baru pertama naik pesawat, ya?" tanya seorang penumpang laki-laki yang duduk di sebelah Reno.
"Oh...eee...iya," sahut Reno gugup.
Si laki-laki tersenyum tipis. Hatinya geli melihat pasangan muda itu. Tampangnya seperti orang kaya, tapi belum pernah naik pesawat. Kampungan. Gumam hati laki-laki itu.
Dengan telaten Reno membersihkan sisa-sisa muntahan dimulut Adel dengan tissue. Keringat diwajah Adel pun di lap nya sampai kering. Setelah itu Reno memberikan air mineral untuk diminum Adel. Hanya seteguk Adel meminumnya.
"Tidur aja, ya!...kita terbang gak lama kok," Reno menarik lembut kepala Adel untuk direbahkannya di bahunya.
Adel menurut saja. Dipejamkannya matanya. Tangan Reno membelai kepalanya sampai dia akhirnya tertidur. Sungguh beruntung Adelia mempunyai suami sebaik Reno. Begitu sayangnya Reno, dia tak malu meskipun orang di sebelahnya seperti mengejek.
Satu jam kemudian, pesawat sudah mendarat di bandara Ngurah Rai. Reno membangunkan Adel yang masih terlelap di bahunya.
"Sayang, bangun! Kita udah nyampe," kata Reno pelan.
Adel membuka matanya. Kepalanya masih agak pusing.
Satu persatu para penumpang mulai beranjak dari tempat duduknya. Reno sengaja menunggu seluruh penumpang maju ke pintu keluar. Setelah agak lengang, barulah dia menuntun istrinya untuk turun dari pesawat. Bis angkutan bandara sudah menunggunya.
Sampai di tempat pengambilan barang, seseorang sudah menunggunya. Sopir yang ditugaskan hotel tempat mereka menginap datang menghampiri.
"Pak Moreno?" sapanya.
Reno mengangguk.
"Silahkan Bapak dan Ibu naik ke mobil. Barang-barangnya biar saya yang bawa," kata Pak sopir.
Reno memberikan roller pengangkut barang kepada lelaki itu. Dia segera menggandeng Adelia kembali menuju tempat mobil penjemputnya di parkir.
Sampai di sebuah villa bernuansa alam. Tempatnya di perbukitan, dengan melalui jalan agak berkelok. Reno memang menyukai alam pedesaan, karena ia terl;ahir dan besar dikota. Begitupun dengan Adelia yang jarang melihat suasana pedesaan. Mereka ingin menikmati saat-saat berduaan dialam.
Vlla itu tidak terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur kecil nan artistik, dan sebuah kolam renang kecil dibagian belakangnya.
Jika membuka jendela kamar,akan terlihat pemandangan indah di bawahnya. Jalan berkelok-kelok, deretan sawah yang berbentuk terasering, lalu terlihat gubuk-gubuk kecil di tengah sawah. Biasanya orang-orang pedesaan sengaja membuat gubuk kecil terbuat dari rangkaian bambu, berdiri agak tinggi dari ketinggian pohon padi. Pada saat musim padi mulai berisi, gerombolan burung-burung pipit akan berduyun-duyun merambah sawah-sawah. Mereka berlomba mencari makan dengan mencuri butir-butir padfi. Hal itu tentu saja menjadi hama pengganggu buat para petani. Mereka berusaha mengusir burung-burng kecil itu, dengan memasang tiang-tiang di beberapa sudust sawah. Lalu tiang-tiang itu dipasangi kaleng-kaleng bekas susu dengan dibuat tali penarik yang saling sambung menyambung berpusat pada gubuk ditengah sawah.
Jika burung-burung itu datang, maka petani yang sudah berjaga digubuk akan menarik tali yang melilit disekitar gubuk. Ketika tali ditarik maka akan terdengar suara kaleng beradu yang menimbulkan kebisingan, sehingga burung-burungpun akan beterbangan melarikan diri. Ditambah lagi dengan orang-orangan sawah yang berdiri dekat gubuk yang terbuat dari jalinan jerami padi kering, dipasangkan baju bekas. Seolah ada manusia yang sedang berdiri ditengha sawah. Hal itu membuat burung-burung tak berani mendekat.
Sayangnya suasana seperti itu belum bisa mereka nikmati. Karena begitu mereka sampai ke villa, Adel langsung masuk kamar dan merebahkan diri. Kepalanya masih pusing. Untuk makan siangpun Adel hanya minum segelas teh panas dan desert beberapa sendok. Dengan sabar Reno menemani istrinya sampai akhirnya mereka tertidur.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (66)

  • avatar
    FerinaDetta

    adaa part 3 nyaa gaa sii? sukaa bangett samaa ceritaa inii😭

    23/03

      0
  • avatar
    raraaa

    sumpah ni ceritaaaa bagus banget, seruu, lanjutkan kakak nulis ini cerita ga sabar kelanjutan keluarga adel sama reno dengan stevanus🫰🏻🫰🏻🫰🏻

    16/03

      1
  • avatar
    Jebon Mat

    memang sangat baik ceritanya👍🤩

    08/03

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด