logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

28. MENCARI MIRELLA

Hari itu juga Reno mendatangi Freddy di lapas.
Reno ingin meminta keterangan langsung dari Freddy dan meminta pihak kuasa hukum Freddy untuk tidak ikut campur.
Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya orang yang Reno tunggu di ruang interogasi datang juga.
Dengan seragam narapidana serta kedua tangan yang di borgol, Freddy masuk di kawal oleh dua orang petugas lapas yang hanya mengantarnya sampai pintu ruang interogasi.
Freddy duduk di kursi kosong yang tersedia berhadapan dengan Reno. Jarak mereka terpisah oleh sebuah meja kosong.
Tatapan Freddy sinis ke arah Reno, sama halnya dengan Reno sendiri.
"Kasus yang menjerat anda tampaknya semakin rumit, Tuan Freddy," ucap Reno dengan senyuman miring.
Freddy tertawa. Tawa yang terdengar mengerikan.
"Jangan senang dulu, Jaksa Reno. Kita sudah saling mengenal sejak lama, pastinya anda tahu bagaimana sepak terjangku selama ini. Freddy tidak pernah kalah," balas Freddy dengan penuh percaya diri.
Reno tersenyum kecut. "Aku akan menemukan Mirella secepatnya dan menjadikan Mirella sebagai saksi kunci atas pembunuhan keji yang anda lakukan terhadap Yogi,"
Lagi dan lagi Freddy tertawa, tapi bedanya tawanya kali ini terdengar sangat geli.
"Apa anda memiliki bukti?" tanya Freddy dengan suara yang terdengar meremehkan.
Reno terdiam.
Pertanyaan Freddy memang tepat sasaran dan mampu membuat Reno tidak bisa berkutik. Sebab, sejauh ini, Reno dan pihak kepolisian memang tidak memiliki bukti apapun mengenai keterkaitan Freddy dalam kasus pembunuhan Yogi Finanda sang engineering.
Tak ada rekaman CCTV yang bisa diselidiki. Baik CCTV yang terpasang di dalam apartemen Mirella, pun CCTV di luar apartemen yang kebetulan sedang mengalami trouble saat kejadian. Tak ada bukti sidik jari, pun tak ada saksi mata.
Bahkan kesaksian Jimmy dan Alan selaku bodyguard Mirella sama sekali tak membantu penyidikan.
Saat di interogasi, Jimmy dan Alan mengatakan hal yang sama pada pihak kepolisian, bahwa sebelum kejadian pembunuhan Yogi, mereka sudah lebih dulu pulang.
Sudah menjadi kesepakatan jika Freddy datang mengunjungi Mirella, maka Jimmy dan Alan bisa terbebas lepas dari tugas untuk menjaga Mirella.
Jimmy dan Alan tetap di tahan karena pihak kepolisian memang mencurigai mereka.
"Aku akan segera menemukan bukti itu," jawab Reno tak mau kalah. "Aku akan pastikan persidangan terakhir anda nanti akan menjadi persidangan penutup hidup anda Tuan Freddy. Karena setelahnya, aku akan menuntut anda dengan hukuman paling berat yang ada dalam perundang-undangan hukum Indonesia. Tapi sebelum itu terjadi, anda masih memiliki kesempatan untuk mengakui semua kejahatan anda dan membebaskan Mirella. Mungkin dengan begitu, aku bisa sedikit memberi anda toleransi," Reno berusaha mengajak Freddy bernegosiasi.
Tatapan dingin Freddy membekukan. Seolah terdapat mata pisau dalam tatapan itu. Tajam dan menusuk.
"Kasus engineering itu benar-benar membuatku gila! Aku membunuh lelaki itu, lalu aku memutilasi jasadnya, menyekap Mirella selama bertahun-tahun, menjadikan dia budak seks-ku?" Freddy tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya. "Apa itu yang ingin anda dengar dari mulutku, Tuan Jaksa?" tambah Freddy.
Reno mengerutkan kening. Ucapan Freddy terdengar aneh di telinga.
"Memang seperti itu kenyataannya bukan?" balas Reno setengah ragu.
Freddy kembali menatap ke dua bola mata Reno lurus-lurus.
"Seandainya, aku mengatakan hal yang sebenarnya, apa anda akan mempercayaiku?" ucap Freddy lagi.
"Tergantung," kata Reno sambil mengedikkan bahu. "Aku akan percaya jika memang anda bisa menunjukkan bukti akurat mengenai apa yang anda katakan,"
"Kalau begitu, mari kita buat kesepakatan," balas Freddy cepat.
Mata elang Freddy menatap penuh harap.
*****
Gaby baru saja selesai masak.
Mengandalkan video yang dilihatnya dari internet, Gaby mencoba memasak. Berhubung dia tidak tahu apa makanan kesukaan Gibran, jadilah pilihan Gaby tertuju pada sayur sop yang dia pikir cara membuatnya paling mudah.
Gaby sudah berkutat selama tiga jam di dapur sampai keadaan dapur seperti kapal pecah hanya untuk memasak satu macam masakan saja.
Seharian ini Gibran sama sekali tidak keluar kamar dan hal itu membuat Gaby cemas. Meski sebenarnya, dia tak memiliki alasan untuk mencemaskan lelaki itu.
Setidaknya, gue masih punya rasa belas kasihan sebagai seorang manusia!
Begitu katanya dalam hati.
Setelah sayur sopnya jadi, Gaby menyendok nasi yang dia masak di Rice Cooker menyajikannya di atas nampan berdampingan dengan semangkuk sayur sop hasil karyanya.
Dia beranjak ke kamar Gibran.
Tanpa mengetuk pintu Gaby masuk begitu saja.
Kebetulan, Gibran yang sedang berganti pakaian dan hanya mengenakan celana dalam saja jadi terkaget-kaget melihat pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka.
Gibran melempar jeans yang hendak dia pakai lalu buru-buru mengenakan kembali handuknya yang melorot. Sementara Gaby langsung berbalik memunggungi Gibran.
Dadanya berdebar sangat kencang. Bahkan nampan di tangannya sampai gemetaran, karena Gaby pun sama terkejutnya dengan Gibran.
"So-sorry gue nggak tau kalo lo lagi ganti baju!" ucap Gaby hampir terbata.
Masih dengan keadaan bertelanjang dada dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, Gibran yang berhasil menguasai diri dari rasa terkejutnya hanya menghela napas berat. Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu lebar-lebar. Memberi akses Gaby untuk masuk dengan mudah ke dalam kamarnya.
"Masuk," ajaknya sambil memperhatikan punggung Gaby.
"Lo udah pakai baju?" tanya Gaby tanpa berani berbalik. Dia risih.
Gibran jadi tertawa. "Belum," jawabnya apa adanya.
Gaby menghembuskan napas berat, dia pun berbalik tanpa melihat ke arah Gibran dan langsung masuk untuk menaruh nampan di tangannya.
"Nih, makan dulu. Seharian lo belum makan apa-apakan?" ucap Gaby sambil menaruh sepiring nasi ples lauk pauk di atas nakas.
Gibran menyeringai, dia menutup pintu kamarnya sebelum Gaby sempat keluar.
"Perhatian banget," ucap Gibran yang saat itu berjalan mendekati Gaby. Membuat Gaby jadi salah tingkah.
"Nggak usah Geer, gue cuma antisipasi, takut-takut nanti penyakit lo kumat, gue deh yang repot," ucap Gaby dengan suara super juteknya.
"Malam ini gue mau pergi sama Eren dan Loli, bete di apartemen terus!" kata Gaby sebelum dia melangkah hendak keluar.
Namun saat dia berjalan melewati Gibran, lengan Gaby di tahan oleh Gibran.
"Jangan pergi, Gab," ucap Gibran saat itu. Suara lelaki itu terdengar lirih.
Gaby terdiam. Debaran jantungnya semakin menggila tatkala Gibran menarik tubuhnya lebih dekat.
Seperti memiliki sebuah magnet, anehnya Gaby tak mampu menolak meski hatinya terus mengutuk kebodohannya itu.
Gibran menatap manik mata Gaby. Sama halnya dengan yang Gaby lakukan.
Jarak mereka sudah sangat dekat.
Gaby bisa melihat, mata Gibran memerah dan berkaca-kaca. Sepertinya lelaki itu menghabiskan waktunya untuk menangis di dalam kamar seharian tadi, entahlah Gaby hanya bisa menduga-duga.
"Temenin gue malam ini," bisik Gibran lagi.
Gaby terperangah. Kalimat Gibran ambigu.
"Kitakan udah sepakat untuk nggak melakukan kontak fisik, Gib," ucap Gaby terbata.
Gibran mengerutkan kening. "Kontak fisik?" tanyanya tidak mengerti.
"Tadi lo bilang minta temenin malam ini, itu maksudnya kita..." wajah Gaby merona, dia tidak mampu melanjutkan kata-katanya sendiri.
"Kita? Kita apa?" tanya Gibran lagi. "Gue cuma mau minta lo temenin gue cari Mirella, pikiran lo udah kemana-mana sih!"
Gaby langsung melongo.
Dia malu setengah mati karena sudah salah paham duluan!
Gaby, lo bego banget sih!
Keluhnya membatin.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (151)

  • avatar
    Nouna Noviie

    lanjutt dooongg...... jadi penasaran apa bayi yg akan d adopsi itu setelah dwasa nanati akan membalaskan dendam sang ibu kandung... apa bila mngetahuin cerita semasa hidup ibu y dan mengetahuin bahwa ayah angkat'y lah Gibran yg sudh membunuh ibu y...!!??? ini Novel baguss menurutku berhasil membawa pembaca masuk ke dalam suasana isi novel ini😍

    22/12/2021

      2
  • avatar
    Mela Agustina

    seruu bgt demi apapun😭🤍🤍

    20d

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Seru banget

    14/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด