logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

16. KUMAT

"Jangan! Jangan! Jangan sakiti Gaby Ayah... Gaby mohon... Apa salah Gaby? Jangan Ayah... Jangaaaaan!"
Gaby terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk yang kembali dia alami.
Ini mimpi buruk ke dua yang dia alami akhir-akhir ini.
Parahnya, dalam mimpinya kali ini, Gaby harus kembali dihadapkan dengan kenangan terburuk yang pernah dia alami sepanjang hidupnya.
Kenangan mengerikan di saat dirinya hampir saja kehilangan kehormatannya. Kehilangan satu-satunya harta berharga yang dia miliki sebagai seorang wanita.
Sepertinya Gaby harus kembali mendatangi Dokter Milan. Dokter Milan adalah seorang psikolog yang merangkap sebagai psikiater. Berkat bantuan Dokter Milanlah, Gaby bisa terbebas dari rasa trauma masa lalu sebelumnya. Dan Gaby sendiri bingung kenapa sekarang mimpi-mimpi itu kembali mengusik ketenangan hidupnya lagi.
Gaby meraih ponselnya di nakas dan mulai mengirim pesan pada sang Dokter.
Setelah menunggu hampir satu jam pesan balasan pun diterimanya. Seperti biasa, Dokter Milan memang seringkali terjaga di jam-jam seperti ini.
Dokter Milan
Sekarang saya sedang ada pekerjaan di Bandung sampai satu minggu ke depan.
Mungkin kita baru bisa bertemu sepulang saya dari Bandung, bagaimana?
Gaby membalas cepat pesan itu.
Dia tidak bisa menunggu.
Kalau begitu, jam berapa besok Dokter ada waktu? Saya yang akan mendatangi Dokter ke Bandung.
Dengan perasaan gelisah Gaby menunggu jawaban Dokter Milan.
Dokter Milan
Kalau mau besok pagi-pagi sekali kita bisa bertemu di Loby hotel tempat saya menginap. Saya free sampai pukul sembilan pagi. Nanti saya kirim alamatnya ya...
Tanpa berpikir, Gaby pun menyanggupinya.
Dengan tangan gemetar Gaby kembali menaruh ponselnya di nakas. Wanita itu tergugu di atas tempat tidur dengan kelopak mata yang sudah menggenang air.
Kepala Gaby menggeleng pelan saat kenangan buruk itu kembali merasuk dalam ingatannya.
Air matanya mengalir tanpa sanggup dia tahan.
Sampai kapan aku harus terus menerus dibayang-bayangi hal buruk itu?
Aku lelah...
Malam itu Gaby tak bisa melanjutkan tidur.
Dia takut jika dia kembali tertidur maka mimpi-mimpi buruk itu akan kembali menghantuinya.
*****
Gibran baru saja selesai jogging, masih dengan napas yang sedikit tersengal dia masuk ke dalam rumahnya dan berjalan menuju kamar.
Keadaan rumah saat itu sedang sepi karena memang masih sangat pagi. Mbok Sumi sedang ke pasar di antar oleh Pak Catra si tukang kebun, sementara asisten rumah tangga lain yang membantu Mbok Sumi sepertinya belum datang.
Gibran berjalan gontai menaiki anak tangga ketika tiba-tiba dia merasakan sesuatu.
Langkah kaki lelaki itu terhenti di tengah tangga saat dia merasakan nyeri hebat melanda dadanya.
Wajah Gibran yang berkeringat meringis. Sebelah tangannya terangkat memegangi jantungnya yang sakit.
Perjalanan menuju kamar yang seharusnya mudah terasa menjadi sangat panjang dan lama.
Gibran bergerak cepat menuju lemari tempat dia biasa menyimpan persediaan obat-obatannya.
Naasnya, Gibran tak menemukan obat-obatan itu di sana hingga dia teringat bahwa semalam, dia telah meminum obat terakhirnya sepulang dirinya dari Gym dan rencananya dia baru akan mampir ke apotek untuk memesan obat-obatan itu hari ini. Akan tetapi, mana mungkin dia bisa pergi dalam keadaannya yang seperti sekarang?
Gibran masih berusaha menahan rasa nyeri di dadanya yang semakin menjadi ketika dia teringat keberadaan Gaby di rumah ini.
Susah payah Gibran kembali melangkah bermaksud meminta pertolongan Gaby untuk membelikannya obat ketika dia melihat Gaby keluar dari kamar sebelah dalam keadaan rapi. Sepertinya dia hendak pergi.
"Gab, Gaby..." panggil Gibran dengan suara terputus.
Wanita bernama Gaby yang sedang menuruni tangga itu menoleh, ke dua alisnya bertaut.
"Bisa tolong gue?" ucap Gibran setelah berhasil menghampiri Gaby di tengah tangga.
"Tolong apa?" jawab Gaby cuek.
"Tolong belikan gue obat ke apotik,"
"Nggak bisa! Gue ada urusan!" balas Gaby cepat yang kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Gibran mengejar Gaby dengan langkahnya yang tertatih-tatih. Keringat dingin mengucur deras membasahi pelipis wajah lelaki itu.
"Gab, tolong gue Gab... Gue butuh obat itu secepatnya..." lirih Gibran di tengah ketidakberdayaannya. Dia masih terus berusaha mengejar langkah Gaby yang kian cepat.
"Suruh Mbok Sumi aja sih! Kenapa jadi gue?" ucap Gaby tanpa menoleh.
"Mbok Sumi sama Pak Catra lagi ke pasar, Gab. Mba Mirna juga belum datang. Gue butuh obat itu sekarang, Gab... Obat gue habis..."
"Sorry ya Gib, gue nggak bisa! Gue ada urusan penting pagi ini!" ucap Gaby seraya masuk ke dalam mobil pribadinya.
"Gab... Tolong gue Gab.. Gaby..."
Gaby tidak perduli.
Tanpa berperasaan, wanita itu langsung melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah mewah yang dia tempati bersama Gibran saat ini.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (151)

  • avatar
    Nouna Noviie

    lanjutt dooongg...... jadi penasaran apa bayi yg akan d adopsi itu setelah dwasa nanati akan membalaskan dendam sang ibu kandung... apa bila mngetahuin cerita semasa hidup ibu y dan mengetahuin bahwa ayah angkat'y lah Gibran yg sudh membunuh ibu y...!!??? ini Novel baguss menurutku berhasil membawa pembaca masuk ke dalam suasana isi novel ini😍

    22/12/2021

      2
  • avatar
    Mela Agustina

    seruu bgt demi apapun😭🤍🤍

    21d

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Seru banget

    14/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด