logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3

Malam ini langit tampak sempurna. Kilauan ratusan bintang berkerlap-kerlip sepanjang penglihatan, ditemani bulan dengan bentuknya yang sempurna serta cahayanya yang malu-malu. Menakjubkan. Kurasa aku bisa berdiri sambil mendongakkan kepala memandangi kilauan langit sampai pagi.
“Ara, Mulai lagi.” Suara Titan membuatku menoleh. Ia dan para pelayan malam ini tengah sibuk menyiapkan pesta, termasuk aku. Untuk membayar biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari, kami biasa bekerja part time. Ibuku yang hanya buruh cuci, tentu tidak bisa mencukupi kebutuhan kami.
Lagipula, bekerja part time bagaikan permainan yang mengasyikan buatku. Kita tidak harus fokus pada satu pekerjaan, dan jika sudah bosan kami berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Titan menaruh hati-hati tumpukan piring di atas meja panjang, lalu matanya berkilat melihatku. “Kamu sudah lap semua piring di sini?”
“Sudah.” Ucapku disertai anggukan.
“Sudah merapikan letak meja?”
“Sudah, pekerjaanku tinggal berkeliling mengantar minuman saja.” Jawabku, gemas melihatnya pura-pura mengoreksi kinerjaku.
“Bagus.” Ia berbalik menuju dapur lalu langkahnya terhenti dan kembali membalikan badan ke arahku. “Kamu tidak ganti baju?”
Titan baru menyadari pakaian kami yang berbeda jauh. Ia sudah memakai pakaian waitrees pria berwarna pink putih bergaris dengan celemek hitam di depannya, sedangkan aku masih pakai kaos putih dengan cardigan hitam kebesaran dan celana jeans selutut.
Sekilas kulihat beberapa pelayan wanita sudah mengenakan seragam ketat dan rok di atas dengkul dengan corak yang sama pink putih bergaris serta high heels lima senti. Membayangkan aku yang mengenakan pakaian itu membuatku bergidik ngeri.
“Hei, Ara. Tidak ganti baju?”
Tahu Titan masih menungguku bicara, aku hanya tersenyum miris dihadapannya.
“Memang harus pakai ya?”
***
Pesta sudah dimulai satu jam yang lalu di rumah kediaman salah satu kerabat Charisma. Tidak ada yang kecewa dengan pelayanan tuan rumah, semua suguhan makanan disajikan dengan megah dan istimewa. Orangtua Charisma sengaja meminta kerabatnya yang tinggal di Indonesia merayakan pesta ulang tahun anak tunggalnya semewah mungkin.
Walau tidak bisa hadir, orangtua Charisma berharap anaknya bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungannya. Mereka tahu betul karakter Charisma dari kecil, arogan, dingin dan keras kepala, hingga bisa dihitung siapa saja teman yang mau berdekatan dengannya. Mama Charisma begitu berharap anaknya bisa berubah, dan perayaan pesta bersama teman-teman adalah salah satu bentuk perhatian orangtuanya.
“Dia belum datang?” Bily menghampiri Liona dengan raut wajah cemas.
Liona hanya mengangkat kedua bahu, berusaha bersikap biasa saja walau perasaannya sangat cemas. “Mungkin ada hambatan di jalan.” Ucapnya, meyakinkan diri sendiri.
“Ah, dia tidak akan datang.” Bily duduk di sofa bergabung dengan Liona dan kedua temannya yang lain.
“Dia pasti datang.” Tegas Liona sambil menyeruput minuman sirup berwarna merah pekat. Ia memang tidak berhasil membujuk Charisma dengan baik namun ia yakin hati Charisma tergerak. Pasti di sudut hati terkecilnya ia membutuhkan banyak teman.
“Memang dulu sikap Charisma tidak seperti ini? aku dengar ia sangat terpukul ketika kekasihnya kecelakaan pesawat tiga tahun lalu.” Ucap Nia, salah satu teman pesta Liona. Ia mencoba membuka percakapan.
“Ya, dan adik dari kekasihnya Kak Charis adalah aku, usiaku dan Kak Sarah hanya selisih satu tahun. Dulu aku tidak begitu kenal dekat dengan Kak Charis, aku hanya mendengar cerita dari kakakku saja. Kak Sarah sangat membenci Kak Charis, entah karena mereka berdua sudah dijodohkan sejak kecil atau karena sikap arogan Kak Charis. Aku tidak mengerti, tapi yang pasti Kak Charis menyimpan perasaan suka pada kakakku. Hingga insiden kecelakaan itu terjadi, sikap arogan Kak Charis bertambah parah. Aku tahu ia sangat sedih, tapi aku tidak tahu ia akan membawa kesedihan itu sepanjang hidupnya.” Bibir Liona bergetar, berusaha menahan tangisnya. Nia segera memeluk temannya, mencoba menenangkan.
“Kasihan sekali…”
***
Keluar dari mobil sedan hitam, Charisma bergegas mengambil jas dan mengenakannya dengan cepat. Ia telah berpikir cukup lama sebelum datang ke rumah besar itu. Tidak ada salahnya menghadiri pesta ulang tahunnya sendiri, walau hanya sebentar setidaknya ia tidak membuat orangtua dan teman-teman yang lain kecewa.
Ia melangkah dengan postur tubuh sempurna, membuat orang-orang yang ia lewati menoleh bahkan memandanginya kagum. Charisma memang perfectionist dalam segala hal, dari bentuk rambut sampai merek sepatu ia ingin sesuai dengan tubuhnya. Seperti pangeran. Ya, iya melangkah seperti pangeran dari negeri dongeng.
Sedikit mengangkat dagunya, mencari-cari seseorang yang ia kenal. Sampai matanya tertuju pada seorang pelayan wanita yang sibuk dengan gelas-gelas di nampannya. Bukan karena ia mengenal gadis itu, tapi karena tingkahnya yang menarik perhatian.
Tinggi gadis itu mungkin hanya sekitar 160 cm, kulitnya putih kecoklatan seakan terbiasa dengan terik matahari, rambutnya pendek dengan poni miring yang terkesan imut. Ia tampak cantik mengenakan seragam waitress, walau sisi tomboy-nya sangat telihat ketika berjalan dengan high heels begitu canggung dan sering tersandung.
Tanpa Sadar, Charisma mendekati gadis yang membelakanginya dan tengah merapikan gelas minuman. Charisma baru sadar atas apa yang telah dilakukannya saat ia telah berdiri tepat di belakang gadis itu, dan ketika gadis itu berbalik dengan membawa nampan berisi minuman.
Mereka bertabrakan.
“DUK! PRANG!!”
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (75)

  • avatar
    BotOrang

    bagus

    21/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus endingnya👍

    21/03

      0
  • avatar
    NoepRoslin

    Kalau dah jodoh tak kan ke mana. Walaupun terpisah pasti akan berdatu kembali..🥰🥰

    22/07/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด