logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 8 Satu Kamar?

"Aku dan Tiara sibuk, Pa. Kapan-kapan saja," sergah Bima yang membuat Tiara menghela napas lega. Setidaknya dia dan Bima satu suara kali ini.
"Emang kalian berdua sibuk apa sih?" tanya papa Bima santai. Lelaki senja berperawakan mirip Bima minus rambut gondrong plus uban di beberapa bagian rambut itu menyalakan cerutu. Sementara Mama mertua Tiara sedang sibuk di dapur membuatkan minuman. Wanita berwajah hangat itu menolak bantuan Tiara dan menyuruh menantunya tetap duduk di samping Bima.
"Papa kan tahu, kita mulai masuk masa panen. Ditambah investor dari Jepang mau datang buat lihat-lihat lahan dan hasil panen jengkol super beberapa bulan lalu. Belum lagi rapat .... " Kata-kata Bima terputus saat papanya mengangkat tangan.
"Semua sudah papa limpahkan ke Pak Sastro. Serahkan aja sama kami, Anak Muda."
Bima masih ingin mendebat ketika Pak Dwijaya menatap menantunya. "Lalu kamu, Tiara, sibuk apa?"
Tiara tergagap, sesaat bingung. "Aku ada kelas merajut, Pa. Dan janji dengan beberapa orang teman."
Kata-kata Tiara entah kenapa membuat papa Bima terbahak-bahak hingga kaca jendela bergoyang, bikin Tiara berjengit kaget. Tampaknya dia memang harus siap jantung setiap kali berbicara dengan para lelaki dari keluarga Dwijaya ini. Tertawa mereka benar-benar bikin tanah bergetar.
"Kalian nggak usah pura-pura sibuk. Papa udah siapkan semua. Tinggal pergi aja."
"Honeymoon ke Raja Ampat yang menawan," sambung Mama Bima saat keluar membawa empat cangkir teh. "Kalian pasti nggak mau pulang sesampainya di sana!"
"Dan di sanalah, setelah seminggu berduaan mereguk manisnya cinta, terciptalah calon Bima Sena," bisik Pak Dwijaya sambil memajukan wajahnya lalu tertawa terbahak-bahak, menggetarkan kembali kaca-kaca jendela juga relung hati Tiara yang makin gelisah. Perasaannya mulai tidak tenang, memindai aroma bahaya dari rencana bulan madu dadakan ini.
"Papa, kami berdua itu belum ...."
"Kami tahu itu. Saking sibuknya kamu, sering ninggalin menantu Papa dan Mama yang cantik sendirian, kalian belum sempat habiskan malam berdua. Jadi, bulan madu ini sangat mendesak dan adalah titah yang tak bisa ditangguhkan!" tegas papa Bima.
"Mama udah pesan racikan khusus dari Wak Ijam buat mereka, Yah!" bisik Mama Bima sambil bergelayut manja di lengan suaminya. Pak Dwijaya tertawa lepas lagi sambil berseru senang,
"Ayo, Bima Sena. Beri Papa dan Mamamu yang sudah sepuh ini belasan cucu. Kalian harus cepat memulai supaya kuota kesebelasan juaragan jengkol cepat terpenuhi!"
Bima hanya bisa memijat pelipis melihat kedua orang tuanya yang girang bukan kepalang dan mulai memikirkan nama-nama untuk kesebelas cucu khayalan mereka. Sementara di sampingnya, Tiara memucat seolah sedang duduk di kursi pesakitan dan baru divonis hukuman mati.
***
Seharian ini, Tiara tak tenang berada di rumah. Dia hanya bolak balik dari ruang tamu ke kamar, lalu turun ke ruang makan, mengitari dapur hingga naik ke kamar kembali. Sebulan ini dia berhasil menghindari Bima dengan membuat lelaki itu tidur di luar. Tapi kalau bulan madu, bepergian bersama, menghabiskan malam berdua, bisa-bisa mereka terbawa perasaan lalu .... Tiara tak berani melanjutkan pikiran liarnya. Dia harus mencari cara untuk menggagalkan bulan madu ini. Atau setidaknya, bikin bulan madu jadi pengalaman terburuk mereka sampai-sampai Bima mau menceraikannya. Ya, dia harus berupaya jadi istri yang jahat dan menyebalkan di sana.
Ketukan di pintu kamar mengagetkan Tiara. Suara Bik Yam, ART di rumah Bima terdengar di balik pintu.
"Dari siapa, Bik?" tanya Tiara heran saat Bik Yam menyerahkan paket berukuran sedang ke tangannya.
"Kurang tahu, Non. Yang ngantar tadi kurir," jawab Bik Yam sebelum minta diri melanjutkan beberes.
Tiara meletakkan paket di atas tempat tidur dan menatapnya curiga. Apa Bima yang mengirimkan paket ini? Tapi untuk apa dan apa pula isinya?
Perlahan, wanita itu membuka kertas pembungkus dus berukuran sedang itu. Beberapa gaun terlipat rapi dan sebuah bungkusan berwarna hijau dengan aroma seperti jamu. Tunggu dulu! Aroma jamu?
Buru-buru Tiara mengecek gaun lembut yang terlipat dan benar saja, itu bukan gaun biasa melainkan gaun tidur seksi dengan belahan dada rendah, bikini two piece dan astaga, lingerie! Tiara memekik kaget dan mendorong dus itu ke bawah ranjang. Aroma jamu itu pasti berasal dari jamu yang dimaksud mama Bima tempo hari.
Gemetar, wanita mungil itu menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Apa-apaan ini? Kenapa mama Bima bisa senekat ini? Bagaimana kalau jamu itu bikin Bima lepas kendali di sana? Bisa-bisa gepeng Tiara kalau Bima nekat memperkosanya! Ah, bukan memperkosa sih, memaksa lebih tepatnya! Tapi, gimana kalau justru Tiara yang lepas kendali dan malah menyerang Bima duluan gara-gara jamu petaka itu?
Ya, benda-benda itu harus segera disingkirkan! Tiara berdiri dengan mantap, membungkus kembali paket yang tadi dia terima lalu membuangnya ke dalam tong sampah di samping rumah. Baiklah, jika kedua orang tua Bima memaksa mereka habiskan bulan madu bersama, Tiara harus benar-benar jadikan bulan madu itu pengalaman terburuk hingga Bima tak akan sanggup hidup dengannya barang sehari saja.
***
Bruggg.
Tas tangan yang dibawa Tiara langsung jatuh menghantam lantai kamar resort begitu pintu kamar dibuka. Dia tercengang. Kamar yang disiapkan oleh papa mertua tidak terlalu besar. Tidak ada sofa. Hanya ada satu springbed ukuran double bed. Jendela besar. Kamar mandi dalam.
Bima sama bengongnya. Dia mengedarkan mata dan meringis melihat keusilan sang papa. Pemilik resort merupakan sahabat Pak Dwijaya, mereka pasti sudah mengatur semua sesuai pesan pria itu.
"Tidak ada sofa, Darling." Bima menaik-naikkan alisnya, menggoda Tiara. "Kamar ini sempit jadi tidak bisa menggelar kasur tambahan atau selimut untuk aku tidur di lantai."
"Buka kamar satu lagi dong. Masa juragan jengkol nggak mampu sih?"
"Tadi sudah diinfokan kalau semua kamar penuh, kan. Mereka sedang ada event daerah," ujar Bima sambil melangkah masuk dan duduk di pinggir ranjang. "Semua hotel penuh."
Rasanya kepengen nangis. Tiara mendecak, "Pulang aja yuk."
Gantian Bima yang mendecak. Ditepuknya kasur dan meminta Tiara duduk di sampingnya. Tiara menurut.
"Kita nikmati saja, ya. Kamu tidak akan kujamah tanpa izin. Jangan takut." Bima mengacak rambut Tiara. "Kamu mau mandi dulu? Atau aku duluan? Atau barengan?"
Mata Tiara melotot dan Bima terkekeh.
"Kata Pak Arya tour guide tadi, kita bisa keliling sekitar resort dengan perahu pedal sambil menikmati air laut yang jernih banget. Sebelum malam kita jalan-jalan di sekitar resort dulu sambil melihat binatang langka." Bima menengok jam tangannya. "Besok baru kita eksplorasi lokasi lainnya. Kita buktikan promosi papa kalau tempat bulan madu papa dan mama ini memang eksotis."
"Aku cuci muka dulu deh." Tiara bangkit, membuka koper dan mulai mengeluarkan perlengkapan mandinya. "Mereka bulan madu disini? Pantas papa bersemangat sekali mengirim kita bulan mad… emm menghabiskan waktu di sini."
Bima tersenyum, menepuk pahanya dan bangkit berdiri. "Aku cari snack dulu di depan. Kalau sudah selesai, telepon aku, ya!"
"Oke."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (129)

  • avatar
    FahrizaBayu

    👍🆗

    24/02/2023

      0
  • avatar
    Alfatan

    bagus

    05/08/2022

      0
  • avatar
    JksHendy

    mtap cerita y

    02/08/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด