logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 30 Sunset Pertama

Jam empat sore persiapan api unggun sudah selesai meskipun akan dinyalakan petang nanti. Berbagai macam seafood juga jagung dan makanan prlengkap lainnya sudah tersedia di atas meja yang disediakan pihak hotel.
Aku menyaksikan semuanya dari balik status sepupuku Riska. Mungkin hanya aku yang masih malas-malasan keluar kamar. Justru aku lebih menikmati suasana kamar yang nyaman untuk sekedar meregangkan otot yang kemarin menegang.
"Yang." Bang Malik menghampiriku yang tengah memainkan game online.
"Hmm."
"Sejak kapan kamu suka main game online?"
"Baru nyoba sekarang ... katanya bisa narik uang."
"Beneran?" Kedua alis Bang Malik mengerut tanda tak percaya.
"Ini aku udah narik tiga ratus."
"Tiga ratus juta?"
"No."
"Tiga ratus rebu?"
"No."
"Jangan bilang tiga ratus perak."
"Yap."
"Astaghfirulloh, Olan."
"Tapi sensasinya itu lho, Bang. Bangga banget bisa menghasilkan meski cuman tiga ratus perak."
"Emang kamu pengen punya penghasilan sendiri?"
"Iya dong."
"Kamu mau kerja?"
"Kalo bisa kerja sambil kuliah."
"Oke, kamu kerja melayani kebutuhan suami, entar Abang kasih honor deh."
"Yaaah, gak seru ah."
"Yaudah, kamu pegang salah satu usaha Abang aja."
"Gak mau, entar malah bangkrut. Kecuali aku kerja jadi karyawan Abang aja."
"Gajinya kecil kalo cuman karyawan."
"Gak apa-apa ... aku kan sambil kuliah juga."
"Oke ... maunya jadi cleaning service atau tukang parkir?"
"Abaaang ...."
"Terus kamu maunya jadi apa?"
"Ya, misalkan jadi waitres."
"Gak ah, nanti digodain tamu lagi."
"Terus aku harus masak di dapur atau jadi tukang jahit, gitu?"
"Emang kamu bisa?"
"Ya ... bisa lah ... masak telor ceplok." Bang Malik merangkulku kemudian mengecup pucuk kepalaku.
"Buka kerudungnya kalo di depan suami."
"Gak biasa."
"Abang bukain ya?"
"Jangan ah."
"Kenapa?"
"Malu."
"Biasain dari sekarang, soalnya nanti bakal buka-bukaan yang lain."
"Gak mau, Bang. Aku belum siap."
"Terus Abang harus nganggur gitu?"
"Lah kok nganggur, ya kerja dong?"
"Kamunya aja gak mau dikerjain." Ah lagi-lagi nyerempet hal tabu untuk diperbincangkan anak kecil.
"Bang, kembali ke masalah tadi ... aku kerja ya?" Aku membelokkan topik biar omongan mesumnya gak semakin menjadi-jadi.
"Mau jadi apa?" tanya Bang Malik dengan wajah serius.
"Kasir aja deh."
"Dimana?"
"Tempat usaha Abang apa aja?"
"Kalo mau nyantey di distro aja."
"Distro HAMAL itu kan?"
"Iya."
"Gak mau." Ketusku. Enak saja aku kerja di tempat kenangan cinta pertamanya Bang Malik.
"Yaudah, di rumah makan aja."
"Yang HAMAL itu?"
"Iya."
"Gak mauuu."
"Terus mau dimana?"
"Yang gak pake nama HAMAL." Dongkol aku. Bener-bener ya ni orang, saking cintanya semua tempat usaha namanya cewek itu melulu.
"Ada sih ... tapi di Jogja ... butik baru, nanti namanya ganti jadi Butik OoL ... haha." Aku melempar tisu bekas keringet ke wajahnya.
Enak saja nyebut-nyebut nama orang sembarangan. Gak enak banget, udah keren punya butik eh namanya malah bikin jatuh harga diri.
"Yaudah ... aku kerja di distro aja, tapi nama distronya ganti dulu." pintaku dengan mengerucutkan bibir laksana anak PAUD yang minta lolipop. Pasti dikabulkan.
"Gak bisa ... itu nama istimewa." tegasnya dengan wajah datar yang dihiasi senyum tipis.
Awas saja, gak bakalan dikasih jatah kalau semua tempat usahanya masih memakai nama wanita masa lalunya.
"Yang." Bang Malik mengusap pipiku.
Namun, sebelum tangannya terlalu lama di pipiku, aku segera menepisnya kuat-kuat. Main sentuh sembarangan, tapi hati dan pikirannya masih di masa lalu.
"Kamu malah ngambek. Kita bicarakan hal ini nanti di rumah ya. Sekarang kita ke pantai dulu, yang lain sudah menunggu. Sebentar lagi sunset, sunset pertama kita sebagai pacar halal. Masa baru jadian udah musuhan lagi. Malu dong sama Si Gege. Entar kita jadi bahan ledekan mereka lagi. Yok senyum dulu ... atau mau Abang cipok dulu?"
"Ogah." Aku mendorong tubuh Bang Malik dan segera berjalan ke arah pintu.
Bang Malik buru-buru mengejarku yang sedikit berlari. Tapi, akhirnya terkejar juga meskipun sempat tertinggal jauh di belakang.
Tangannya kembali menuntunku. Menggenggam jemariku dengan erat, bahkan sesekali menciuminya. Sok romantis padahal mah pencitraan biar dibilang sayang istri. Penipu kamu, Bang.
Saat tiba di pantai, api unggun telah menyala meskipun dengan api yang masih kecil. Pertanda baru saja dinyalakan.
Aneka barbeque sudah terhidang di meja dan siap bakar. Juga aneka minuman dari yang ringan sampai yang berat. Hehe.
Tanganku sedikit ditarik Bang Malik. Aku mengikutinya menuju pantai lepas. Disini ternyata berjajar kursi yang masih kosong. Atau mungkin sudah kosong karena ditinggalkan penyewanya.
"Duduk, Yang." Bang Malik duduk di sampingku. "Kamu jangan cemberut terus dong, nanti mereka mengira Abang udah nyakitin kamu."
"Emang Abang udah nyakitin aku kok."
"Maksudnya?"
"Mikir sendiri."
"Justru karena gak ketemu jawabannya Abang nanya."
"Abang gak peka."
"Oke, kasih klue biar bisa Abang tebak apa salahnya Abang."
"Abang pikir kuis?"
"Yaudah, sekarang ngomong, kalo Abang merasa bersalah, Abang bakalan minta maaf."
"Aku minta ubah nama semua usaha Abang, kalo mau umur pernikahan kita panjang."
"Alasannya kenapa?" Lagi-lagi, Bang Malik bertanya dengan senyum yang menggoda iman. Hish.
"Aku gak suka nama HAMAL ... jelek."
"Ah, bagus kok ... berkat nama HAMAL, usaha Abang lancar."
"Tapi aku gak suka."
"Karena?"
"Kata Umi itu nama perempuan cinta pertama Abang."
"Kamu cemburu?"
"Enggak ... risih aja, nikahnya sama aku tapi hatinya masih nongkrong di masa lalu."
"Jadi, Abang harus gimana biar kamu bahagia?"
"Ganti nama tempat-tempat usaha Abang."
"Iya, nanti Abang ganti deh, asal kamu senyum dulu plus sun." Bang Malik tersenyum sembari mengusap-usap pipiku.
Aku lantas tersenyum. Ada rasa sedikit lega di hati meskipun belum sempurna. Mendengar jawaban Bang Malik membuat hatiku sedikit terobati. Semoga saja bukan PHP.
Matahari makin lama semakin tenggelam. Semburat jingga menjadi tirai saat sang raja siang beranjak terlelap.
Aku baru menyaksikan sunset seindah ini. Dimana deburan ombak mengiringi menelusupnya bola api raksasa yang saat ini terlihat anggun.
Pijarnya semakin meredup. Berganti temaram yang membuat pandangan sejuk dan teduh. Sedikitnya mengurangi suhu emosi.
"Ini adalah sunset pertama Abang dengan orang yang paling Abang sayang." ucapnya berbisik di samping telingaku.
"Ini juga sunset pertamaku."
"Kamu suka?"
"Ya."
"Kalo kamu suka, nanti kita liat sunset lagi pas bulan madu."
"Hah?" Mataku melotot. Bulan madu.
Bukankah itu prosesi sakral bagi sepasang manusia setelah menikah? Dan, kami akan melewati fase bulan madu. Mengingat apa saja kegiatan yang biasa dilakukan sepasang pengantin baru saat bulan madu. Ya, aku biasa baca di novel atau cerita-cerita.
Jelas saja hal tersebut membuat otakku merangsang cepat saraf hingga membuatnya menegang secara spontan. Merinding.
Aku merasa ngeri.
"Kenapa?"
"Geli aja." Aku menggidikkan bahu.
"Abang gak ngapa-ngapain kamu kok."
"Maksud aku, geli denger kata bulan madu."
"Ouh ... memangnya kenapa bisa geli?" Bang Malik merangkul bahuku dan mengusap-usapnya dengan perlahan.
"Kita terbiasa dari kecil bersama-sama ... akrab seperti adik dan kaka kandung ... tiba-tiba menikah."
"Yaudah, nanti kita coba ... geli apa enggak."
"Justru karena geli aku gak mau nyoba-nyoba."
"Enak loh. Percaya deh."
"Bang."
"Ya, Sayang."
"Bisa gak temanya diubah kalo lagi ngobrol sama balita? Otakku gak sanggup kalo harus mengkonsumsi obrolan manusia dewasa." Bang Malik malah tertawa dan semakin mendekapku erat.
"Kamu harus belajar sedikit-sedikit, supaya besok-besok gak kaget kalo Abang nyerang."
"Aku angkat tangan deh, Bang." Aku segera berdiri setelah senja berganti tirai kelam.
Aku menghampiri api unggun yang telah berkobar. Dengan gagahnya menghangatkan malam dingin karena hembusan angin laut.
"Olan." Tiba-tiba terdengar suara tak asing yang memanggil namaku dari belakang. Tapi bukan suara berat khas Bang Malik.
#emak, makasih pointnya... makasih bintang lima nya... mudah2an calon mantu emak juga kasih tip yg banyak juga kasih bintang lima teros... hayoh siapa yg mau jadi mantu emakku?????????

หนังสือแสดงความคิดเห็น (50)

  • avatar
    AndreasJhon

    bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Ramadhanzaki

    yabgus

    08/07

      0
  • avatar
    AurelEnjel

    wow

    27/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด