logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 2

Jam pelajaran pun berganti. Ayana kembali masuk ke dalam kelas, tidak lupa ia membawa gambar "si botak".
Kedatangannya disambut riuh oleh teman-teman di kelasnya. "Wahh gila lo, Bu Vanya dilawan" ucap Didit.
Gadis itu menyeringai tidak berdosa.
"Dahsyat lo, Ay," sahut Gaeun.
"Gue tuh nggak bisa matematika, dia malah maksa gue ngerjain matematika, lebih baik gue keluar," ucap Ayana polos.
"Mau sampai kapan kayak gitu?" tanya Farah yang duduk diatas meja.
"Sampai kelulusan," jawab Ayana polos.
"Gila lo! " ucap Aldi keras.
"Lo yang gila," sahut Ayana tak mau kalah.
Gadis itu berjalan menghampiri Argatha yang sedari tadi tidak bersuara sedikit pun.
"Halo Argatha.." sapa Ayana dengan senyum yang mengembang lebar di bibirnya.
"Hm."
"Argatha mau lihat si botak nggak?"
"Nggak"
"Ih kok gitu sih?!"
"Gue baru tau kalau ada cewek kayak lo di bumi," ucap Argatha keras. Membuat seluruh murid di kelas melihat ke arahnya.
"Emang kenapa? Ada yang salah sama Ayana?" tanya gadis itu polos.
Argatha memutar pandangannya malas. Timbul pertanyaan di dalam benaknya. Kenapa bisa ia terjebak di kelas yang berisi orang aneh-aneh, terlebih lagi bertemu dengan cewek agresif seperti Ayana. Takdir atau hanya kesialan?
"Ayana, lihat gambar si botak dong," ucap Aldi
"Nggak boleh."
"Kenapa?"
"Si botak hanya boleh dilihat sama orang-orang terpilih," jawab gadis itu seraya memasukan gambar si botak ke dalam tasnya.
"Si botak gambar apaan sih?" tanya Didit yang tidak mengerti.
"Didit adalah kita semua. Lo udah ngewakilin pertanyaan gue, Dit," sahut Gaeun.
"Iya Ay, si botak gambar apaan sih?" tanya Farah yang mulai penasaran.
"Si botak itu.." ucap Argatha menggantung.
Dengan cepat Ayana langsung membekap mulai pria itu dengan tangannya. "Si botak ya gambar, kalian semua nggak boleh tau," ucap Ayana.
Argatha melepaskan tangan Ayana dari mulutnya. "Ngapain sih lo bekap mulut gue?" kesal pria itu.
"Usttt! Jangan kasih tau ke mereka tentang si botak," ucap Ayana.
Lagi-lagi Argatha berada di situasi yang menurutnya berada di luar nalar manusia.
"Aldi, taruhan yuk, menurut gue, Argatha bakal luluh sama Ayana," ucap Didit.
"Menurut gue nggak. Secara, Argatha itu beda nggak kayak kita, dia cuek, dingin gitu," ucap Aldi.
"Menurut gue Argatha bakal luluh sih sama Ayana," sahut Gaeun
"Menurut lo gimana, Far?" tanya mereka pada Farah yang sedari tadi tidak bersuara.
"Hah? Kenapa?"
"Menurut lo, Argatha sama Ayana bisa nyatu nggak?" tanya Aldi.
"Ya nggak lah, mereka kan nggak kembar Siam," jawab Farah logis.
Aldi mengepal tangannya kuat, menahan emosinya. "Gue slepet juga lo!" decak Aldi.
°°°°°
Bel pulang berbunyi dengan keras. Seluruh murid merapikan buku mereka dan bergegas pulang. Tidak terkecuali dengan Argatha. Pria itu dengan cepat memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Mau kemana sih? Buru-buru banget," ucap Ayana.
"Pulang lah," jawab Argatha ketus.
"Naik apa?" tanya Ayana.
"Motor," jawab Argatha singkat.
"Ikut dong," ucap Ayana.
Kedua mata Argatha membulat, begitupun juga Farah yang berada di belakang Ayana.
Farah geleng-geleng kepala. "Ay, lo udah gila?" tanya Farah yang tidak menyangka dengan tingkah sahabatnya itu.
"Ih, kenapa sih? Kan gue mau pdkt," jawab Ayana enteng.
Raut wajah Argatha sedikit berubah. Dibenaknya muncul berbagai pertanyaan.
Apa gadis seperti Ayana benar-benar nyata? Atau hanya mimpi buruk? Dan bagaimana caranya bangun Kiki ini mimpi buruk?
Argatha mengernyitkan keningnya. "Lo benar-benar nyata nggak sih? Atau gue lagi mimpi ketemu cewek kayak lo?"
Ayana semakin mendekatkan dirinya pada Argatha. Gadis itu dibuat terpesona dengan ketampanan Argatha yang bertambah berkali-kali lipat jika dilihat dari jarak yang sangat dekat.
Ayana menakupkan wajah Argatha dengan tangannya, membuat pria itu terkejut dengan perlakuan gadis itu yang sangat jelas terjadi. Baru pertama kali ada gadis yang berani memegang wajah Argatha tanpa rasa malu sedikit pun.
"Ayana tuh nyata. Cuma, Argatha aja yang selalu anggap Ayana sebagai ilusi," ucap Ayana.
Argatha menyingkirkan tangan Ayana dari wajahnya dengan kasar, membuat gadis itu terdiam. "Gue bilangin baik-baik sama lo, berhenti berkelakuan kayak gini," ucap Argatha penuh penekanan.
"Emang Ayana salah?" bingung Ayana.
"Lo punya otakkan?" tanya Argatha ketus.
"Punya."
"Lo pikir pakai otak lo!"
Argatha tidak mau memedulikan Ayana lagi, ia segera mengambil tasnya, dan berjalan melewati Ayana dan Farah, kemudian beranjak keluar kelas.
"Argatha!"
"Argatha!!!"
Farah menghela napasnya berat, "Udah, ayo pulang sama gue aja," ucap Farah.
"Ih, Ayana maunya pulang sama Argatha," decak Ayana.
"Kalau Argatha nya nggak mau, gimana?" tanya Farah dengan nada menggoda.
"Ih, Argatha!!!"
Ayana mengepal kedua tangannya erat. "Liatin aja, Ayana akan bikin Argatha nggak bisa kehilangan Ayana."
"Iya, iya, seterah lo."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    11d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    17d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด