logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

2. Bunga Mawar di Makam Ayah

Brian bergegas pergi dari areal pemakaman. Jalan menuju tempat yang ramai kendaraan tidak begitu jauh dan hanya satu arah. Ia berharap dapat melihat gadis berpayung hitam itu di jalan. Ya, gadis itu telah membuatnya penasaran. Entah kenapa Brian begitu tertarik padanya. Seperti ada magnet dalam dirinya yang membuat Brian begitu tertarik.
Menyusuri jalan dengan kecepatan sedang. Namun, gadis itu ternyata tidak ada di sepanjang jalan yang ia lewati.
Brian tersenyum sendiri dengan tingkah konyolnya.
"Aku kenapa," ucapnya lirih.
Brian mengusap wajah kemudian memutar setir. Ia mutuskan untuk pulang
Lelaki itu bertekad akan datang lagi ke makam esok hari dan menemukan sang gadis.
***
"Bukannya kemarin sudah?" tanya Lisa, ibu Brian ketika mengetahui sang anak akan pergi ke makam ayahnya.
"Kemarin hujan, Ma. Jadi Brian gak turun," jawab Brian.
"Ohhh, ya sudah. Terserah kamu. Kalau tidak capek, sih, gak apa-apa," ucap mama Brian.
Hari ini Brian akan kembali ke makam. Suasana hari ini cerah. Langit bersinar begitu teriknya.
Dengan semangat Brian membawa sekantung bunga untuk ditaburkan di makam ayahnya.
Mama Brian yang melihat itu heran. Tentu saja, tiba-tiba sang anak begitu bersemangat pergi ke makam sang ayah. Padahal biasanya sulit sekali menyuruhnya untuk ziarah. Jangankan pergi sendiri dipaksa untuk pergi bersama pun enggan. Lisa hanya tersenyum melihatnya.
***
Sepulang dari kantor, Brian meluncur ke makam sang ayah. Ia sangat bersemangat. Bukan makam sang ayah yang membuatnya bersemangat. Tapi, gadis berpayung hitam itu yang membuatnya antusias kembali ke tempat ini.
Meski cuaca sangat cerah. Brian sudah mempersiapkan sandal dan payung. Ia khawatir sewaktu-waktu, hujan deras datang dengan tiba-tiba.
Brian sampai di gerbang makam. Dilihatnya sekeliling. Makam tampak ramai tak seperti kemarin. Mungkin karena hari cerah.
Brian mengambil sekantung bunga yang telah ia siapkan. Kemudian membuka pintu mobil.
Sambil berjalan masuk ke dalam areal pemakaman. Netra Brian memindai seluruh sudut di makam ini. Tak terkecuali bangku kayu panjang tempat gadis itu duduk.
Hari ini, ada tapi tukang ketoprak yang berjualan di sana. Tapi ia tak menemukan sang gadis.
Ia tiba di makam sang ayah. Lama tak kemari, sudah sekitar satu tahun ia tak berkunjung. Ia ingat, ia selalu kalas ketika disuruh ibunya ke sini.
Bukan apa-apa, hubungan Brian dan sang ayah memang tidak baik. Sampai di hari meninggalnya sang ayah Brian tak pulang sama sekali untuk melihat jasad ayahnya. Ia lebih memilih berdiam di tempat kosnya dan tidur.
Saat itu ia masih kuliah semester tiga. Rasa ego dalam diri menahannya untuk memaafkan sang ayah. Bahkan tak sedikit pun ia mengakui bahwa ia memiliki ayah.
Kini, setelah sebelas tahun berlalu, ia belum juga merasa kehilangan. Makam sang ayah hanya menjadi rutinitas tahunan jika ia libur hari raya. Tak ada rasa sedih ketika mengunjunginya. Tak ada lantunan doa yang ia persembahkan untuk sang ayah. Hanya meletakkan bunga kemudian pergi.
Bukan ia tak mengerti, hatinya belum mau menerima. Brian berat memberikan doa untuk seseorang yang sudah menyakiti sang ibu.
Meski sang ibu kini sudah berbahagia dan memaafkan kesalahan sang ayah. Bahkan dahulu, semasa mendiang ayahnya masih hidup. Ibunya tak lelah menginginkan Brian agar bisa memaafkannya.
Namun, wajah lembut Brian ternyata bertolak belakang dengan hatinya. Jika berurusan dengan ayahnya, hati itu akan berubah menjadi sekeras batu.
Brian akan menaburkan bunga di atas pusara ayahnya. Makam sang ayah yang ia pikir akan kotor dan penuh daun itu, ternyata bersih. Bahkan di samping batu nisannya tumbuh tanaman mawar yang sedang berbunga.
Brian menaburkan bunga yang dibawanya dengan asal. Seketika ia merasa marah. Darah mendidih sampai ke ubun-ubun. Menyesal ia telah datang kembali ke tempat ini.
"Tau begini, tak usah datang saja," ucapnya geram.
Tak lama kemudian ia pergi meninggalkan makam itu. Tanpa doa dan tanpa tangis karena rindu. Seperti biasanya.
Brian ke luar dari tempat peristirahatan terakhir itu dengan langkah yang lebar-lebar. Hatinya terlanjur dongkol melihat kenyataan yang ada di makam.
Ada orang lain selain dirinya yang mengunjungi makam sang ayah. Dan itu, tak mungkin sang ibu. Ibunya bilang terkahir ke makam ini adalah lebaran tahun lalu. Selebihnya ia maupun sang ibu tak pernah menginjakkan kakinya di makam ini.
Brian tahu, siapa yang menanam bunga mawar itu. Ia tak habis pikir, meski ayahnya telah tiada ia masih saja mengganggu.
Sungguh kenyataan itu membuatnya marah dan malas kembali ke sini.
***
Brian sampai di depan mobilnya. Ternyata langit cerah di bulan Oktober tak bertahan lama. Sejenak saja langit sudah berubah menjadi gelap. Awan hitam menggelayut manja menaungi kepala Brian.
"Wah, untung gak lama di sana. Sudah mau hujan," ucap Brian lirih.
Brian membuka pintu mobil. Saat matanya menangkap sosok yang tak asing. Gadis berpayung hitam itu kembali.
"Mendung begini?" Brian bertanya sendiri pada dirinya.
Gadis itu langsung masuk ke areal pemakaman. Ia tak menoleh sedikitpun pada Brian yang memperhatikannya sejak tadi.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Brian masuk ke dalam mobil. Namun, ia urungkan niatnya untuk langsung pergi dari makam ini. Rasa marah dan dongkolnya telah pergi entah ke mana.
Ia merasa penasaran pada gadis itu. Brian memutuskan untuk menunggu gadis itu ke luar.
Menunggu memang hal yang membosankan. Oleh karenanya, Brian paling sebal jika disuruh menunggu. Namun, tidak kali ini. Ia sangat bersemangat menunggu sang gadis ke luar.
Bukan paras cantik yang membuatnya penasaran. Jika dibandingkan dengan paras, teman wanitanya di kantor banyak yang lebih cantik dari gadis itu. Entah apa, Brian juga tak tahu apa yang membuatnya sangat tertarik pada gadis itu.
Sudah tiga puluh menit Brian menunggu di dalam mobil. Gerbang makam tak lepas dari pengawasan matanya.
Brian tersenyum saat melihat gadis itu ke luar dengan berlari. Persis seperti kemarin. Bagai sebuah kebiasaan dan gadis itu sangat menikmatinya.
Sama seperti kemarin, sang gadis duduk di bangku kayu panjang dengan tenda ala kadarnya. Kali ini ia ditemani oleh tukang ketoprak.
Hal tersebut tak dilewatkan oleh Brian. Brian mengambil payungnya kemudian ke luar dari mobil nyamannya.
Perlahan ia menghampiri tukang ketoprak dan gadis itu.
"Bang ketoprak satu," ucapnya saat memasuki tenda. Ditutupnya payung berwarna biru dongker itu kemudian duduk di bagian bangku kayu yang kosong.
"Oke, Mas. Pedes, Mas?" tanya tukang ketoprak.
"Sedang saja, Bang. Jangan pedas-pedas," jawab Brian.
"Mbak gak makan?" tanya Brian pada gadis di sampingnya.
Gadis itu menggeleng sambil tersenyum.
"Sudah, Mas tadi di rumah. Terima kasih," ucap gadis itu.
Brian mengangguk. Entah mengapa hatinya berdebar melihat gadis itu.
"Mas orang jauh, ya? Rasanya saya baru lihat Mas mengunjungi makam ini?" tanya tukang ketoprak seraya memberikan piring berisi ketoprak yang siap dimakan.
"Oh, saya jarang ke sini, Bang. Kemarin saya ke sini tapi hujan. Akhirnya saya pulang lagi," jelas Brian.
"Ohhh begitu, pantas saja saya baru lihat. Kebetulan kemarin saya juga gak jualan," ucap tukang ketoprak yang bernama Udin itu.
"Kalau neng Icha, saya sudah sering lihat. Orang tiap hujan si neng ini kemari, kok," ucap Bang Udin sambil menunjuk gadis di samping Brian.
"Hehehe, iya Bang. Icha, kan langganan ketopraknya Bang Udin. Tapi dibungkus aja nanti. Kalau hujan sudah berhenti, baru ngulek," kata gadis dengan lesung pipi itu.
Brian terperangah. Setiap hujan? Berarti gadis ini memang sengaja datang saat mendung. Gadis yang aneh. Brian menggelengkan kepala sambil tersenyum. Ia bersikap acuh dan fokus pada makanannya, padahal sejak tadi ia memperhatikan gadis itu.
"Kalau Mas namanya siapa?" tanya Icha.
Brian tersedak saat ditanya begitu oleh Icha. Ia tak menyangka gadis itu begitu berani menanyakan nama pada pria yang belum dikenalnya. Mungkin karena ia ramah pada siapapun. Pikir Brian.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (46)

  • avatar
    GonjangAnton

    ok makasihh

    30/06

      0
  • avatar
    SanjayaKelvin

    bagus

    14/06

      0
  • avatar
    ATIKAH llvuidt ihjkugjv Bg ti ii OKNURUL

    best

    11/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด