logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab Enam Belas

Apa katanya? Saling tertarik? Apa dia sadar bahwa sekarang dia sedang membual? Sepertinya aku harus menghentikan omong kosong bodoh Giotto, sebelum aku juga akan terseret masalah.
Ketika mulutku sudah sedikit terbuka, aku mendengar Hugo mengeluarkan suaranya yang sejak tadi—mungkin—sengaja dia simpan.
“Kau tidak menyadari apa kesulitanmu?” Hugo tersenyum saat bertanya. Itu sikap yang sempurna menurutku.
Tatapan Giotto beralih pada Hugo, dia tersenyum kaku dan canggung. Bahasa tubuhnya menunjukkan betapa gelisah serta tidak nyaman dirinya saat ini.
“Aku tahu. Jelas aku tahu kesulitan apa yang akan aku hadapi ...” Dia berhenti sejenak, seolah menarik ketegangan dalam dirinya, “keenam Kakak laki-laki Nona ZeeZee.” Kedua mata Giotto menyapu seluruh kursi berpenghuni, kecuali satu kursi di sebelahnya. Tempat duduk Rhys.
“Tapi Kakak tertuanya tidak ada di sini. Bagaimana kau akan menghadapinya?” Ayah bertanya dengan cukup santai, tersenyum seolah menghilangkan aura mengintimidasinya.
Giotto melihat ke arahku sekilas, kami sempat saling menatap sepersekian detik, dan itu membuatku ngeri. Yang kubayangkan hanyalah bagaimana jika ternyata keenam Kakakku bertindak di luar apa yang Giotto pikirkan. Itulah kenapa, aku tergerak untuk melihatnya, bukan karena aku tertarik padanya, tentu saja bukan!
Tidak ada yang mudah dalam keluargaku. Semua harus dibayar mahal, dalam bentuk apapun. Giotto mungkin tidak akan selamat keluar dari ruang makan ini. Percayalah itu.
“Secepatnya. Sebisa mungkin aku akan menemui Kakak tertua ZeeZee dan—”
“Tidak perlu, sekarang ada aku di sini. Silahkan katakan apa yang ingin kau katakan padaku.”
Aku terlonjak mendengar suara itu dan pucat pasi ketika melihat kedatangan Rhys yang tiba-tiba dengan setelan santainya. Dia mengenakan sweater putih dengan celana chino warna senada.
Sekarang jelas bagiku, bahwa Hugo sedang bermain-main dengan nasibku. Dia menjebak dan berhasil menempatkanku dalam masalah besar. Sial! Aku benci berurusan dengan Rhys.
Siapa tadi yang mengatakan bahwa Anak emas ini tidak akan datang di sarapan pagi kami? Buktinya dia sekarang ada di sini, menarik kursi dan duduk, sementara yang lain membisu, termasuk Giotto.
Aku melihat. Aku tahu Ayah dan Ibu senang dengan situasi kacau seperti ini. Mereka santai dan seolah menikmati untuk melihat bagaimana Giotto gelisah serta merasa terancam.
“Tolong tinggalkan kursimu dan biarkan ZeeZee duduk di sini.” Rhys menatap lekat padaku yang segera merasa seperti menelan duri di tenggorokanku dengan susah payah. 
Giotto salah tingkah, bahasa tubuhnya kaku dan canggung. Berulang kali aku merasa dia pria paling bodoh yang pernah kutemui. Setidaknya, Balin cukup cerdas untuk menjauhi keenam pendekar gila di rumah ini.
“Ah, iya ... ba-baiklah.” Jawaban terbata Giotto menambah semangat saudara laki-lakiku yang lain, tanpa terkecuali Ayah dan Ibu. Kedua orang tuaku itu tidak akan pernah jadi pahlawan untuk Giotto, tidak untuk semua tamu undangan mereka.
Perlahan aku mendorong kursi, menjaga jarak dari Giotto agar dia bisa berpindah tempat tanpa merasa akan tersandung saat melakukannya, karena setiap gerak-gerik Giotto diawasi oleh semua pasang mata yag ada di ruangan ini.
Setelah pertukaran tempat ini selesai dengan sekejap, aku melihat wajah-wajah yang menggambarkan kesenangan terhadap sesuatu di depan mereka, Giotto Armstrong. Kupikir, dia akan tamat sekarang.
“Ayo bicara, aku sudah menunggumu,” kata Rhys, memundurkan tubuhnya, bersandar di kursi, dan melipat kedua tangan di depan dada.
Aku tidak mendengar nada intimidasi, itu jelas, diawal, Rhys pasti tidak akan menunjukkan kegilaannya. Lagipula, bagi seorang Rhys, hal ini hanyalah masalah kecil.
“Itu ... ah, ini tentang bagaimana aku menjawab semua pertanyaan dari Kakak-Kakak Nona ZeeZee yang ingin kulamar,” jelas Giotto. Aku salut, dia berani menatap Rhys saat bicara.
“Melamar?” Rhys bukan melihat pada lawan bicaranya, tapi padaku. “Kau serius?”
“Tidak. Aku bahkan tidak mengenalnya,” jawabku cepat. Ini karena aku tahu pertanyaan itu dia tujukan padaku. Tatapannya bahkan tidak lepas dariku. Apa-apaan itu!
“Dengar? Adikku tidak mengenalmu. Lalu kau ingin memaksanya?” Santainya Rhys bicara tidak mengundang wajah bertanya dari para Kakakku yang lain.
“Tentu, dia memang tidak mengenalku, tapi kami bicara lewat telepon kemarin. Dan ya ... kami langsung tertarik satu—”
“Hentikan itu!” Aku mengepalkan satu tanganku di bawah meja. Menatapnya yang juga menatapku dengan kedua mata yang masih berbinar. “Berhenti bicara seolah aku tertarik padamu hanya karena kita melakukan pembicaraan di telepon,” kataku pelan, setengah menggeram.
“Akhirnya kau mengakuinya.” Giotto tidak menghilangkan sorotan semangat dari kedua matanya.
“Mengakui bahwa ZeeZee tertarik padamu?” Rhys mengalihkan tatapan kami semua padanya.
Giotto terdiam, jadi kupikir aku akan meluruskan hal ini agar selesai lebih cepat, dan semua orang bisa enyah dari sini.
“Hugo, ini masalahmu. Selesaikan tanpa menyeret ZeeZee di dalamnya.” Meski tampak tidak peduli karena Rhys sekarang sedang bersiap melahap sandwich-nya, tapi semua yang ada di ruangan ini menoleh padaku.
“Baik, aku mengerti.” Hugo patuh, seperti budak.
Memang semua akan begitu pada Rhys, termasuk aku, Ayah, dan Ibu.
“Giotto Armstrong, kau berhasil datang ke sini dengan selamat, jadi kurasa kau juga harus kembali dengan selamat. Jadi ... maukah kau berhenti mengajak Adikku untuk menjalin hubungan serius seperti yang kau minta? Jangan membodohiku. Aku tahu kau memiliki pendukung garis keras di belakangmu, sehingga kau berani masuk ke ruangan ini tanpa pemikiran apapun, sama sekali.
Tapi, ingatlah, kami keluarga Oxley. Kau tidak akan bisa menyembunyikan masalahmu dengan mendatangkan masalah baru bagi kami.” Hugo menatap Giotto yang kini pucat pasi.
Dasar bodoh, kenapa baru sekarang dia menyadarinya? Apa dia benar-benar sepolos itu?
“Aku tidak mengerti maksudmu.” Suara bergetar Giotto, mengundang senyum sinis dari Ludwig.
Aku menoleh pada Rhys yang santai dan pelan, saat mulutnya mengoyak sandwich di tangannya. Rhys tidak peduli padaku yang sedang menatapnya, dia pasti menganggap aku tak ada.
Kutebak, setelah ini dia akan menggantungku dengan posisi kaki di atas dan kepala bergantung di bawah.
“Jangan berpura-pura. Kau melamar Adikku untuk mencari tahu apakah penggemar fanatikmu yang mencoba melompat dari atap gedung sebulan lalu itu, masih hidup atau tidak. Kau mengira penggemarmu itu di bawah perlindungan keluarga Oxley. Tidak, kami tidak sedang melindungi siapapun. Aku sedang menjebakmu. Apa kau tidak tahu itu?” Hugo mengungkap semuanya dengan jelas. Sangat jelas, bahkan juga untukku.
Wajah Giotto seputih kapas, keringat menuruni pelipisnya. Aku puas memandangi Giotto karena sekarang, dia bahkan tidak sadar aku sedang memperhatikannya.
“Lalu ... di mana dia sekarang? Aku yakin kalian mengetahuinya.” Giotto memandangi satu persatu wajah kami, dan berakhir pada Rhys yang baru selesai meneguk jus jeruk milikku, entah kapan tangannya sempat menggapai gelas tanpa terlihat olehku.
“Dia masih hidup,” jawab Hugo, tersenyum, “tapi dia berniat menuntut balas. Kupikir, aku bisa membantunya—”
“Jangan!” sela Giotto berseru, berdiri dengan cepat, melambaikan tangannya yang bergetar ke arah Hugo. “Jangan biarkan dia mendekatiku lagi, jadi ayo kita lakukan negosiasi!” Giotto tidak tenang, dalam posisi berdiripun, aku bisa merasakan tubuhnya bergetar.
“Kau ingin aku menyingkirkannya?” Hugo bertanya, tersenyum sinis.
“Terserah. Apa saja itu, yang terpenting, aku tidak mau dia muncul lagi dihadapanku.” Giotto menggeleng-geleng. Jelas, penggemar fanatik tidak selamanya memberimu sanjungan berdampak positif.
“Kau tahu, kau harus membayar mahal untuk itu. Kau bahkan nyaris menipu keluargaku. Apa kau setuju untuk membayarku?”
“Dengan uang?”
“Jangan bodoh, tentu saja tidak!” bentak Hugo. Sedangkan saudaraku yang lain, termasuk Ibuku, menahan tawa. Hanya aku, Rhys, dan Ayah yang mungkin merasa ucapan Giotto tidak lucu sama sekali.
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
Bersambung.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (172)

  • avatar
    Maria Ratu Rosari

    emejing

    14/05/2023

      0
  • avatar
    KhaerunnisaChindar

    Nicee iloveeee yuuuu❤️❤️❤️

    02/02/2023

      0
  • avatar
    PradyaDiva

    bagus banget ceritanya

    28/12/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด