logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab Lima Belas

Tapi tetap saja, kursi Rhys yang paling sering kosong. Kutebak, dia lebih senang sarapan di rumahnya sendiri, tanpa Lucas dan gadis norak itu.
Ayah duduk di kursi paling ujung meja, kursi kebanggaan Ayah di depan Anak-Anaknya. Di sebelah kanannya ada Ibu yang selalu berada di kursi itu dari waktu ke waktu. Sementara di sebelah kirinya, Hugo belum tampak, mungkin dia terlambat.
Mereka bertiga tidak pernah merubah posisi kursi mereka, sejak dulu. Ah, tentu, satu orang lagi juga begitu. Rhys. Dia berada tepat di ujung meja seberang Ayah. Jadi mereka langsung bertatapan lurus satu sama lain.
Pagi ini, aku memilih untuk duduk dihadapan Ludwig, dan Leon di sisi kiriku. Aku sibuk dengan serbet, ketika suara Ayah memecah hening dengan wajah yang cerah.
“Oh, akhirnya kau datang juga, Giotto Armstrong.”
Penyebutan nama itu seketika menghentikan semua kegiatanku. Saat menoleh ke arah si tamu muncul, aku merasa seperti ada yang mengkhianatiku ketika melihat si korban telepon tidak bertanggung jawab ada di ruang makan keluargaku.
Mungkinkah Hugo sengaja merencanakan semua ini?
“Selamat pagi, Tuan David Oxley dan Nyonya Tessa Oxley.” Giotto menunduk hormat, kemudian aku tahu, dia memandangku.
Ayah dan Ibu serentak menjawab sapaan dari Giotto.
Ibu mendekat untuk menyambutnya. “Duduklah di mana saja, Nak. Maksudku di kursi yang masih kosong, silahkan.” Ibuku tersenyum ramah. Kesan pertamaku, Ibu terlihat menyukai Aktor bodoh ini.
Kulihat di ambang pintu, Luigi muncul dengan jas di tangannya, dia berjalan sambil mengenakan arloji di pergelangan tangan kiri. Luigi tampan pagi ini dengan kemeja putih bersih dan rambut yang di sisir ke belakang.
“Selamat pagi, Ayah, Ibu.” Dia tersenyum pada Ibu dan mengangguk hormat pada Ayah. “Selamat pagi semuanya.” Tatapan Luigi menyapu ruangan sekilas, lalu memilih duduk di samping Ludwig.
Si kembar L yang fenomenal. Mereka saling tidak peduli sama sekali, satu sama lain.
“Permisi, Nona ZeeZee, aku akan duduk di sini,” kata Giotto memberitahu sembari sedikit membungkuk dan menggeser kursi ke belakang.
Sebisa mungkin aku tidak ingin bersuara, dan aku juga tidak suka basa-basi dengan orang asing. Jadi aku hanya mengangguk.
Seluruh makanan sudah selesai disajikan oleh Frida, Tina, dan Wily. Jadi tanpa menunggu lagi, Ayah memulai sarapan pagi ini dengan satu kesepakatan yang terus diulang saat ada tamu di antara kami.
“Nikmati sarapannya dengan tenang, tanpa bicara. Kita punya waktu dua puluh lima menit setelah sarapan untuk membahas apa saja.” Ayah tersenyum. “Selamat menikmati, Giotto Armstrong.”
Sarapan dimulai. Semua mengambil apa yang ingin mereka makan dengan tenang tanpa ada suara, kecuali dari sendok dan garpu yang beradu dengan piring, serta suara yang memungkinkan muncul dari peralatan makan lainnya saat digunakan.
Hugo muncul saat sarapan sudah berlangsung selama hampir sepuluh menit. Dia tidak meminta maaf, Ayah juga tidak peduli tentang itu. Tapi Ayah dan Ibu akan peduli setelah sarapan ini berlalu.
Hugo juga akan mendapatkan hukuman karena keterlambatannya. Tapi kurasa, dia akan baik-baik saja. Keenam Kakak-Kakakku jarang sekali melakukan kesalahan, bahkan hampir tidak pernah.
Sarapan selesai dimulai dari Luigi. Setelahnya, Ibu dan Ayah menyusul, begitu juga dengan Giotto, aku, Adorjan, dan Hugo, lalu Ludwig yang terakhir. Aku terbiasa memperhatikan mereka di meja makan, terutama tamu yang diundang untuk semeja saat sarapan bersama kami.
“Berarti semua sudah selesai?” Ayah memandang berkeliling.
“Ya, Ayah.” Hugo menjawab bersamaan dengan Adorjan. Sementara yang lain hanya mengangguk, termasuk aku.
Pandangan Ayah tertuju pada Giotto di sebelahku. Ayah melirik Ibu sekilas, lalu kembali pada Giotto yang terlihat bisa menyesuaikan dirinya dengan suasana sarapan ala keluarga Oxley.
“Tuan Rudi Armstrong mengatakan padaku, bahwa kau meminta undangan sarapan di rumah kami dipercepat, dan kau juga meminta  dirimu menggantikan undangan yang seharusnya kami tujukan untuk Gavin, Kakakmu. Itu benar?”
Pria di sebelahku, aku tidak ingin menatapnya, jadi aku hanya mendengar suaranya yang mengiyakan pertanyaan Ayah.
“Sebenarnya, aku sudah memberitahukan pada Nyonya Oxley tujuan utamaku ingin sarapan bersama keluarga Anda, Tuan.” Giotto terdengar penuh percaya diri, dia menggeser salah satu tangannya lebih dekat ke hadapanku.
Aku mengeluh dalam hati akan keadaan, mengarahkan tatapanku pada Leon di samping kiriku. Tapi Leon justru mengedip sambil tersenyum sekilas padaku. Menanggapinya, aku memasang mimik wajah seolah ingin memuntahkan sesuatu dari dalam mulutku, dengan menggelembungkan kedua pipiku.
“Ya, ya, kau benar. Istriku sudah memberitahuku. Tapi aku ingin kau mengatakannya lagi secara langsung di depanku dan semua yang ada di ruangan ini.” Ayah menyembunyikan senyum liciknya dibalik raut wajah bersahabat yang ditunjukkannya pada Giotto.
Aku mendengar—tapi sekali lagi, aku tidak ingin melihat wajah si Aktor—dia berdeham.
“Aku ... ingin membawa hubungan antar keluarga Armstrong dan Oxley ke tahap yang lebih dekat, maksudku, mempersatukan keluarga kita. Aku ingin mengutarakan keinginanku dengan datang sendiri ke sini, memberanikan diri agar diperbolehkan oleh Tuan dan Nyonya Oxley, untuk melamar Putri bungsu di keluarga ini.”
Dengan perasaan kacau aku bukan berbalik menatapnya di sebelahku, tapi memandang Hugo. Aku yakin, semua ini bersumber darinya. Apa tujuan dia sebenarnya? Haruskah sejauh ini dia membuat Giotto menjauhi wanitanya? Apa perlu sampai harus mengorbankan aku?
Ya, jangan terkejut, percuma saja. Sudah terbiasa dalam keluargaku saling sikut menyikut dan tikam menikam dari belakang. Curang, tentu saja. Itu ciri khas keluarga Oxley yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan untuk meraup keuntungan sebanyak yang mereka bisa.
Hugo memainkan kedua alisnya yang tebal, naik turun bersamaan dengan senyum menawannya. Dia seolah mengisyaratkan padaku melalui senyum itu, untuk tetap tenang, sementara Leon, sudah mulai memainkan kakinya untuk mengejutkanku di bawah meja.
Leon menendang pelan kakiku di bawah sana. Kedua matanya melewatiku untuk memandang pria di sebelahku.
“Apa-apaan itu, kau serius?” Leon menimpali. Ketidaksukaan jelas terpancar dari wajahnya.
Aku paham maksud Leon menendang kakiku, dia ingin aku tidak melakukan apapun. Jadi aku hanya menoleh untuk melihat Giotto, karena Leon yang sepertinya ada dipihakku.
Giotto terlihat tegang, tentu saja, tapi dia berusaha untuk tampak santai dan tenang seolah keluarga Oxley bukanlah ancaman baginya.
“Aku serius, Tuan Leon.” Dia tersenyum, memperlihatkan kecanggungannya pada Leon yang kini seperti sudah ingin menerkam mangsa.
“Wah, bernyali sekali kau!” seru Adorjan, dia tertawa mengejek. Aku kira Giotto hanya akan mendapat beberapa kalimat pedas dari Ayah atau Ibu, tapi kenyataannya, dua Kakakku sudah bersuara lebih dulu.
“Itu benar sekali, Tuan Adorjan. Karena keinginan kuatku untuk mengenal lebih dekat dengan ZeeZee dan melamarnya, aku mencoba menyiapkan nyali sebesar ini,” kata Giotto.
Aku tahu, suaranya sudah mulai bergetar. Aku rasa, Ludwig dan Luigi, bahkan Hugo juga akan menyerangnya setelah ini. Lima banding satu, tidak termasuk Ayah dan Ibu, itu akan menghancurkan kepercayaan diri dan nyali yang sudah susah payah dia bangun, dalam sekejap.
Apa dia bodoh? Saat dia masuk ke ruang makan ini, itu artinya dia sudah siap masuk ke mulut harimau. Apa tidak ada yang memberitahunya soal itu?
“Sebesar apa?” tanya Luigi, tiba-tiba. Sejak tadi dia hanya memandangi Giotto dengan tangan terlipat di depan dada.
“Maaf?” Giotto terdengar bingung, mungkin berharap Luigi akan mengulang pertanyaannya.
“Aku tanya, sebesar apa nyalimu, sampai ingin mengambil ZeeZee dari tangan kami berenam?” Suara Luigi, penuh dengan nada menantang.
“I-itu ....” Giotto mulai tergagap. Dia menatapku dan tentu saja aku memalingkan wajahku darinya.
Sungguh, itu salahnya sendiri. Kenapa mencoba menantang maut?
“Itu karena kami saling tertarik, jadi secara tidak langsung, menumbuhkan keberanianku untuk datang kemari,” sambung Giotto, tertawa kecil seolah dia baik-baik saja dengan semua ini. 
Bersambung.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (172)

  • avatar
    Maria Ratu Rosari

    emejing

    14/05/2023

      0
  • avatar
    KhaerunnisaChindar

    Nicee iloveeee yuuuu❤️❤️❤️

    02/02/2023

      0
  • avatar
    PradyaDiva

    bagus banget ceritanya

    28/12/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด