logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 8 Dipaksa Mengejar Mimpi

Tanpa seorang Ibu, kehidupan begitu hampa.
____________________
Celia sedang sibuk masak di dapur, ia memasak sup ayam dan ayam goreng kesukaan Septhian. Masakan Celia begitu enak, karena dibuatnya pakai hati, sesuai dengan request Septhian. Ia pernah berkata. "Kalo masak itu jangan dibawa emosi, masakannya nanti gak enak, coba pakai hati, biar terlihat enak dan lezat makanannya."
Celia begitu sibuk mengiris-iris bawang, ayam, wortel dan sayuran lainnya.
Septhian keluar dari kamarnya, ia pergi menuju dapur. Saat di dapur, ia begitu terkejut dengan aroma makanan yang sedang Ibunya buat.
Septhian duduk dikursi meja makan, sambil melihat Ibunya yang sedang masak. Septhian pun menghirup aroma makanan yang begitu lezat.
"Harum Bu, masakannya." puji Septhian, sambil menatap serius kearah Ibu nya yang sedang masak.
"Mesti dong," sahut Celia, sambil tersenyum kearah Septhian.
Celia mulai menggoreng ayam, dan merebus sayuran-sayurannya juga.
"Ibu..." panggil Septhian.
"Apa?" tanya Celia, tanpa membalikkan badannya.
"Inget, masaknya pakai hati, biar nambah enak masakannya." peringat Septhian. Celia mengangguk lalu ia mengambil piring untuk menyajikan masakannya.
Celia menoleh sekilas kearah Septhian. "Mesti dong sayang, Ibu selalu pakai hati kalo masak. Request dari anak Ibu yang satu ini." Celia tersenyum sambil mencubit gemas pipi Septhian.
Septhian tersenyum. Daripada mengganggu Ibunya yang sedang masak, ia memutuskan untuk pergi kedepan rumah.
"Ibu, Septhian pamit keluar ya," pamit Septhian.
"Iya sayang, jangan jauh-jauh ya."
"Oke."
Septhian pun segera pergi keluar dari rumah. Ia menatap kanan dan kiri untuk menyebrang jalan. Ia pun segera naik keatas pohon yang ada didepan rumahnya. Septhian menatap pemandangan begitu indah diatas pohon.
Tidak lama kemudian, Reza keluar dari rumahnya. Ia tidak sengaja melihat Septhian sedang berada diatas pohon.
"Woy!!" teriak Reza. Septhian pun segera menoleh kearah Reza.
"Apa?!" balas Septhian. Reza tidak menjawab ucapan Septhian. Ia pun segera pergi menuju Septhian.
"Ngapain lo naik ke pohon?" tanya Reza.
"Terserah gue lah, gue cuman bosen didalam rumah." jawab Septhian.
"Owh." Reza pun berusaha untuk ingin menaik keatas pohon.
"Ngapain sih lo?"
"Mau naik lah."
"Emang lo bisa naik pohon?" tanya Septhian sambil tertawa. Reza yang hampir bisa naik pun, segera menurunkan kembali kakinya.
"Gak." Septhian pun segera mengulurkan tangannya, ia membantu Reza untuk naik keatas pohon. Reza pun menerima tawaran Septhian dan Reza pun akhirnya bisa sampai diatas pohon.
"Lo dari kecil gak ada perubahan  ya, naik pohon aja lo gak bisa," celetuk Septhian. Reza pun menoleh kearah Septhian.
"Biarin lah, gue ini bukan lo."
Septhian menggelengkan kepalanya, mereka berdua pun memandangi pemandangan yang begitu indah diatas pohon.
*****
"Hallo Arga," sapa Nino, dari balik telepon. Nino merupakan teman sekolah Arga.
"Iya, hallo juga Nino. Ada apa ya?" tanya Arga.
"Ngomong-ngomong nih ya, anak kamu itu laki-laki, dan udah dewasa juga. Kayaknya cocok kalo dia dimasukkan menjadi uji coba di tentara." jelas Nino.
"Iya nih, kayaknya Septhian akan aku masukkan jadi tentara. Tapi, anak itu keras kepala pengen jadi dokter terus. Padahal, jadi dokter gak ada nyalinya sama sekali, jadi, aku akan masukkan dia jadi tentara kalo sudah lulus nanti." balas Arga, dengan senyuman begitu senang.
"Baik, gaji nya juga cukup besar. Jadi, hubungi aku aja ya, Ga, nanti aku uji coba anak kamu itu."
"Oke, siap."
"Makasih banyak, aku tutup teleponnya."
"Baik, sama-sama." Arga segera menutup teleponnya dan segera keluar dari kantor.
Saat Arga keluar dari kantor, ia melihat Sely sedang bermesraan dengan cowok lain. Dengan cepat, Arga menghampirinya.
"Kamu apa-apaan sih sayang!!" geram Arga dengan kesal, ia menarik paksa tangan Sely.
Sely menoleh kearah Arga. "Jangan bikin aku malu!" Sely menepis tangan Arga dengan cukup kasar. Ia berdiri dari kursinya dan membawa Arga menjauh.
"STOP!! Kamu itu seharusnya sadar diri!! Udah tua masih aja selingkuh, sama istri kamu aja selingkuh, apalagi nanti sama aku. Mungkin kamu akan ngelakuin hal sama kayak gitu," ketus Sely sambil tersenyum miring.
"Kamu udah ambil harta aku!! Seenaknya kamu selingkuh!!" bentak Arga.
"Miskin amat, cuman 10 juta aja minta dibalikin," Sely tertawa kecil, ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil satu kartu atm nya.
"Tuh," Sely meletakkan kartu atm nya dibawah tanah. "Ambil semuanya kalo perlu, dasar tua miskin!" Sely segera pergi dari hadapan Arga.
"Sayang!!" Arga mendecak sebal. Ia mengambil atm tersebut dan segera menuju ketempat parkiran, untuk segera pulang.
Sedangkan saat di perjalanan, Arga menatap jalanan yang begitu ramai, ia memfokuskan dirinya ke jalanan walaupun dirinya sedang begitu kesal hari ini.
Tidak lama kemudian, Arga memarkirkan mobilnya dihalaman rumah. Ia segera keluar dari mobil, ia tidak sengaja melihat Septhian dan Reza sedang duduk diatas pohon berduaan.
"Septhian!!" bentak Arga. Namanya yang dipanggil pun menoleh kearah belakang.
"Turun!! Jadi anak nakal!!" lanjut Arga. Dengan cepat Septhian segera turun dari atas pohon, tidak lupa membantu Reza untuk turun.
"Apa?"
"Sini!!" Arga menarik telinga Septhian dengan kencang. Reza pun segera memisahkan Arga dan Septhian.
"STOP!! Om, kalo mendidik anak itu yang bener dong!! Jangan pake kekerasan terus!!" geram Reza dengan kesal.
Arga segera melepaskan jiwir-an nya. Septhian mengusap telinga kirinya yang begitu sakit karena di jiwir begitu kencang.
"Ikut Ayah ke dalam," pinta Arga. Ia pun segera masuk kedalam rumah, meninggalkan Septhian dan Reza dibelakang.
"Ikut gue, Za." Reza mengangguk. Mereka berdua pun masuk kedalam rumah.
Saat didalam, Arga membawa sebuah buku paket lengkap Bahasa Inggris. Karena, Septhian ingin sekali mendapatkan biasiswa di New York.
"Septhian!! Buku ini, gak ada gunanya!!" Arga menyobek kan buku paket tersebut. Dengan cepat, Septhian bertindak untuk mengambil bukunya, karena buku itu adalah jalan masa depannya.
"Ayah, STOP!!" marah Septhian. Ia segera merebut bukunya. Tetapi, Arga mendorong badannya dengan kencang, hingga kepalanya terbentur ke dinding.
BRUK!
Reza dan Celia begitu terkejut saat melihat Septhian didorong dengan begitu keras.
Reza segera membantu Septhian untuk bangun. Celia menatap tajam kearah Arga.
"Cukup MAS!! Kamu kenapa sih, selalu melampiaskan kemarahan kamu kepada Septhian!?" geram Celia dengan kesal. Arga melirik sekilas kearah Septhian, lalu pergi begitu saja tanpa menjawab ucapan Celia.
"MAS!!"
"MAS!!"
Celia mengejar Arga untuk meminta berubah sikap kepada Septhian. Reza berusaha untuk membangunkan Septhian yang sudah terjatuh lemas, dibagian kepalanya berlumuran darah.
"Septhian, bangun..." Reza menepuk-nepuk pipi Septhian dengan pelan. Reza tidak mempunyai pilihan lain, ia harus membawanya kerumah sakit.
"Tante..." panggil Reza. Celia yang masih dilantai atas pun segera menoleh kearah Reza yang ada dibawah.
"Apa?"
"Kita harus bawa Septhian kerumah sakit sekarang." Celia memandang bingung. Ia harus menyelamatkan anaknya terlebih dahulu atau harus mengurusi masalah ini dengan suaminya. Celia pun memutuskan untuk turun dari tangga dan menolong Reza untuk kerumah sakit.
Reza menggendong badan Septhian, Celia melepas celemek nya dan tidak lupa mematikan kompornya. Ia pun segera mengambil kunci mobilnya.
"Tunggu sebentar," Celia menyalakan mesin mobilnya, tidak lupa membuka pintu tengah untuk Reza dan Septhian. Celia kali ini yang membawa mobilnya untuk menuju kearah rumah sakit.
"Cepet Tante," Celia mengangguk. Dengan cepat, Celia menjalankan mobilnya untuk menuju kearah rumah sakit. Keadaan Septhian sudah semakin parah, bagian kepalanya mengeluarkan banyak darah. Reza menatap Septhian begitu khawatir.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (83)

  • avatar
    AzkiaFebi

    bagus

    30/05

      0
  • avatar

    KERENN BANGETTTT

    26/05

      0
  • avatar
    Puspita SariAnita

    𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒈𝒆𝒏𝒖𝒔

    04/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด