logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Dear Zaza

Flashback on.
"Zaza, kita main keatas sana yuk," ajak Septhian.
"Ayok." Reza dan Septhian pun segera naik keatas pohon mangga.
"Zaza gak bisa naik, Tian." Septhian menoleh kebawah, ternyata Reza tidak bisa naik keatas pohon.
"Pegang tangan aku, Za." Septhian mengulurkan tangannya dan membantu Reza naik keatas pohon.
"Yeay, Zaza bisa naik," ucap senang Reza. Karena ia sudah berada diatas pohon.
"Zaza, liat itu." Septhian menunjuk kearah mangga yang ada dihadapannya.
"Kenapa Thian? Itu buah mangga," sahut Reza.
"Kamu mau mangga gak? Biar aku ambil buahnya." Reza mengangguk, tandanya ia ingin mangga tersebut.
"Aku mau dua ya," pinta Reza.
"Oke." Tanpa pikir panjang, Septhian segera naik keatas pohon lebih tinggi untuk mengambil mangga tersebut.
"Zaza, Tian dapet buahnya." ucap Septhian dengan senang. Septhian mengangkat mangga nya, agar Reza melihatnya, bahwa dia mendapatkannya.
Tiba-tiba, seekor lebih datang menghampiri Septhian. Reza yang menyadari pun langsung panik.
"Tian!! Ada lebah di samping kamu!!" teriak Reza. Septhian menoleh, ternyata benar ada beberapa lebah ingin mendekati Septhian.
Septhian segera turun dari pohon, sambil membawa beberapa mangga ditangannya.
"Zaza, ayok turun!!" teriak Septhian, yang sudah ada di bawah. Sedangkan Reza hanya bisa diam diatas pohon sambil menangis, karena ia takut untuk turun.
"Tian, Zaza takut turun..." lirih Reza sambil menangis diatas pohon. Septhian menepuk keningnya. Dengan cepat ia membantu Reza untuk turun.
Sesudah mereka berdua turun dari pohon. Septhian kembali mengambil mangga yang ia simpan dibawah pohon.
"Zaza, ayok kita lari, nanti lebahnya ngejar," ajak Septhian.
"Ayok."
Septhian dan Reza pun berlari meninggalkan pohon tersebut, sambil membawa buah mangga ditangannya.
Flashback off.
____________________
Septhian keluar dari kamarnya, ia pun segera pergi dapur untuk mencari makanan.
Septhian membuka lemari es nya, ia mengambil susu kotak yang ada di lemari es, tidak lupa untuk mengambil gelasnya juga. Ia pun segera menuangkan susunya kedalam gelas.
"Septhian..." panggil Celia, yang baru pulang dari kantornya. Septhian yang sedang meminum susu pun segera menoleh kearah Ibunya.
"Kamu gimana kabarnya, sayang?" tanya Celia, dengan penuh khawatir. Celia memeriksa semua wajah Septhian, takut terjadi apa-apa dengan anaknya.
Septhian menghela nafasnya. Septhian memegang pipi Celia dengan tatapan tajam.
"Baik-baik aja kok, Bu." jawab Septhian, dihiasi senyuman manisnya. Celia ikut tersenyum saat anaknya mengasihkan senyuman yang begitu langka. Karena, Septhian tidak pernah tersenyum akhir-akhir ini.
"Bagus deh, mau makan apa?" tanya Celia, karena ia tau, bahwa anaknya belum mengisi perutnya sama sekali.
"Apa aja." jawab rumit Septhian.
"Bagaimana kalo makan diluar aja? Kapan lagi coba kita makan berdua diluar lagi."
"Ibu... Mendingan, Ibu masak aja, kalo capek aku pesen grab aja biar cepet. Dirumah lebih enak loh, daripada diluar." jelas Septhian. Celia pun mengangguk paham.
"Kamu kangen masakan Ibu ya," goda Celia, ia mencubit gemas pipi Septhian. Hingga Septhian pun tersipu malu karena godaan Ibunya.
"Iya, kangen masakan Ibu."
"Yaudah, tunggu aja di kamar ya, Ibu mau ke kamar dulu. Nanti, kita makan bersama ya sayang, bye." Celia pergi meninggalkan Septhian sendirian di dapur, ia pergi ke kamarnya untuk menganti pakaiannya.
Septhian kembali meminum susunya, setelah itu, ia langsung pergi ke kamarnya.
*****
Reza sedang belajar di kamarnya. Ia tidak sengaja melihat album kecil yang ada dibawah tumpukan buku paket. Reza pun mengambil album tersebut, dan mengusapnya karena sudah banyak debu diluar albumnya.
Reza melihat fotonya dengan Septhian sedang berfoto sesudah berenang. Ia membayangkan masa kecilnya begitu indah dengan Septhian.
Flashback on.
"Zaza, main perosotan yuk." ajak Septhian yang sedang berenang bersama Reza di kolam renang dirumah Reza. Rumah dulu Reza begitu luas, hingga dibelakang rumahnya terdapat kolam renang begitu luas.
"Ayok," Reza menerima ajakan Septhian. Mereka berdua pun pergi bermain perosotan bersama.
Disaat sedang berenang bersama, Celia hanya bisa tersenyum melihat anaknya begitu bahagia. Tidak lama kemudian, Nova datang dan langsung menghampiri kearah Celia.
"Semoga anak-anak kita masih bisa bersama ya, kalo sudah dewasa nanti." ucap Nova.
Celia mengangguk. "Aku harap begitu, semoga sukses bersama ya. Apabila suatu hari nanti aku sudah tiada, tolong jaga Septhian ya, Nov," sahut Celia.
"Gak usah khawatir, Septhian sudah aku anggap sebagai anak aku sendiri. Kamu jangan bicara seperti itu ah... Gak baik." Nova mengusap punggung Celia dengan pelan. Mereka berdua memandang anak-anaknya yang sedang asik berenang.
"Oh iya, bagaimana kalo mereka suruh kita foto aja? Biar dewasa nanti, mereka ingat," ujar Nova.
"Ide bagus tuh, momen yang tidak akan terlupakan ya." Celia tertawa kecil diikuti dengan Nova.
Nova mengeluarkan handphonenya dan segera memanggil Septhian dan juga Reza.
"Reza... Septhian... Kesini dulu, Nak." pinta Nova. Septhian yang mendengar ucapan pun segera untuk menghampiri kearah Nova.
"Zaza, mamah kamu manggil tuh." ucap Septhian.
"Ayok kita kesana."
"Ayok."
Mereka berdua pun segera untuk menghampiri Nova.
"Ada apa, Tante?" tanya Septhian.
"Foto dulu yuk kalian berdua." jawab Nova.
"Boleh, Zaza... Ayok kita foto dulu." Reza mengangguk. Mereka merangkul bahunya satu sama lain, dan Nova pun mengambil foto tersebut.
Flashback off.
"Gua gak nyangka, lo masih bisa bertahan jadi sahabat gue, dari kecil bahkan sampai sekarang," gumam Reza. Ia pun menutup albumnya dan segera melanjutkan belajarnya.
*****
Septhian sedang terduduk di meja belajarnya, ia membaca semua diary masa kecilnya.
Mulai dari perbucinan, pertengkaran, keharmonisan bahkan tentang kesedihan pun Septhian tulis. Itu hal yang Septhian geli saat ia membacanya.
Septhian mengambil pulpen nya dan menulis dairy di lembaran baru.
Dear Zaza
Lo itu bagaikan matahari dan bulan. Sama-sama saling menyinari kehidupan gue saat sedang di posisi terbawah. Saat dunia gue sedang gelap, lo selalu bawa kehangatan dan kenyamanan disaat itu juga. Lo itu tau segalanya, gue bahkan selalu suka dengan sikap lo yang selalu peka. Gue minta, lo jangan pergi ninggalin dari kehidupan gue.
Septhian tersenyum-senyum saat sudah menulis kata-kata dairy barunya. Memang benar, saat Septhian merasa sedih, Reza selalu datang membawa keceriaan.
Septhian kembali menyimpan buku dairy nya. Saat ia menyimpan bukunya, tidak sengaja ia menjatuhkan sebuah foto ke lantai.
Septhian yang menyadari ada foto yang terjatuh, ia pun segera untuk mengambilnya dan menatap lekat kearah foto tersebut.
Iya, foto keluarga kecilnya yang dulu, saat Septhian berumur 10 tahun. Ia merasakan begitu sakit saat melihat foto tersebut.
Ayahnya yang dulu begitu baik, selalu menuruti kemauan dia. Tapi sekarang, ia begitu benci dengan sikap Ayahnya yang begitu egois.
"Andaikan masa lalu bisa berputar, gue pengen ngerasain kehangatan keluarga kecil ini." gumam Septhian. Dan menyimpan foto tersebut diatas buku diary miliknya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (83)

  • avatar
    AzkiaFebi

    bagus

    30/05

      0
  • avatar

    KERENN BANGETTTT

    26/05

      0
  • avatar
    Puspita SariAnita

    𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒈𝒆𝒏𝒖𝒔

    04/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด