logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Kesal

Ada salah satu guru yang memasuki kelas Septhian. Guru tersebut mengajar dimata pelajaran Bahasa Inggris.
"Baik anak-anak, sekarang kita membaca teks dialog. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Silahkan kalian buat kelompoknya dimulai dari sekarang." perintah Bu Fitri.
Seisi kelas mulai berhamburan untuk mencari kelompoknya masing-masing. Septhian hanya terdiam di kursinya. Ia tidak harus mencari kelompoknya, biasanya suka ada anak yang ingin satu kelompok dengannya.
"Gue masuk ke kelompok lo ya." pinta Ressa. Septhian mengangguk tanpa melirik kearahnya.
"Aku juga ya," ujar Yunita. Septhian menoleh kearah Yunita. Ia memasang wajah sinis kearahnya.
"Gak!" Septhian menutup novelnya dan menarik paksa tangan Ressa. Mereka berdua menjauh dari Yunita.
Ressa hanya bisa terdiam merasakan tangannya digenggam oleh Septhian. Hatinya berdetak begitu kencang.
"Tenang Sa, kontrol detak jantung lo." gumam Ressa sambil memegang dadanya dengan satu tangan.
"Satu orang lagi siapa?" tanya Septhian terhadap Ressa. Sedangkan Ressa hanya tersenyum tidak jelas sambil memejamkan matanya.
"WOY!!" teriak Septhian didekat telinga Ressa. Sontak Ressa terkejut. Bukan hanya Ressa saja, melainkan seisi kelas terkejut dengan suara Septhian.
"Satu orang lagi siapa!?" bentak Septhian dengan kasar. Ressa terdiam, lalu ia memandangi seisi kelas untuk mencari satu anggotanya lagi.
"Gue aja," ujar David. Septhian dan Ressa menoleh ke sumber suara David.
"Oke, berarti pas ya." David mengangguk. Mereka bertiga pun langsung membuat mejanya berbentuk kelompok.
"Baik, sekarang saatnya membaca teks dialog. Ibu akan panggil satu persatu kelompok yang akan maju kedepan." jelas Bu Fitri.
"Kelompok pertama silahkan untuk Septhian," panggil Bu Fitri. Kelompok Septhian segera berdiri dan menuju ke depan
"First of all, I would like to introduce myself. I am Septhian as Jonathan, This is Ressa as Yuna, and this is David as Tedy." jelas Septhian menggunakan bahasa Inggris.
"I will read an English dialogue with the theme..." Septhian menjeda ucapannya. Ia menjeda karena terkejut membaca dialog bertema Ayah.
"Kenapa Septhian?" tanya Bu Fitri.
"Gak apa-apa Bu." jawab Septhian, ia tersenyum kearah Bu Fitri.
"I will read an English dialogue with the theme Father." lanjut Septhian.
Saat Septhian membaca dialognya dari awal sampai akhir. Kata-kata yang ada dialog begitu menyentuh kehati. Ia hanya bisa tersenyum sambil menutup kesedihannya.
"That's all from me and my friends, thank you." pamit Septhian. Seisi kelas memberikan tepuk tangan begitu meriah. Mereka bertiga pun kembali duduk ke tempat duduknya masing-masing.
Saat sudah ditempat duduk, Septhian memainkan handphonenya. Tanpa disadari, Yunita sedang menatap kagum kearahnya.
"Silahkan untuk kelompoknya Yunita, maju ke depan." pinta Bu Fitri. Namun Yunita tidak mendengar ucapan Bu Fitri. Ia sedang tersenyum tidak jelas kearah Septhian.
"YUNITA!!" teriak Bu Fitri. Yunita langsung terkejut dan menoleh kearah Bu Fitri.
"Iya, apa Bu?" tanya Yunita dengan polos. Septhian menoleh kearahnya.
"Maju ke depan!" pekik Bu Fitri. Yunita mengangguk dan menuju kedepan.
"Bocah gak jelas," ketus Septhian. Lalu ia kembali memfokuskan pandangannya kearah handphonenya.
Satu persatu nama dipanggil oleh Bu Fitri. Nama yang dipanggil disuruh maju kedepan untuk membaca sebuah teks dialog yang ada di buku paket.
Sesudah semuanya membaca teks dialog. Semua seisi kelas disuruh untuk beristirahat. Karena sudah waktunya untuk jam makan.
Kring...
Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelasnya dan sebagian menuju kearah kantin.
Septhian mematikan handphonenya, ia pun segera berdiri dari duduknya dan pergi dari kelas untuk menuju kantin.
Saat dipertengahan koridor, tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Septhian menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang. Tetapi, tidak ada satupun orang yang mengikuti dirinya. Septhian pun kembali menjalankan langkahnya menuju kantin.
Yunita mengintip dari balik dinding, ternyata ia tidak ketahuan sama sekali oleh Septhian. Ia memegang kotak makannya, ia rasanya ingin memberikannya kepada Septhian. Tapi, ia merasakan bahwa Septhian akan menolaknya.
"Kasih jangan ya? Kalo di kasih nanti ditolak, kalo gak dikasih kan kasian dia," gumam Yunita.
"Gak usah deh, mendingan makan sendiri aja." lanjutnya. Yunita pun pergi menuju kearah kelas.
*****
"Bro, sini gabung." ajak Jack, kepada Septhian yang baru sampai di depan kantin.
Septhian menatap kearah sekeliling isi kantin. Ia melihat ada Reza yang sedang duduk sendirian dibagian ujung. Septhian pun segera menghampirinya.
"Mau kemana tuh anak," ujar Jason, mereka berdua menatap kearah Septhian yang sedang berjalan menuju kearah Reza.
"Sendirian aja lo?" tanya Septhian, sambil mendudukkan dirinya di kursi kosong yang ada didepan Reza.
Reza pun menatap kearah Septhian. "Iya, gue bosen juga." jawab Reza, sambil memainkan mie yang dia pesan.
"Udah pulang sekolah, lo mau gak ke Gramedia?" Reza langsung menatap lekat kearah Septhian.
"Serius lo?" Septhian mengangguk. "Boleh kalo gitu," lanjut Reza.
"Oh iya..." jeda Reza. Ia mengeluarkan uang yang ada di saku bajunya.
"Duit jajan lo, Tante Celia yang ngasih tadi." Reza memberikan uangnya kepada Septhian. Sedangkan, Septhian hanya menatap uang yang sedang Reza pegang.
Septhian menggelengkan kepalanya. "Gak usah, buat lo aja. Gue gak mau ngerepotin Ibu lagi. Gue udah dewasa, Za, gue gak butuh duit dari orang tua lagi. Malu gue," tolak Septhian.
"Emang lo ada duit?" tanya Reza, sambil mengangkat satu alisnya keatas. Septhian terdiam seribu bahasa. Ia memang tidak punya uang sedikit pun, kalo ia ambil, ia pun merasa malu. Sudah dewasa masih memakai uang orangtua.
"Nahkan, gak ada duit ya? Ini duit jajan lo. Sekarang lo jajan dulu, jangan di pikirkan tentang masalah yang ada dirumah." Reza kembali memberikan uangnya dengan paksa. Septhian pun menerima uang tersebut.
"Iya sih, tapi gue pu–"
"Walaupun lo punya, lo harus hargai pemberian duit Ibu lo, Sept." potong Reza. Septhian menghela nafas nya, ia pun mengangguk dan segera memesan makanan untuk mengisi perutnya yang kosong.
"Bu, es teh nya satu." pinta Septhian.
"Oke." Ibu kantin pun segera membuatkan es teh yang Septhian pesan.
"Ini, lima ribu aja." Septhian pun memberikan uang nya, dan mengambil minumannya.
"Terima kasih," ucap Septhian.
"Sama-sama." Septhian pun kembali duduknya. Reza menatap heran kearahnya. "Lo dikasih duit malah beli air doang. Beli makannya juga dong, biar kenyang perut lo," ketus Reza.
"Terserah gue lah, kan yang minum gue bukan lo!" balas Septhian.
"Iya, gimana lo aja deh, males gue." Reza kembali melanjutkan makannya. Septhian menatap sekeliling kantin, ia menatap kearah Jack dan Jason yang sedang berbisik.
Septhian tersenyum miring, sambil menatap kearah mereka berdua. "Za, liat deh. Mainnya bisik-bisik geng gue," ujar Septhian. Reza menoleh kearah Jack beserta Jason.
"Biarin lah, gak boleh bisik-bisik? Mereka juga kan bicara-in hal lain, bukan bicara-in tentang lo."
Septhian mendecik sebal. "Iya deh, ngapain juga ya, gue peduliin mereka." Septhian menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan minumnya. Reza pun ikut menggelengkan kepalanya karena melihat sahabat masa kecilnya iri dengan orang yang sedang berbisik.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (83)

  • avatar
    AzkiaFebi

    bagus

    30/05

      0
  • avatar

    KERENN BANGETTTT

    26/05

      0
  • avatar
    Puspita SariAnita

    𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒈𝒆𝒏𝒖𝒔

    04/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด