logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Patah Semangat

Dear Diary:
Selama umur 18 tahun. Gue gak pernah tuh namanya dikasih pelukan oleh Ayah. Bahkan, gue begitu iri dengan orang-orang yang bisa dipeluk hangat oleh Ayahnya sendiri.
____________________
Reza menghentikan mobilnya di parkiran sekolah, ia membuka sabuk pengamannya diikuti dengan Septhian.
"Gue langsung cabut aja ya ke kelas, pulangnya tungguin gue ya," ujar Septhian.
"Santai, gue bakal tungguin lo." Septhian segera memeluk tubuh Reza dan menepuk punggung belakangnya.
"Oke gue cabut." Septhian membuka pintu mobilnya, tidak lupa untuk menutupnya kembali. Ia langsung pergi menuju kelasnya dan meninggalkan Reza sendirian di mobil.
Reza hanya bisa memandangi Septhian dari kejauhan. Ia segera membuka pintu mobilnya dan segera turun dari mobilnya. Ia pun pergi kearah kelasnya, tidak lupa mengunci pintu mobilnya agar tidak dicolong oranglain.
*****
"Kamu kenapa sih Mas? Septhian salah apa sama kamu, sampai kamu melarang Septhian untuk masuk kedalam rumah ini!?" bentak Celia dengan kesal. Karena Septhian saat malam tidak diberi izin masuk oleh suaminya.
"Anak seperti dia apa pantas menginjakkan kaki dirumah ini? GAK!!" geram Arga dengan kesal.
"Kamu yang tidak pantas disebut seorang AYAH!!"
PLAK!!
Arga menampar Celia begitu keras. Hingga Celia terjatuh karena tamparan dari suaminya.
"Apabila aku gagal jadi seorang Ayah, sekarang lebih baik kita cerai!!" Arga langsung pergi begitu saja. Celia hanya bisa menangis sendu karena perbuatan suaminya begitu kejam.
*****
"Selamat pagi Septhian." sapa Yunita dengan ramah. Septhian mendudukkan dirinya dikursi nya. Ia menatap kearah Yunita dan tersenyum kearahnya.
"Pagi juga," sapa balik Septhian.
"Malem kita nonton bioskop yuk." ajak Yunita. Septhian menggelengkan kepalanya.
"Gak, males gue." tolaknya.
"Ayoklah kita nonton," pinta Yunita sambil memegang tangan Septhian, seolah-olah ia memohon agar Septhian ingin nonton bersamanya.
"Gak!!" geram Septhian dengan kesal. Ia menepis kasar tangan Yunita. Septhian pun berdiri dan pergi begitu aja dari kelas. Yunita hanya bisa menatap kepergiannya.
"Bro..." panggil Jack. Septhian membalikkan badannya keorang yang memanggil dirinya.
"Apa?"
"Mau kemana lo?" tanya Jack.
"Cabut, males gue dikelas." jawabnya.
"Cabut yuk, kita bolos." ajak Jack. Memang Septhian selalu diajak bolos oleh para gengnya. Tetapi, tidak semudah itu untuk mengajak Septhian untuk bolos.
"Gak, makasih." Septhian pun pergi dari hadapan Jack.
Septhian berjalan melewati beberapa koridor sekolah. Banyak sekali orang yang menatap dirinya, karena ketampanannya. Septhian pergi kearah perpustakaan.
Sesampai di perpustakaan, Septhian mencari sebuah buku yang ingin ia baca. Dirinya pun memilih sebuah novel yang begitu unik dan ia pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong didalam perpustakaan. Ia pun mendudukkan dirinya di kursi tersebut.
Septhian membuka novel yang ia pilih. Dirinya kali ini hanya ingin jauh dari teman-temannya.
Ada sebuah note yang begitu menyentuh hati untuk seorang broken home. Tanpa disadari air mata Septhian menetes saat membaca note yang ada di novel tersebut.
Novel tersebut sudah dibasahi oleh air mata Septhian. Karena ia merindukan keluarganya yang dulu dibanding yang sekarang.
"Bu, Yah... Anak laki-laki mu sudah tumbuh dewasa, bukan anak kecil lagi. Dia sekarang sudah bisa menentukan mana masa depan yang terbaik untuk dirinya." gumam Septhian diiringi dengan isakan tangannya.
"Lo kuat!! Tujuan Ayah lo sebenernya baik untuk menentukan masa depan lo. Tetapi, dia gak sadar kalo tuntutannya begitu mengekang anaknya sendiri," ujar Reza yang baru datang.
"Tapi gue capek ditentukan terus masa depan gue sama dia Za, gue capek." desak Septhian. Reza pun segera memberi pelukan untuk Septhian. Dan berakhir Septhian nangis di pelukan hangat Reza.
*****
Jack pergi kearah warung. Karena warung dekat sekolah itu, tempat yang suka ditempati untuk nongkrong. Disana lah ada Brahma dan juga Jason sedang nongkrong di warung tersebut.
"Eh, lo tau gak Septhian akhir-akhir ini aneh banget," ujar Jack.
"Masa sih? Perasaan kemaren biasa aja deh," sahut Brahma. Sambil memakan baso goreng yang ia pesan.
"Gue tadi manggil dia, pas dia baru keluar dari kelasnya. Terus, dia kayak males banget diajak bolos gitu." ucap Jack. Jason yang sedang minum pun tersedak sesudah mendengar ucapan Jack.
"Lo bego atau gimana sih!? Septhian kan punya impian pengen dapet biasiswa. Ya pantes lah bego dia nolak juga. Otak lo dimana sih?" celetuk Jason. Ia pun melanjutkan minumnya kembali.
"Tau tuh, gak waras dia mah," ketus Brahma. Jack hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari teman-temannya dan menundukkan kepalanya.
"Jangan pundung dong, masa digituin aja pundung." ucap Jason. Jack merasakan sakit hati ketika diucap seperti itu. Karena ia mempunyai hati sensitif. Setiap ada orang yang bilang toxic selalu ia masukkan ke hatinya.
Jack segera berdiri dan pergi begitu saja dari warung. Jaraknya memang tidak jauh dari depan sekolah.
"Cih, gitu doang ngambek," cibir Jason.
Kring... Kring...
Bel masuk berbunyi. Semua siswa seperti biasanya mulai berhamburan untuk masuk kedalam kelasnya masing-masing. Karena pelajaran pertama akan segera dimulai.
Septhian dan Reza sedang berjalan melewati koridor untuk menuju kelasnya.
"Novel ini paling gue suka, bakal gue bawa kemana pun gue berada." ucap Septhian sambil mengangkat novel yang ia pinjam dari perpustakaan. Novel yang ia pinjam, yaitu, novel yang barusan ia baca.
"Awas lo nangis lagi," sosor Reza. Septhian memukul pindak Reza dengan pelan.
"Gak bakal lah, kalo nangis paling kata-kata nyentuh kehati gue."
Reza hanya bisa tersenyum dan meletakkan tangannya di rambut Septhian. Tidak lupa untuk mengacak-acak rambutnya.
Septhian menurunkan tangan Reza yang ada di kepalanya. Ia pun segera menggandeng tangannya hingga menuju kearah kelas.
Kelas Septhian berada dikelas MIPA XI 4. Sedangkan untuk Reza di kelas MIPA XI 5.
Septhian tidak begitu menyangka. Bahwa sahabatan dengan Reza masih begitu awet hingga saat ini. Mereka berdua mulai bersahabat saat berumur 6 tahun. Dimana saat itu Reza baru pindah dari Bandar Lampung ke Jakarta.
Mereka berdua melepaskan gandengan tangannya, saat sudah didepan kelas Septhian.
"Gue masuk dulu ya," pamit Septhian. Reza mengangguk.
"Belajar lo yang bener." peringat Reza. Septhian mengacungkan jari jempolnya. Dan ia pun segera masuk kedalam kelasnya.
Reza pun hanya bisa melihat Septhian dari luar. Dan ia pun segera pergi menuju kelasnya.
Septhian duduk dikursi miliknya. Ia menyimpan novelnya kedalam tas nya. Dan ia pun membuka handphonenya untuk melihat siapa saja yang mengirim pesan padanya.
Ting...
Ada satu notifikasi dari handphone nya. Ia merasa penasaran siapa yang mengirimkan pesan padanya. Septhian segera membaca pesan tersebut.
AYAH GILA:
Kamu jangan pulang kerumah ini lagi, apabila kamu tidak mematuhi peraturan yang ada dirumah ini!!
Septhian merasa kesal dengan pesan yang Ayahnya kirim. Dengan cepat ia menjawab pesannya.
SAYA:
GAK WARAS!!
Septhian segera mematikan handphonenya dibanding membaca pesan yang memuat hatinya begitu sakit. Ia memilih membaca novel dibanding harus berurusan dengan Ayahnya yang tidak waras.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (83)

  • avatar
    AzkiaFebi

    bagus

    30/05

      0
  • avatar

    KERENN BANGETTTT

    26/05

      0
  • avatar
    Puspita SariAnita

    𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒈𝒆𝒏𝒖𝒔

    04/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด