logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

27. Terungkap

Selamat membaca!!
***
Malam itu Anggasta masih duduk didekat kolam renang rumahnya. Tangannya masih memegang selembar kertas berisikan surat ancaman yang ditunjukkan pada Renata.
Sekali lagi dia membaca isi pesan itu. Apa mungkin orang yang mengirim ini tau tentang penyakit Renata? Apa motif sebenarnya dia melakukan ini.
Anggasta sungguh ingin tau kenapa Renata bisa menjadi seperti ini. Hal apa yang menyebabkan gadis itu memiliki trauma hebat.
Dia kembali teringat dengan malam dimana dia berpapasan dengan gadis itu, tapi Renata seakan mengenal dan tidak mengenali dirinya.
Tatapannya sangat berbeda dengan apa yang sering dia tunjukan. Semakin lama kenapa semakin rumit untuk diketahui, banyak hal yang dia sembunyikan.
Anggasta paham kenapa Renata melakukan itu, Anggasta juga sadar diri jika dirinya bukan siapa-siapa untuk Renata. Tapi Anggasta sungguh ingin membantu gadis itu untuk keluar dari rasa tarumanya, dia ingin melihat Renata bahagia.
Di tengah lamunannya, Anggasta tidak menyadari jika Sopia sudah duduk disampingnya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Sopia pelan.
Anggasta menoleh dan langsung melipat kembali kertas yang dipegang.
"Tidak ada, aku hanya sedang menikmati angin yang berhembus." ucap Anggasta.
Sopia menatap putranya itu, sebagai seorang ibu dia sungguh tau apa yang dirasakan Anggasta. Selama ini Anggasta selalu bersikap baik-baik saja didepannya.
"Ibu tau ada yang menganggu pikiranmu, ceritakan pada ibu tentang hal itu." ucap Sopia.
Anggasta terdiam, apa dia harus memberitahu ibunya mengenai surat ini, tapi dia ingin mencaritahunya sendiri sebelum memberi tahu pada ibunya, meskipun dia tau bahwa Ibunya adalah dokter Renata tapi untuk hal ini dia tidak ingin bercerita.
"Apa ini tentang Renata?" Tanya Sopia lagi.
Anggasta menatap ibunya, "sebenarnya aku berbohong mengenai satu hal pada ibu, malam itu saat ibu menyuruhku pergi ke rumah Renata, aku pergi kesana. Tapi saat itu kondisi Renata sangat buruk, dia bertengkar hebat dengan orangtuanya, dan aku tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Aku mendengar semua penderitaannya selama ini, tapi aku benar-benar tidak menyangka Renata akan sehebat itu mengamuk. Aku seperti tidak mengenalnya ibu." Anggasta bercerita sambil menatap lekat ibunya.
"Tapi aku berusaha untuk tidak terpengaruh untuk itu, aku mencoba untuk membuatnya tenang. Sebenarnya apa yang terjadi saat itu hingga membuat Renata mengalami trauma berat?" tanya Anggasta pada Sopia.
Sopia masih menatap Anggasta lembut, sejujurnya dia sudah tau jika Anggasta akan pergi kerumah Renata saat itu, tapi saat pulang Anggasta berbicara jika dia tidak pergi kerumah Renata.
Sopia mengetahui hal itu dari orangtua Renata, meskipun Sopia heran kenapa Anggasta berbohong tapi Sopia tidak ingin banyak bicara dia hanya menunggu sampai Anggasta berbicara sendiri.
"Ibu...," panggil Anggasta.
Sopia kembali menoleh, "sejujurnya ibu tidak pernah membocorkan hal apapun mengenai pasien ibu, tapi ini pertamakalinya ibu melihatmu sampai seperti itu pada Renata. Ibu juga sudah tau jika kamu pergi kesana."
Anggasta terlihat kaget dengan ucapan Sopia, ternyata ibunya sudah tau jika dia berbohong.
"Maaf."
Sopia hanya tersenyum lembut saat Anggasta memintamaaf.
"Mengenai Renata, gadis itu dulu pernah diculik oleh Pamannya sendiri. Dia disekap selama satu minggu disebuah gudang kosong, saat itu dia masih berumur 7 tahun, tapi perlakuan yang dia dapat dari pamannnya sangat kejam. Dia disiksa dan tidak diberi makan apapun, dia mengamali gangguan sikis yang bergitu hebat. Setelah satu bulan dia diselamatkan kondisi Renata tidak kunjung pulih hingga timbul gangguan syndrome yang sekarang dinamai DID."
"DID?" Anggasta tidak mengerti mengenai hal itu.
"Gangguan kepribadian ganda yang kini lebih sering dikenal dissociative identity disorder (DID). Syndrome ini muncul saat Renata mengalami trauma, saat ini dia memiliki tiga kepribadian didalam tubuhnya. Dia bisa berubah kapan saja saat ada hal yang memicu rasa trauma itu kembali." jelas Sopia.
Anggasta masih belum paham tentang itu, Renata memiliki 3 kepribadian, terus bagaimana cara membedakannya, dia ada dalam satu tubuh yang sama.
Sopia jelas tau jika putranya ini masih sangat bingung, tentu saja karena hal tidak banyak yang tau mengenai hal ini.
"Ibu hanya bisa memberitahumu sampai situ, ibu tau jika saat ini kamu masih belum mengerti tapi ibu yakin semakin lama kamu dekat dengan Renata, kamu akan semakin mengerti tentang hal itu."
Anggasta masih diam berusaha memahami situasi, dia benar-benar tidak mengerti tentang ini. Tiba-tiba saja dia teringat dengan kejadian waktu itu saat dia menghadiri seminar.
"Ibu..., apa mungkin kejadian waktu itu saat aku dan dia berada ditempat seminar, kepribadian itu muncul?" tanya Anggasta bingung.
Sopia menggeleng pelan, "itu bukan kepribadiannya yang mucul tapi itu akibat perilakunya sendiri."
Anggasta semakin menyerit tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Dia menggores lengannya karena ulahnya sendiri, dia tidak sadar tentang hal yang dia lakukan sehingga muncul pemikiran bahwa kepribadian itu yang muncul padahal tidak, saat kepribadian itu muncul otomatis tubuh aslina tidak akan mampu mengingat hal apapun yang dilakukan oleh kepribadian itu. Tapi saat itu Renata mengingat semuanya, jadi itu bukan kepribadiannya yang muncul."
Anggasta sedikit mengerti setelah ibunya menjelaskan semuanya, meskipun ada beberapa hal yang masib dia belum pahami tapi dia sudah sedikit paham.
"Ibu akan masuk kedalam, kamu jangan terlalu lama diluar tidak baik." Sopia berdiri dan pergi dari tempat itu.
Jadi malam itu dia bukan Renata, tapi kepribadiannya.
Anggasta menemukan dua jawaban sekaligus saat ibunya menjelaskan, pertama saat seminar kedua saat dia bertemu dengannya malam itu dan Renata bertingkah tidak mengenalnya.
~~~
Renata masih duduk dibangku miliknya dan fokus pada buku miliknya.
Tiba-tiba Baim duduk didepannya dan menatapnya, Renata tentu saja menyadari itu dia menoleh dan menatap Baim.
"Ada apa?" tanyanya dingin.
"Ini," Baim menyerahkan sebuah amplop biru yang masih tertempel rapih.
"Seseorang menyuruhku untuk memberikannya padamu, meskipun seluruh sekolah sudah tau mengenai hubunganmu dengan Anggasta tapi masih ada saja yang lancang mengirimmu surat cinta." ucap Baim terkekeh pelan.
Renata menerima surat itu, tiba-tiba saja menjadi takut.
"Kenapa wajahmu seperti itu, cepat buka aku ingin melihatnya juga." ucapnya.
Renata langsung berdiri dan pergi keluar dari kelas dengan tergesa. Baim yang melihat itu terlihat bingung. "Ada apa dengannya."
Renata masih berjalan cepat dikoridor dia tidak peduli dengan sapaan orang-orang, kali ini dia benar-benar takut. Takut jika surat yang saat ini dia pegang adalah sirat ancaman.
Kebetulan sekali saat itu Anggasta melihat Renata dia hendak menyapa tapi Renata terilhat buru-buru bahka tidak menatap dirinya.
"Wahh lihat pacarmu mengabaikanmu, melihat saja tidak." ejek Erik yang saat ini tengah berdiri disamping Anggasta.
Anggasta tidak mengubris ucapan Erik, dia masih menatap Renata yang semakjn jauh.
"Aku pergu dulu." Anggasta langsung berlari menyusul Renata, dia tau ada yang tidak beres dengan semuanya.
"Ehhh bukankah kita akan rapat." teriak Erik.
Renata terus berjalan menuju atap sekolah, keringat dingin mulai terlihat jelas dipelipisnya, dia benar-benar takut.
Renata langsung duduk dikursi, dia menatap amplop itu sebelum dia membukanya.
Dia mengambil nafas pelan dan langsung membukanya, dugannya benar ini adalah kertas yang sama seperti waktu itu.
Selamat pagi,
Apa kabarmu baik? Beberapa hari ini aku tidak mengirimmu pesan, tapi karena hari ini sangat spesial aku mengirimnya untukmu.
Apa kamu ingat ini hari apa? Bukan kah hari ini tepat dimana kamu diculik 12 tahun lalu? Aku sangat menantikan hari ini. Tunggu dan nikmati, kejutan akan segera aku berikan padamu.
Dari Penggemar setiamu.
Tangannya bergetar hebat saat membaca isi surat tersebut, dia mengetahui semuanya, dia bahkan tau hari ini adalah hari dimana dia diculik.
Tanpa sadar butiran air mata mulai turun membasahi pipinya, dia benar-benar takut. Apa hari ini akan terulang lagi? Kejadian 12 tahun masih menghantuinya, apa mungkin hari ini juga akan menjadi hari tak terlupakan untuknnya.
Renata menangis sangat kencanh, dia tidak peduli jika ada orang yang mendengarnya. Rasa kesal, takut, marah bercampur menjadi satu.
"Tuhan, apa tidak ada cara lain untuk aku hidup bahagia? Kenapa aku selalu seperti ini. Apa aku adalah kesalahan?"
Dia meremas kerta tersebut, hidupnya sudah benar-benar hancur.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด