logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 11 Rasa bersalah Thoriq

Thoriq mengetuk-ngetukan jari tengah pada meja belajarnya. Rasa bersalah masih menghantuinya sampai sekarang. Kematian Beno yang dibilang cukup tragis masih terbayang dalam ingatan saat Thoriq melihat jenazah Beno yang bersimbah darah. Kata teman satu kelasnya, Beno mati karena bunuh diri. Thoriq semakin yakin kalau Beno bunuh diri karena sakit hati atas kelakuan dia dan Sari, yang selingkuh di belakang Beno.
Jujur, Thoriq tidak bermaksud menyakiti perasaan Beno. Semua itu di luar dugaan. Semua seolah terjadi begitu cepat. Semua berawal saat Beno dan Sari main ke kelasnya, dan Beno memperkenalkan pacarnya padanya. Awalnya semua tampak seperti biasa, mereka makan berempat bersama-sama. Ada dia, Beno, Sari dan Sarwan. Lama kelamaan ada sesuatu yang aneh terjadi pada diri Thoriq, setiap melihat Sari jantungnya berdegup begitu kencang.
Semenjak saat itu, Thoriq diam-diam sering menemui Sari tanpa pengetahuan Beno. Lambat cerita, Thoriq mengungkapkan perasaannya pada Sari, tak disangka Sari juga menyukai Thoriq, tapi ada kendala dalam cinta dua sejoli yang sedang jatuh cinta itu. Ya, Beno. Bagaimana pun, Sari tidak bisa memutuskan Beno begitu saja, karena selama ini Beno sering membelikan barang-barang mahal. Akhirnya, Thoriq mengalah dan mengajak Sari menutupi hubungannya agar tidak ketahuan Beno.
Singkat cerita, saat Thoriq dan Sari makan di sebuah kafe, mereka tidak sengaja melihat Beno di sana, dan Beno melihat keduanya bermesraan. Cowok itu langsung menghampiri keduanya. Terlihat saat itu Beno sangat marah besar.
" Dasar kalian nggak tahu diri! " seru Beno saat itu. " Tega kalian nyakitin perasaan gue!"
" Gue nggak ada maksud, Ben," jawab Thoriq sedikit merasa bersalah.
" Apa lo bilang? Nggak ada maksud? " Beno mendekatkan diri pada Thriq lalu mencengkram kerah bajunya. " Cukup tahu aja gue sama kalian! "
Sebelum Beno benar-benar pergi, dia mengalihkan pandangan ke Sari. " Mulai sekarang, kita putus! "
Waktu itu Sari tidak bisa mengatakan apa-apa. Gadis berparas cantik itu hanya terdiam Dia juga merasa bersalah, dan tak enak hati pada Beno. Beno yang selama ini memenuhi kebutuhan hidupnya saat di kos.
" Ini gimana, Riq? " tanya Sari merasa cemas.
" Ya udah kalau Beno tahu semuanya. Itu bagus, kan? Sekarang nggak ada penghambat di antara kita, Sari." Thoriq memegang bahu Sari lalu memeluknya.
" Gue takut dia suruh balikin uang yang pernah dia kasih ke gue, Riq, " jawab Sari, masih saja cemas.
" Nggak, kok. Gue kenal gimana Beno." Thoriq melepaskan pelukkannya pada tubuh Sari. " Lo tenang aja ... " Thoriq membelai rambut Sari pelan.
Sari mengangguk.
Puncaknya saat itu, saat Beno menarik paksa tangan Sari menuju ruangan dekat kantin. Beno mengucapkan kata-kata kasar pada Sari, karena gadis itu juga sebal Beno mengatainya dengan kasar, akhirnya terjadilah cekcok di antara mereka. Saat itu, Thoriq melihat perdebatan itu. Dia sangat betul ada seseorang yang turut melihat perdebatan sengit itu. Samar-samar Thoriq masih mengingat wajah lelaki itu, yang langsung pergi begitu saja. Mungkin baginya, melihat perdebatan seseorang bukanlah hal yang baik.
Entah setelah itu, apa yang terjadi, malam itu Beno ditemukan tewas mengenaskan. Saat Beno dimakamkan, dia dan Sari memutuskan untuk tidak layat, mereka takut ada Sarwan di sana. Pasti Beno sudah menceritakan apa yang sudah terjadi di antara mereka bertiga.
***
Thoriq merasa gundah atas kejadian ini. Entah dia harus berbuat apa. Cowok itu menghela napas panjang lalu mengembuskan perlahan. Dia kemudian memejamkan mata. Persahabatannya dengan Beno yang cukup lama sekarang sudah berakhir. Ditambah sekarang Beno sudah tidak ada di dunia ini. Semua ini memang salahnya, tak seharusnya dia merebut Sari dari Beno. Tapi tak bisa dipungkir, dia sangat mencintai Sar.
Semenjak Beno meninggal, hubungan Thoriq dan Sari malah semakin dekat. Ya, jujur, Sari juga merasa bersalah atas kematian Beno. Sari juga punya dugaan kuat kalau Beno bunuh diri karena sakit hati atas penghinatan mereka berdua.
" Gue harus ke makam Beno, dan minta maaf, " ucap Thoriq, lalu menuju makam Beno.
" Maafin gue, ya, Ben, gue memang bukan sahabat yang baik. Semua ini salah gue. Gue nggak ada maksud, Ben. " Air mata Thoriq pecah saat dia memegangi nisan Beno.
" Maafin gue, Ben!" serunya lagi.
" Ngapain lo di sini? " sebuah suara terdengar dari belakang, spontan Thoriq menoleh ke sumber suara.
" Sarwan? " Mata Thoriq terkejut melihat Sarwan yang sudah ada di belakangnya. Entah sudah berapa lama dia berdiri di situ.
" Kaget lihat gue? " Sarwan menatap Thoriq tidak suka. Hatinya terasa sakit saat teringat cerita Beno atas penghianatan Thoriq dan Sari.
" Wan, gue bisa jelasin. " Thoriq merangkah ke arah Sarwan dan memegang tangan Sarwan erat.
" Puas, kan, lo, lihat Beno udah nggak ada? " Sarwan menatap Thoriq penuh kebencian.
Sahabat mana yang tega melihat sahabatnya dihianati oleh sahabat dan pacarnya sendiri.
" Gue bisa jelasin, Wan! " Thoriq berdiri dan menangis di bahu Sarwan. Sarwan semakin marah, dia mendorong tubuh Thoriq sampai tersungkur ke tanah.
" Lo itu penghianat! Nggak ada yang perlu dijelasin! " seru Sarwan dengan dada naik turun. Melihat muka Thoriq membuatnya sangat jijik dan malas.
" Gue tahu gue salah, Wan, " jawab Thoriq sambil berdiri dan membersihkan bajunya yang kotor terkena tanah.
" Pergi! " usir Sarwan, lalu mendorong tubuh Thoriq keluar pemakaman.
Thoriq menyerah, dia berjalan kaki untuk pulang. Sebelum benar-benar dia melangkahkan kakinya, Sarwan sempat berkata, " Beno nggak bakal maafin lo! Camkan itu! "
Setelah Thoriq pergi, Sarwan kembali ke makam Beno untuk berziarah. Ya, setelah Beno meninggal, Sarwan hampir tiap hari mendoakan Beno supaya tenang di alam sana. Walaupun kematian Beno dikarenakan bunuh diri, tapi Sarwan yakin Beno bisa istirahat dengan tenang.
" Jangan gangguin teman-teman kita lagi, ya, Ben. " Sarwan menaruh bunga di atas makam Beno dan memegang nisan itu. " Gue sering denger dari teman-teman kalau lo suka nampakin diri ke mereka. Atau maksud lo, lo nampakin diri karena lo kangen sama mereka? "
Sarwan menggeleng pelan. Jujur, sampai sekarang Sarwan belum sepenuhnya percaya kalau Beno sudah meninggal. Tapi, kenyataan Beno memang sudah meninggal dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
Sarwan menadahkan tangan, mendoakan Beno. Setelah itu, Sarwan kembali memegang nisan Beno, dan berkata, " Gue balik dulu, ya, Ben, besok gue ke sini lagi."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด