logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Cowok Nyebelin

"Ih, apaan sih! Ngapain lu teriak-teriak kayak orang stres?!" cantas Naysila.
"Biarin, emang gue stres! Gue stres banget lihat elu ada di sini!" sengut Chika.
 
Kevin hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia menjambak sesaat rambutnya sendiri.
Sepertinya dua gadis ini akan kembali membuat keributan.
 
"Elu ngapain ke sini? Ini kelas 11 A, bukan 11 C?!"  tanya Chika.
"Ya suka-suka gue dong, Chik! Mau kemana aja, kaki-kaki gue ini!" cantas Naysila.
 
Nada bicara mereka cukup tinggi, sehingga memancing siswa-siswi lain datang kemari.
"Waduh, apa bakalan ada perang lagi?" tanya Bejo sambil mengupil.
 
Kevin sampai kaget mendengarnya. Dia menoleh kearah Bejo dengan tubuh merinding.
"Bro!" Bejo menepuk pundak Kevin. "Di pisahin dong!" pintanya.
 
"Ih, apaan sih! Bisa enggak kalau gak pakek pegang-pegang baju gue?!" ketus Kevin.
 
"Yaelah, timbang baju aja pelit amat sih, Bro!" ucap Bejo.
 
Kevin segera menjauh dari Bejo, sesaat memandang Bejo dengan ekspresi yang geli.
 
Pandangan Kevin kembali terarah kepada Naysila dan juga Chika.
Dua gadis itu masih saling beradu argumen, saling mencela dan saling membanggakan diri mereka masing-masing.
 
"Eh, Gendut! Elu bisa enggak jauh-jauh aja dari, Kevin! Kevin itu gak cocok sama elu!" cerca Naysila.
 
Tentu saja hal itu membuat Chika tak terima.
"Hah! Maksud lu apa?!"
"Ya, elu ngaca dong! Kevin itu ganteng, mirip pangeran berkuda putih, nah elu ... elu itu mirip Gajah Lampung?" cerca Naysila.
 
Chika semakin emosi dibuatnya dia meraih kerah baju Naysila.
"Terus menurut lu. Elu pantas gitu sama, Kevin?!" tanya Chika dengan nada mengancam.
"Of course! Pastinya dong! Bisa lu lihat, gue cantik, seksi, dan popular! Princess kayak gue itu cocok sama Prince macam Kevin!" jawab Naysila.
"Halu!" cerca Chika.
 
 
Naysila menepis tangan Chika, lalu dia mendorong tubuh Chika hingga terjatuh. Semua orang melihat kearahnya.
 
"Eh, kok jadi dorong-dorongan sih?!" teriak Bejo.
Dan tak lama Cindy juga datang menghampiri mereka.
 
"Oh my, God! Chika, kamu gak apa-apa?!" tanya Cindy seraya menolong Chika.
 
Naysila masih berdiri seraya bertolak pinggang memandangi Chika.
Semua orang menatapnya, sepertinya mereka tidak suka dengan perlakuan Naysila terhadap Chika.
Dia lupa jika kelas ini adalah 11 A, tempat di mana Chika bernaung, tentu saja seluruh teman Chika tidak suka melihat kehadirannya dan perlakuan buruknya terhadap Chika.
Wajah gadis cantik itu mulai gugup, dia takut jika mereka yang saat ini tengah memandanginya akan berbalik menyerangnya.
 
"Lala, ayo kita pergi sekarang," bisik Naysila.
"Kenapa?" tanya Lala.
"Udah, buruan!" ajak Naysila sambil berlari dan menarik tangan sahabatnya.
 
 
"HUUU!" teriak seisi kelas menyoraki Naysila.
 
"Tadi, mah kita rekam aja, adegan pas Naysila dorong Chika! Terus kita upload di medsos, biar para Folower Naysila pada kabur!" usul Bejo.
"Iya, benar! Mentang-mentang terkenal di sosmed jadi sombong banget, memperlakukan orang seenak jidat!" tegas Jono dengan ekspresi menggebu-gebu.
 
"Thanks, Jono," tukas Cindy dengan lirih. Jono tampak tersipu karena melihat Cindy.
Ini kali pertamanya Cindy berkata 'terima kasih' kepadanya.
Cindy tersenyum sesaat menatap Jono, lalu dia kembali melihat Chika.
"Chika, ada yang luka enggak?"  tanya Cindy.
Chika menggelengkan kepalanya.
"Gak ada, kok,"
"Ah, si Naysila, itu memang benar-benar, Nenek Lampir, jahat banget! Coba kalau dia gak langsung kabur, pasti udah Cindy hajar!"
"Udah! Udah, Cindy ... Chika gak apa-apa kok,"
 
 
 
TRING ...!
 
Terdengar bel masuk, lalu seluruh siswa mulai duduk di bangku masing-masing.
 
Bu Maya mulai memasuki kelas, lalu menyapa para murid-muridnya, kemudian melanjutkan pelajaran hari ini.
"Baik, Anak-anak, tolong buka bab 49!" ucapnya.
 
 
Seluruh murid menuruti arahannya, termasuk Chika.
Dia terlihat fokus memperhatikan materi yang diberikan oleh Bu Maya hari ini.
 
Kevin memandang ke arah Chika, entah mengapa hari ini Chika agak pendiam. Padahal, biasanya dia sudah mencari perhatian kepadanya.
Terasa aneh memang, Kevin tampak penasaran.
 
"Ssst...."
Chika menoleh, "Kevin, panggil Chika?"
"Bukan! Gue panggil, Unta!" ketus Kevin.
"Kenapa?" tanya Chika.
"Tadi kenapa gak lanjut, jambak-jambakan lagi?" tanya Kevin.
"Kenapa, Kevin tanya begitu?"
"Ya, enggak! Karena agak aneh aja, biasanya cewek stres macam elu, 'kan suka buang-buang energi buat hal yang gak penting," sindir Kevin.
"Chika bukannya gak mau melawan, Naysila! Tapi keadaan yang membuat Chika gak bisa,"
"What? Keadaan yang bagaimana?"
 
"...." Chika terdiam sesaat. 'Masa iya, Chika harus bilang sama Kevin, kalau Chika gak mau berantem sama Naysila karena lagi lemas efek diet?' batin Chika.
 
"Ih, malah ngelamun! Dasar, Orang Stres!" cerca Kevin.
 
"Kevin, Chika! Kalian bisa diam, 'kan?" sindir Bu Maya.
"Iya, Bu, maaf," sahut Chika.
 
Mereka menunduk dan kembali melihat buku masing-masing.
 
 
Hari ini Chika sengaja terdiam dan tidak terlalu banyak bicara.
Selain tubuhnya yang lemas karena pagi ini dengan sengaja tidak sarapan. Chika juga tidak mau membuat Kevin menjadi kesal kepadanya.
 
 
 
***
Setelah bel pulang sekolah mulai terdengar, Chika merapikan buku-bukunya. Lalu dia beranjak dari kursi.
Namun Kevin mendahuluinya. Dan tampak di kolong meja Kevin banyak sekali permen coklat dan kue-kue di dalamnya.
 
Semua makanan itu berasal dari para fans Kevin yang terabaikan.
 
Kevin sudah beranjak pergi, dan Chika mulai menghentikan langkahnya.
 
'Ya ampun, Chika! Kamu itu terlalu berkhayal tinggi, Kevin itu orang popular yang memiliki banyak fans, dan mereka yang menyukai Kevin itu adalah orang-orang yang keren dan popular juga. Tetapi Kevin menolak mereka secara terang-terangan, lalu bagaimana dengan kamu, Chik? Seorang yang mirip, Buntelan Lemak dan tak tahu diri dan telah mencintai seorang, Pangeran?' bicara Chika di dalam hati.
 
Chika hendak meraih makanan itu untuk dirinya, karena kalau dibiarkan saja maka selamanya makanan itu akan membusuk di dalam laci meja itu.
Chika hendak mengambilnya. Karena memang itu adalah makanan-makanan favoritnya, tapi sayang saat ini dia sedang mati-matian menurunkan  berat badannya.
 
 
"Ambil saja, gak perlu ragu-ragu!"
"Kevin?" Chika tampak kaget.
 
"Gue gak suka makan sampah begitu! Karna gue bukan tong sampah! Kalau elu mau, ambil aja!" ketus Kevin.
 
Chika tampak kesal mendengarnya.
Kenapa Kevin begitu sombong?
Dia memang sangat tampan tapi setidaknya dia juga harus menghargai pemberian orang. Bukan menganggap makanan-makanan itu adalah sampah, toh masih banyak orang-orang yang membutuhkan di luaran sana.
 
 
 
Sreak!
 
Chika membuka resleting tasnya lalu memasukkan seluruh makanan itu.
Kevin tersenyum tipis dengan wajah menghina, lalu dia mengambil jam tangan dari kolong meja itu yang tadi sempat ketinggalan.
 
 
 
 
'Tuhan, Kevin itu orang yang nyebelin, tapi kenapa, Chika masih aja suka sama dia?' batin Chika.
 
 
 
 
 
Bersambung....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (434)

  • avatar
    AntikaPipit

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    AlifahPutri

    saya suka

    18/08

      0
  • avatar
    Putri Mayang Sartika

    Ceritanya sangat bagus tentang percintaan para remaja yg membuat kita tuh jadi melayang- layang seakan berada didalam cerita ini.

    12/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด