logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part. 7

Satu bulan sudah berlalu. Aku sudah hampir mengenal semua tempat, nama tempat, dan nama barang juga kebiasaan-kebiasaan yang ada dilingkungan baruku ini. Rencananya dua hari lagi kami akan kembali mengantarkan nenek berobat dirumah sakit yang sama dengan yang dulu kami mengantarkannya. Bu Tri sudah memberitahuku sejak tadi pagi sebelum ia berangkat bekerja. Pak Jhony sudah dua hari ini nggak pulang kerumah kata Bu Tri bapak sedang ad kerjaan diluar Hong Kong.
Kemaren sore bu Tri memberikan gaji pertama ku. Masih dengan menggunakan amplop kuning. Berdebar rasanya menerima gaji pertama apa lagi bagiku ini jumlahnya sangatlah besar. Maklum sebelum bekerja aku belum pernah memegang uang sebanyak ini milik ku sendiri dan dari hasil jerih payah sendiri pula. Dan gaji pertamaku ini akan aku simpan di bank. Mungkin nanti kalau bu Tri ada waktu aku akan minta antar pergi ke bank. Karena untuk urusan bank di hong kong ini aku belum tahu sama sekali.
Malam hari, ketika seisi rumah kami sudah tidur bahkan aku sendiri juga sebenarnya sudah pulas. Tiba-tiba terdengar lentingan benda jatuh. Aku langsung bangun dan lari keluar kamarku, melihat apa yang terjadi. Tapi tidak ada apa-apa. Semua biasa saja. Lalu terdengar juga suara riuh seperti orang yang sedang bertengkar. Laki-laki dan perempuan. Mereka bertengkar dalam bahasa kantonis. Ya, suara itu berasal dari rumah apartemen sebelah kiri kami. Tapi aku sangat jarang melihat orang-orang penghuni rumah itu. Mungkin kalau siang mereka sibuk bekerja diluar. Tak lama setelah itu aku langsung masuk lagi kekamarku karena mataku yang masih berat dan sangat mengantuk aku berniat untuk melanjutkan tidurku. Tiba-tiba terdengar lagi teriakan histeris diikuti dengan tangisan beberapa orang ya beberapa orang karena suara tangisan itu tidak hanya satuorang melainkan lebih. Mungkin dua atau tiga orang atau mungkin juga lebih. Ah.. sudahlah itu biarkan saja itu urusan mereka. Aku berusaha menutup wajahdan telingaku dengan bantal supaya aku bisa tidur. Dan akhirnya aku benar-benar bisa tidur.
Pagi hari setelah aku selesai mengerjakan semuanya, seperti biasa aku berniat untuk membawa nenek Siti ketaman untuk sekedar menghirup udara terbuka. Aku terkejut saat aku membuka pintu ternyata ada banyak orang diluar.
"Yau mo men thai? (Ada masalah?)" Aku mencoba bertanya dengan seseorang yang berdiri didepan pintu rumah tetanggaku ini. Aku penasaran karena semalam aku mendengar sendiri keributan-keributan itu. Dan pagi ini tiba-tiba ada banyak orang yang berkumpul seperti ini. Sepertinya ini sesuatuya g serius telah terjadi.
"Jeng kong man yat ti. (Tolong bicara pelan sedikit)." Jawab seorang wanita yang tadi aku tanayai.
"Kim tai? (Mengapa?)." Tanyaku lagi. Kemudian wanita itu memberi tahuku bahwa semalam telah terjadi pembunuhan.
Konon seorang laki-laki yang merupakan kepala keluarga dirumah itu adalah seorang pemabuk dan penjudi. Dan semalam ia berusaha memperk**a asisten rumah tangga mereka. Dan saat ia akan melakukannya si asisten terbangun dari tidurnya dan melakukan perlawanan. Karena melawan akhirnya si laki-laki be*at itu terjatuh dan kepalanya terbentur di ujung meja dan tertimpa guci besar yang di pajang diatas meja tersebut hingga semalam itu juga ia langsung meninggal dalam keadaan bersimbah darah. Anak dan isterinya yang menyaksikan itu semua langsung bertetiak histeris. Memang selama ini anak dan isteri laki-laki itu tahu bagaimana kasarnya ia. Tapi entah karena alasan apa hingga mereka tidak mau melaporkannya kepolisi.
Aku memutuskan pagi ini untuk tidak membawa nenek pergi ke taman dahulu. Karena mendengar desas desus diluar bahwa si asisten adalah seorang wanita pekerja dari indonesia. Aku belum tahu siapa dia. Karena hingga sekarang aku sudah lebih dari satu bulan bekerja disini belum pernah sekalipun aku bertemu dengan penghuni rumah apartemen sebelah kami ini. Baik itu si majikan, anak-anak mereka dan juga si asisten itu sendiri.
Hingga sore hari di luar rumah kami masih saja ada beberapa orang dan juga polisi. Mungkin mereka olah TKP. Aku memilih untuk diam saja dari pada memberi kesaksian, karena aku nggak mau terlibat dengan kasus yang sama sekali nggak ada sangkut pautnya denganku. Dan yang pasti aku nggak mau pekerjaanku terganggu.
"Assalamualaikum." Ternyata bu Tri sudah pulang dari kerjanya.
"Waalaikumsalan bu." Jawabku.
"Alena, apa kamu tahu mengapa diluar sana banyak sekali wartawan dan polisi?" Tanya bu Tri.
"Iya bu. Katanya sih tetangga kita itu semalam meninggal." Kataku pada bu Tri.
"Terus, dia ninggal kenapa. Kok banyak sekali wartawan dan polisi ya?". Tanya bu Tri lagi.
Aku menjelaskan sebatas apa yang aku ketahui. Berdasarkan informasi yang aku dapatkan tadi pagi dari orang-orang yang ada didepan pintu rumah kami. Yang ternyata mereka adalah wartawan dan polisi dan juga beberapa orang tetangga yang lainnya.
Malam harinya saat aku keluar untuk membuang sampah, aku bertemu dengan seorang pekerja indonesia. Dia bekerja di rumah apartemen yang berada tepat di depan rumah kami dia juga hendak turun untuk membelikan makan malam untuk anak majikannya. Namanya Rara. Dari cerita Rara aku tahu kalau asisten rumah tangga yang tak sengaja membunuh majikannya semalam adalah pekerja asal indonesia juga namanya Murniyati atau akrab disapa Yati. Dia memang pernah meminta bantuan kepada Rara supaya dibantu untuk kabur dari majikannya itu. Katanya lagi Yati memang sering disiksa. Dia sering kelaparan karena tidak di beri makan oleh majikannya. Tapi setelah ia bercerita dan minta tolong dengan Rara sejak pagi itu di bahkan tak pernah sekalipun lagi terlihat keluar rumah. Begitu kata Rara.
"Kenapa kamu nggak lapor ke polisi atau ke agen kamu Ra atau ke KEDUBES kita? Tanya ku pada Rara.
"Aku nggak berani Alena.. lagian aku sendiri belum pernah melihat secara langsung penyiksaan terhadap Yati." Terang Rara.
"Apa Yati tidak punya Handphone?" Tanyaku.
"Nah.. itu dia. Yati dari awal dilarang punya handphone oleh majikannya."
"Owh..terus dia libur sebulan berapa kali?"
"Kalau nggak salah ingat sih, kata Yati dia nggak dikasih hari Off."
"Wah ..kasian juga ya Ra Yati."
"Iya Len. Makanya kalau kita dapat majikan yang baik jangan disia-siain. Banyak contohnya yang nasibnya kurang beruntung seperti Yati. Bahkan ada yang diam-diam dibunuh oleh majikannya. Tau-tau menghilang. Agen, kedubes, dan teman-temannya nggak bisa menghubungi setelah di korek-korek informasinya ternyata sudah lama mati dibunuh majikan. Kan serem kalau."
"Iya ya, serem banget."
"Duh..pokoknya kita dinegeri orang ini kudu hati-hati betul. Jangan sampai celaka."
"Iya Ra."
" Oya aku beli makan untuk anak majikanku dulu ya." Rara pamit dan kami pun berpisah didepan apartemen.
"Iya hati-hati." Aku menengadahkan kepalaku. Kulihat langit begitu indah ada jutaan bintang disana. Bulan purnama juga bersinar dengan terangnya berbaur dengan cahaya lampu di kota Vivtoria ini. Tapiengingat cerita dari Rara tadi aku jadi merinding. Begitu ngerikah dan begitu berbahayakah pekerjaan kami di negeri orang ini. Hingga tak sedikit para pekerja seperti kami yang harus berhadapan dengan hukum dan bahkan kehilangan nyawa mereka tanpa sepengetahuan keluarga di kampung halaman.
Ah, sudahlah biarkan saja itu bukan urusanku. Sebagai sesama pekerja dari indonesia aku hanya berharap semoga Yati bisa melalui kasusnya dengan selamat hingga ia bisa kembali berkumpul dengan keluarganya diindonesia.
Bersambung..

หนังสือแสดงความคิดเห็น (211)

  • avatar
    WawaRose

    nice

    2d

      0
  • avatar
    HbdBosMeng

    good

    12d

      0
  • avatar
    Nafry

    baguss

    25/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด