logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part.6.

Setelah pengobatan di rumah sakit beberapa hari yang lalu nenek terlihat sangat sehat. Bahkan sekarang nenek sudah bisa bicara sedikit-sedikit. Setiap pagi dan sore aku membawa nenek keluar sekedar mencari udara segar di taman yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Dengan menggunakan kursi rodanya aku membawa nenek berkeliling taman tersebut.
Pak Jhony dan bu Tri setiap hari selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku masih berusaha menghafal nama tempat, nama barang, dan yang pasti berusaha dekat dengan semua anggota keluarga baru ku ini. Memang benar bagiku mereka adalah keluarga baru ku. Karena disini di Hong Kong ini yang mereka yang paling dekat denganku.
Sedangkan Nasya, ku dengar dari bu Tri kalau dia sebenarnya sedang menempuh kuliahnya di salah satu Universitas, tapi dia sangat jarang mau masuk kuliahnya. Sudah beberapa kali mendapat panggilan orang tua dari pihak kampusnya. Aku ingin sekali mengenal Nasya lebih dekat. Umur kami sepertinya tidak terlalu berjauhan. Mungkin lebih tua Nasya satu atau mungkin dua tahun saja dari umurku. Tapi aku belum tahu apa dia bisa berbicara dalam bahasa indonesia ataukah tidak. Soalnya aku belum pernah sekalipun bercengkrama dengannya.
Setelah selesai membawa nenek berkeliling di taman, aku membawa nenek pulang. Tiba di rumah aku memberi nenek Siti minum air putih. Lalu mengajaknya bercengkrama. Kata bu Tri nenek Siti harus sering diajak ngobrol untuk melatih gerakan lidahnya. Memang lidahnya masih sangat kaku dan bibir sebelah kirinyaasih sedikit jatuh dibanding bibir sebelah kanan.
"Hei..nenek..! Nasya pulang.." Tiba-tiba datang menyapa nenek siti dengan bahasa indonesia dan dengan nada ceria seolah sama sekali tidak terlihat kenakalannya seperti yang buTri pernah ceritakan padaku. Dan seperti yang aku pernah saksikan pada saat malam pertama kedatanganku dirumah ini beberapa hari yang lalu.
Nenek Siti hanya membalasnya dengan senyumannya dan dengan tatapan mata yang berbinar, seolah nampak sekali kalau nenek Siti bahagia dengan kedatangan cucunya itu.
"Hei.. kamu orang indo juga?" Ia bertanya padaku.
"Iya kak.." Jawabku.
"Jangan panggil kakak. Panggil saja Nasya." Pintanya.
"Owh..iya maaf."
"Namamu siapa?"
"Aku, Alena. Panjangnya Mikea Alena."
"Kamu senang nggak kerja dengan kami?"
"Alhamdulillah aku senang banget."
"Owh..syukurlah kalau begitu." Ia tersenyum padaku.
"Kamu urus nenek ku baik-baik ya."
"Iya. Pasti akan saya urus dengan baik. Saya anggap sepeeti nenek saya sendiri."
"Jangan mudah percaya dengan orang-orang yang belum kamu kenal. Ini di Hong Kong beda dengan diindonesia."
"Maksudnya?"
"Ya, kalau bisa disini kamu fokus aja dengan kerjaan kamu. Kalau kamu libur lebih baik nggak usah keluyuran kemana-mana. Mending hari liburmu kamu gunakan untuk kegiatan-kegiatan positif. Seperti kursus memasak, kursus salon,dan kursus bahasa atau apalah yang nanti kalau kamu pulang ke indo ilmunya bisa kamu manfaatkan disana. Disini banyak kok tenaga kerja indo yang pulang dengan sukses. Nggak cuma bawa uang tapi juga pulang dengan membawa segudang ilmu." Titahnya.
"Memang disini ada tempat-tempat kurusus seperti itu?" Aku bertanya pada Nasya.
"Iya ada banyak. Kalau kamu minat nanti aku kasih tau ke mama dan papa."
"Mahal nggak?"
"Udah masalah bayarannya nggak usah ku pikirkan. Itu tanggung jawab mama dan papa sebagai majikan kamu."
"Tapi, apa nggak nyusahin mereka?"
"Nggak. Pokoknya kamu tenang aja nanti aku yang ngomong dengan mama dan papa."
"Oya boleh tanya nggak?" Aku memberanikan diri bertanya dengan Nasya.
"Mau tanya apa, silahkan tanya aja."
"Mau tanya, kamu kok lancar banget ngomong bahasa indo? Padahalkan kalian nggak tinggal diindo?"
"Owh.. itu. Jadi sebenarnya aku, kakakku dan juga nenek baru sekitaran sepuluh tahun ini ikut mama dan papa tingal disini. Karena rumah kami di magelang kebakaran dan habis tanpa sisa."
"Owh.."
"Sampai sekarang aku masih sering komunikasi dengan teman-teman sekolahku dulu diindo. Malah bisa dibilang disini aku nggak punya banyak teman. Aku sebenarnya kurang cocok bergaul dengan orang-orang sini."
"Kenapa?"
"Entahlah, sampai sekarang aku ngerasa nggak cocok aja. Makanya dulu waktu sekolah aku sering bolos dan sampai sekarang aku kuliah juga sering bolos. Aku pengennya kami pindah dari indo ke Turki tempat asal papa. Disana aku banyak saudara-saudara sepupu. Disana juga aku mudah bergaul. Lingkungannya juga bisa terima kedatangku. Nggak kayak disini aku selalu seperti orang asing." Jelas Nasya.
Aku dan Nasya ngobrol panjang lebar di kamar nenek. Kurasa sekarang aku sudah cukup mengenal Nasya, anak gadis majikan ku ini. Dia gadis baik dan juga cerdas.
Sepertinya kesan awalku dengannya salah. Nasya yang saat ini bersama denganku dan nenek sangatlah berbeda dengan Nasya yang aku lihat saat malam itu dan juga saat pagi didapur. Dimana waktu itu dia sangat kasar. Dia membanting-banting semua barang yang ada didekatnya. Bahkan sampai sekarang luka di telapak tanganku karena kena tusukan beling pecahan gelas yang ia banting masih belum juga sembuh. Memang balutannya sudah aku buka tapi bekas lukanya masih terlihat.
"Hei.. tanganmu kenala Alena?" Tiba-tiba Nasya menanyakan sebab luka ditanganku.
"Emm.. nggak, ini nggak apa-apa." Aku mencoba menutupi tanganku.
"Jangan bohong Alena.. tanganmu itu luka kenapa?" Tanyanya lagi. Kemudian ia menarik paksa tanganku.
"Ayo sini aku kasih obat." Lanjutnya.
"Nggak usah Nasya. Ini cuma luka kecil saja kok."
"Walaupun luka kecil tapi harus diobati Len." Katanaya lagi. Lalu ia berlari ke ruang tengah kulihat ia membuka lemari yang ada di samping TV. Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak P3K. Owh.. ternyata kotak P3Knya ada disana. Batinku.
"Ini obatnya. Ayo sini aku kasih obat tanganmu." Nasya datang dengan membawa kotak P3Knya lalu menarik tanganku dan segera memberi lukaku betadin. Kemudian ia membalutnya lagi dengan kain kasa. Ternyata ia begitu perhatia.
"Lain kali kalau bekerja hati-hati ya Len."
"Iya Nasya."
"Emang sebenarnya kenapa tangan kamu ini?" Nasya kembali menanyakan lukaku. Aku bingung apa yang harus ku katakan.
"Sebenarnya tanganku luka kena. Kena beling, pecahan gelas didapur kemaren pagi." Akhirnya aku jujur saja tentang lukaku yang sebenarnya.
"Owh.. gelas yang pecah karena aku banting kemaren ya?" Tanya nasya seakan ada penyesalan di wajahnya.
Aku hanya membalasnya dengan satu anggukan saja.
"Owh.. maaf ya Len.. karena kekesalanku pada mama, akhirnya kamu yang luka. Sekali lagi maafin aku ya Alena."
"Iya Nas, udah aku maafin. Tangan ku nggak apa-apa. Cuma luka kecil saja kok. Paling nggak lama lagi juga sembuh." Aku meyakinkan Nasya. Supaya ia tidak terlalu merasa bersalah.
Sejak saat itu hubungan antara aku dan Nasya jadi semakin akrab. Setiap ia pulang kuliah ia selalu memanggilku kekamarnya hanya untuk curhat. Katanya sih di hong kong ini dia nggak punya teman akrab yang bisa ia ajak curhat. Aku bilang, aku siap kapan aja dengerin curhatannya. Bahkan kadang saat aku sedang menyuapi nenek makan Nasya datang dan bercerita tentang apa saja padaku. Kadang ia menceritakan cowo-cowo yang pengen dekat dengannya. Kadang ia menceritakan kejengkelannya dengan kedua orang tuanya. Kadang juga ia menceritakan kegiatan-kegiatannya dikampus dan diluar kampusnya.
Bersambung..

หนังสือแสดงความคิดเห็น (211)

  • avatar
    WawaRose

    nice

    2d

      0
  • avatar
    HbdBosMeng

    good

    12d

      0
  • avatar
    Nafry

    baguss

    25/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด