logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Rahasianya

Andi Saputra, aku belum puas berada di dekatmu karena semuanya terlalu sempurna sayang untuk diakhirinya. Namun, apalah daya jika perpisahan sudah di ujung mata.
Andai saja dulu aku mempunyai banyak kesempatan untuk lebih dekat dengannya pasti hidupku terasa sangat sempurna, tapi inilah takdir Tuhan. Aku mengenalnya di tengah hujan, dan setelah hari itu aku hanya bisa menatap, memperhatikannya dari kejauhan hingga waktu berbicara entah bagaimana alurnya aku bisa sedekat ini denganmu, Andi.
Melihat kesempurnaanmu tiap hari, mendengar senandung lembut dari mulut manismu membuat cintaku kini semakin menjalar melalui nadiku.
Jika boleh aku meminta. Tuhan tolong hentikan waktu saat ini juga agar aku bisa terus melihat betapa sempurnanya mahluk yang kini bersamaku di bawah langit biru.
"Jam sudah menunjukan pukul 06.55 lima menit lagi pembelajaran dimulai. Ayo kita turun, dan memasuki kelas!" ajakku, lalu Andi mengikuti langkahku.
Langkah demi langkah kita lalui secara bersama, berjalan hingga aku masuk ke dalam kelasku begitu pun dengan Andi.
"Dari mana aja kamu, Na?" tanya Cecep yang datang menyambutku.
"Dari rooftop dengan Andi," jawabku dengan senyuman lebar.
"Aku harap kalian beneran jodoh," ujar Cecep yang membuatku tersipu malu.
"Jangan membicarakan hal yang tidak akan mungkin terjadi!" decakku, sulit untuk menyetujui apa yang ia katakan.
"Jika Tuhan berkehendak kamu bisa apa?" ujar Cecep yang membuatku terdiam sejenak.
"Berarti Tuhan tidak adil dengan Andi yang akan menyandingkan manusia sempurna, seperti Andi dengan kerdil sepertiku ini," ujarku lalu aku tersenyum sebisa mungkin.
"Gue salut denganmu, Na. Tetap sabar, dan kuatlah," ujar Cecep yang membuatku selalu kuat. Hanya dia yang tahu betapa besarnya perasaanku ini kepada Andi. Aku masih terlalu takut jika semua orang tahu mereka akan membuat Andi malu, dan menertawakan diriku ini.
"Always, Cep," balasku masih tersenyum elegan.
Sesaat kemudian Pak Max memasuki kelas membuat ruangan yang tadinya ramai, seperti mall  menjadi sunyi sesaat.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Max guru tertampan di sekolah ini.
"Pagi, Pak,"  balas mereka dengan raut wajah kaum hawa bersinar melebihi sinar mentari di luar. Seluruh kaum hawa berbisik heboh, mengagumi ketampanan guru muda itu yang masih single, tapi tetap saja di mataku hanya Andi pria paling tampan sedunia.
"Pagi, Pak," seru kaum adam dengan rasa malasnya karena merasa tersaingi ketampanannya dengan Pak Max guru muda tampan berwibawa lebih lagi dia belum mempunyai istri. Kaum hawa mana yang tidak terpikat oleh pesona Pak Max?
"Hari ini kita akan mempelajari tentang Novel. Sebelumnya ada yang pernah baca Novel?" tanya pak Max kepada siswanya dalam kelas.
"Itu hobby saya, Pak," seru Putri.
"Tiap hari malah," sahut Laras dengan centil kepada pak Max.
"Apa ada yang pernah nulis novel?" tanya Pak Max yang membuat semua siswi bungkam.
"Riyana, Pak," ucap Cecep yang membuat seluruh pandangan menatapku.
"Nggak usah bawa namaku," bisikku kepada Cecep.
"Dikit, hehehe," ujar Cecep pengingisan.
"Kamu suka menulis, Na?" tanya pak Max membuat semua mata masih menatapku tajam.
"Hanya sekedar hobby Pak."
"Bagus Ana lanjutkan bakatmu, dan saya tunggu karya kamu terbit." Pak Max tersenyum ke arahku, dan aku pun membalasnya.
Waktu berlalu begitu cepat bel istirahat berbunyi dengan nyaring, dan munculah raut bahagia dari mereka semua.
"Ke kantin kuy," ajak putri.
"Ogah hemat duwit kalau lo tlaktir nggak bakal nolak," seru Cecep.
"Oke dah asal lo temenin gue. Ana kamu mau nitip sesuatu?" tanya Putri kepadaku. Biasa anak orang kaya hanya tlaktir di kantin saja mah kecil.
"Nggak perlu," jawabku singkat.
"Well, ayo kita pergi Cep!" Mereka berdua berjalan meninggalkanku sendiri di dalam kelas.
Aku teringat pemandangan di rooftop aku rasa di sana sunyi, dan pas dengan suasana hatiku untuk mencari inspirasi ceritaku. Bukan hanya cerita, namun untuk menemukan diksi yang indah untuk mengagumi Andi.
Aku berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Tak selang berapa saat kemudian tibalah di rooftop. Aku melihat taman yang biasa aku kunjungi setiap harinya. Tatapanku kosong menatap taman itu, dan karena ulah sang angin yang selalu mempermainkan rambutku, membuatku membalikan badan untuk merapikan rambutku.
"Kamu ke sini lagi," ucap dari suara yang selalu aku kenal terdengar nyaring dari hadapanku.
Aku langsung menatapnya meski  agak mengangkat wajahku untuk menyapanya. Aku tersenyum melihat matanya yang mulai sipit dengan tangan kanannya yang dimasukan ke dalam saku, dan tersenyum tipis untukku. Dia semakin terlihat sempurna dengan seragam putih abu yang ia kenakan.
"Mulai sekarang ini menjadi tempat favorit saya," ujarku menatapnya.
"Baiklah tempat ini menjadi milik kita berdua," ujarnya yang membuatku semakin jatuh cinta dengannya.
"Kamu ngapain datang ke sini lagi?" tanyaku lalu ia melangkah berdiri di sampingku, dan bersandar di batas pagar.
"Sebenarnya saya ingin mencari jawaban tentang pertanyaanmu tadi pagi. Setelah hari kelulusan apa yang harus saya lakukan," ujar Andi dengan tatapan kosong yang lurus ke depan.
"Saya tidak bisa membantu tapi seandainya fisik saya sempurna saya ingin mengikuti kamu kemana pun kamu pergi. Seandainya kamu ingin menjadi dokter maka saya akan menjadi perawat, seandainya kamu ingin menjadi pilot maka saya akan menjadi pramugari. Namun, kita lihat saja kenyataannya apa pun yang kamu inginkan saya akan selalu mendukung meski saya tidak bisa selalu di sampingmu," ujarku yang membuat Andi tersenyum menatapku, dan ia mengacak-acak rambutku dengan tangan kanannya.
"Kamu tidak memberi saya saran apa pun tapi saya suka kamu mempunyai cita-cita untuk selalu mengikuti saya." Andi masih tersenyum menatapku.
"Tapi saya ingin melihat kamu memakai jas putih, tersenyum lebar untuk saya. Entah kelak kamu akan menjadi dokter, atau pun proffesor," ucapku mengada-ngada sangat ingin melihat Andi berjas putih, dan dia akan semakin sempurna. Tapi, apa-apaan aku ini? Biarlah cita-cita Andi dia yang menentukan sendiri.
Andi terdiam sejenak, mulai tersenyum tipis, rambutnya yang diacak-acak oleh angin membuatnya semakin mempesona.
"Saya tunggu Novel kamu, dan saya akan menjadi orang pertama yang akan membacanya juga yang akan memberimu selamat." Aku mendengarkanya lalu aku tertawa.
"Kenapa tertawa?" tanya Andi.
"Terimakasih kamu satu-satunya orang yang selalu mendukung saya, dan memberikan saran terbaik untuk saya. Jangan lupa covernya saya tunggu." Andi tersenyum melirikku tanpa menghadapku.
"Kamu adalah wanita yang bisa saya ajak ngobrol panjang." Aku semakin tersenyum lebar mendengarkannya saat meluntarkan kalimat itu. Aku melihat dia terdiam mungkin memikirkan masa depannya, dan aku senang bisa leluasa memandangannya meski sekarang aku kesal dengan waktu yang menghentikan aku untuk memandangnya.
"Yakin hanya aku?" tanyaku untuk memastikan aku cukup berarti dalam hidupnya. Andi tersenyum melirikku, dan tersenyum.
"Kamu salah satu, dan yang pertama," jawab Andi dengan jujur. Aku pun tak apa dengan jawabannya. Dia berkata jujur denganku saja aku bahagia, dan malah semakin jatuh cinta.
"Terus yang kedua, ketiga, keempat siapa?"
"Rahasia kalau perempuan yang bisa saya ajak ngobrol panjang yaitu, kamu, Eva, dan Dhea. Tapi, kalau cowok Dhimas, dan Fauzan," jelas Andi.
"Oh."
"Kenapa? Cemburu?"
"Apaan sih. Kenapa nggak ngobrol panjang dengan Aida saja? Bukankah dia perempuan yang kamu suka?" tanyaku sengaja mengungkit perempuan itu. Aku tahu, dan sangat yakin Andi masih suka dengan dia, perempuan cantik amat sempurna.
Andi masih terdiam, dan perlahan senyuman indah di bibirnya pudar.
"One day, time will tell you," jawabnya yang lagi-lagi membuatku penasaran, dan hanya bisa diam.
Tuhan terimakasih telah menciptakan manusia sempurna, seperti Andi untuk menyempurnakan duniaku. Andi, andaikan kautahu jika semua novelku hanya menceritakan tentangmu, bukan yang lain, dan nama Andi sebagai tokoh dalam cerita fiksiku, itu beneran kamu Andi. Bukan hanya sekedar imajinasi.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (378)

  • avatar
    ManRahman

    Adbid djsbf sjsb

    5h

      0
  • avatar
    linom

    yatim

    7h

      0
  • avatar
    zulfadhliemuhammad

    jalan cerita yang samgat baik , tersusun mudah difahami dan sangat menyeronokkan

    8h

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด