Dengan susah payah Fani berhasil menyeret ibu mertuanya ke dalam kamar, dia baringkan ibu mertuanya ke atas tempat tidur, dan dia menggeledah seisi lemari mencari sesuatu, pikiran pertama yang dia cari adalah surat penting, setelah hampir dua puluh menit mencari akhirnya Fani menemukan setifikat rumah dan juga surat berharga lainnya, dengan cepat dia mengamankannya.
Baru saja dia ingin melangkah keluar kamar terdengar ponsel milik mertuanya itu berdering ada satu pesan masuk ke aplikasi hijau miliknya, karna penasaran dia pun membuka isi pesan itu, kebetulan ponsel Ibu Ina tidak di kunci.
[Ibu Ina, ini saya Candra mobil ibu yang waktu itu mengalami kecelakaan sudah selesai di perbaiki, kapan kiranya ibu akan mengambilnya ] begitu isi pesan dari orang yang bernama candra.
Dengan cepat Fani membalas pesan itu [ besok saya akan menyuruh orang saya kesana untuk mengambil mobil itu, tolong kamu jangan hubungi saya dulu ya, takut menantu saya curiga] balas Fani, yang berpura-pura menjadi ibu Ina.
[Oh, baik ibu, apa ibu jadi menikahkan anak orang yang ibu tabrak dengan Bima?] lanjut orang tersebut bertanya tentang perihal pernikahan dia.
Fani membalas lagi, dia sengaja ingin mencari info dari orang yang bernama candra sepertinya mereka memang sudah saling kenal.
[Jadi lah, kalau tidak saya pasti akan di penjara.. ] balas Fani, awalnya dia ingin menyudahi saling berkirim pesan dengan Candra itu, setelah tadi dia sempat menyadap ponsel ibu Ina, agar dia tidak ketinggalan satu informasi pun, tapi balasan Candra membuat Fani syok dan kaget, sepertinya dugaan Fani benar kalau ibu Ina dengan seseorang yang bernama Candra itu memang dekat.
[Kenapa ibu tidak sekap saja Fani itu, toh dia tidak punya siapa-siapa lagi disini kota ini dan menikahkan Bima dengan Sinta, kasihan adik saya Bu, semenjak mendengar pernikahannya dengan Bima batal di karenakan Bima harus menikahi Fani agar ibu tidak di penjara, Sinta sangat terpukul sekali,, ] isi pesan Candra ternyata memberi jawaban teka teki akan kejahatan Ibu Ina.
Kini Fani benar-benar sudah tahu semua, oke baik buk, jangan salahkan saya jika perlahan saya akan buat kalian menderita, batin Fani berusaha menahan amarah, sebelum dia meninggalkan kamar mertuanya itu, pesan tadi di hapus semua dari ponsel ibu Ina, dan besok bagaimana pun caranya Fani harus bisa keluar rumah dan pergi ke bengkel tersebut.
Setelah dari kamar ibu Ina, Fani kini masuk.keruang kerja Bima, yang dari awal mereka menikah Fani tidak di perbolehkan masuk tanpa seijin sang pemilik ruangan, tapi kini Fani dengan bebas memasuki ruangan tersebut, di atas meja ada sebuah foto Bima dengan seorang perempuan yang Fani yakini itu adalah Sinta, yang katanya tunangan Bima.
Ekor mata Fani tanpa sengaja melihat sebuah kotak besi, mungkin itu brangkas milik Bima, dia mendekat ke kotak tersebut, tapi kotak itu terkunci, dengan susah payah Fani mencari kode brangkas tersebut, setelah puluhan kali Fani mencoba tapi tidak berhasil juga, setelah dengan rasa putus asa Fani memasukan enam digit angka tanggal lahir Bima, dan brangkas itu pun berhasil terbuka juga.
Bergepok-gepok uang di dalamnya, ada surat-surat penting juga, tanpa pikir panjang Fani mengambil beberapa gepok uang Bima, dia pasti membutuhkan uang untuk melancarkan aksinya, ketika dia hendak menutup kembali brangkas tersebut, tiba-tiba ada sebuah dokumen jatuh di di bawah kakinya, lekas Fani mengambilnya, awalnya dia ingin membaca isi dokumen tersebut, tapi takut ibu Ina sadar, makan Fani menyimpannya saja dulu, dengan buru-buru dia meninggalkan ruangan kerja Bima dan masuk kekamarnya untuk menyimpan hasil ' rampokannya ' tersebut.
Setelah di rasa sudah aman semua Fani berpura-pura kembali bekerja seperti biasa agar sang mertua tidak curiga, tapi tidak seperti ketika di awasi Fani beres-beres sekedarnya saja, "kalau kalian ingin rumah ini selalu terlihat bersih sewa pembantu, saya kan disini mantu, yang sebentar lagi akan menjadi nyonya di rumah ini,, " gumam batin Fani sambil tangannya menyapu lantai.
🐳🐳🐳