logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 15 Berani Melawan.

Dengan santai Fani melangkahkan kaki mendekati mereka, di jalan tadi dia membeli sate ayam untuk penghuni rumah itu, tapi sepertinya kedatangannya di sambut dengan wajah tidak bersahabat, tapi Fani tetap tenang, ketika dia ingin melangkah masuk ke dalam tangannya di cekal oleh Bima dengan keras.
"Aaww... Sakit.. " Fani mengaduh.
"Ngapain saja kamu di rumah itu, sampai jam segini baru pulang, tidak mau beres-beres, membiarkan Ibu mengerjakan semuanya sendiri, " sorot mata Bima menampakan kalau dia sedang marah. Tapi sedikit pun tidak terpengaruh untuk Fani, hanya sekali sentakan saja cekalan Bima terlepas.
"Lepas, " sentaknya
"Bukannya aku sudah ijin ke kamu, tadi pagi. Akan pergi ke rumah orang tuaku karna ada kerjaan dan kamu cuma jawab terserah kan?! terus salah aku apa disini. masalah rumah? kenapa harus di ributkan, kalau Ibu tidak mau cape tinggal sewa pembantu apa susahnya, " ucap Fani pelan tapi telihat jelas ketegasan disana.
"Bukannya Mba Fani pembantu dirumah ini, kenapa harus buang-buang duit buat sewa pembantu lagi, " celetukan Mila sontak membuat Fani mendekat, satu detik kemudian dia baru menyadari sudah salah bicara.
"Kamu tadi bilang apa? Aku pembantu dirumah ini? Kamu ingat-ingat ya, Ibu kamu datang kerumah saya menghadap Paman saya untuk meminta saya menjadi istri dari kakak kamu Bima, bukan untuk dijadikan pembantu. tapi memang pada kenyataanya saya benar-benar di jadikan pembantu dirumah ini, pembantu gratis tanpa bayaran. " ucap Fani dengan lantang di depan mereka sedikit pun tidak ada ketakutan di matanya.
"Entah ada rencana apa, tiba-tiba kakak kamu itu mau menikah dengan saya, padahal jelas-jelas dia sudah memiliki tunangan, bahkan setelah menikah pun saya tidak pernah di perlakukan selayaknya seorang istri,
kalau memang benar saya disini hanya di jadikan pembantu, seharusnya selama delapan bulan saya disini harus di gajih, tapi kok ini tidak, apa alasan kalian melakukan semua ini ke saya? dari awal kita tidak saling kenal kan, tapi kenapa seenaknya saja kalian memperlakukan saya seperti ini? " setelah mengatakan semua itu , Fani langsung masuk kedalam tanpa menghiraukan mereka yang masih kaget, tidak menyangka sekarang Fani berani melawan.
"Kamu lihat kan Bima, Fani sekarang sudah berubah dia jadi lebih berani, bahkan dia tadi pagi bilang ingin kembali menyelidiki kasus tabrak lari orang tuanya," terlihat jelas nada ketakutan dari kata-kata Ibu Ina.
"Itu tidak mungkin Bu, Bima sudah suruh polisi untuk menutup kasus orang tua Fani. " Bima berusaha menenangkan Ibunya.
"Iya tapi kenyataannya sekarang Fani sudah berani memberontak. " kepanikan terlihat jelas di mata Ibu Ina.
Mereka pun akhirnya masuk kedalam rumah, aroma wangi bau sate tercium oleh mereka, gegas Mila berlari ke meja makan, dan benar di atas meja sudah tersaji sate ayam yang menggoda cacing di perut mereka, meminta untuk segera di isi.
Tanpa basa basi Mila langsung mengambil satu tusuk sate, tapi Fani yang melihat adik iparnya mengambil sate langsung mencegahnya dan mengambil kembali sate dari tangan Mila, jelas itu memancing kemarahan Mila.
"Kak Fani, apa-apaan sih. orang mau di makan satenya kok malah di ambil lagi, " murka Mila tidak terima.
"Memang saya beli sate ini untuk kamu? Tidak, saya beli sate ini untuk saya sendiri, kalau laper masak sendiri. " hardik Fani kepada Mila.
"Fani kamu apa-apaan sih, gak apa-apa lah Mila ikut makan satenya pelit banget jadi orang. Toh kamu beli sate itu juga uang dari Bima. " ucap Ibu Ina memarahi Fani.
"Apa Ibu bilang, saya beli sate ini uang dari Mas Bima? Memang kamu pernah kasih saya uang bulanan Mas, Bukannya selama delapan bulan saya menjadi istri kamu tidak pernah di kasih sepeserpun?! " tanya Fani ke Bima dengan pandangan tajam menusuk.
Bima yang merasa tidak pernah memberi apa-apa ke Fani hanya diam saja. Bahkan untuk mengelak atau membela diri sendiri pun rasanya lidah Bima kelu.
"Oh iya, sekedar memberitahu saja, besok malam Paman sama Bibi ingin berkunjung kesini, karna kebetulan Paman akan meninjau perusahaan Papah yang ada di jakarta. " nada suara Fani biasa saja, tapi baik Bima, dan Ibu Ina itu tidak biasa saja.
Mereka kira Fani belum pernah bertemu dengan pamannya dan mereka takut jika bertemu nanti Fani akan menceritakan semuanya, kenyataanya tanpa mereka ketahui Fani sudah mencertikan semuanya, bahkan Pamannya pun sudah berada di jakarta dari beberapa hari yang lalu.
"Kapan Paman kasih tahu kamu, kalau dia akan kerumah? " tanya Bima berusaha tenang
"Tadi, ini isi pesan Paman." Fani memberitahu sambil Menunjuk layar ponselnya, padahal jelas-jelas itu hanya tipuan semata.
🍢🍢🍢

หนังสือแสดงความคิดเห็น (746)

  • avatar
    Nur Afiya Syafikah

    good

    10/10

      0
  • avatar
    Soleman Dangga Limu

    Alur Ceritanya Luar biasa

    07/08/2023

      0
  • avatar
    Ayya

    okk

    03/07/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด