logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 5

Semenjak kasus pasein Arfand yang bernama Herni itu selesai dan dilindungi oleh pihak perlindungan wanita, Via dan Arfand semakin dekat dan sering makan siang dan malam bersama. Hingga Tikha dan Anita penasaran dengan hubungan mereka, dan ingin bertanya banyak hal. Hari itu pekerjaan Via tidak terlalu banyak, Via bisa santai diruangannya.
"Mbak Via?" Seru Tikha.
"Hemmh, ada apa Tikha?" Tanya Via.
"Mbak Via sama Pak Arfand sudah saling kenal lama ya?" Tikha memberanikan diri untuk bertanya saking penasarannya.
"Udah." Jawab Via singkat.
"Maksudku gini lho mbak. Mbak sama pak Arfand pacaran?" Tikha menyimpulkan. Via tersedak tiba-tiba. Matanya melotot.
"Enggak." Sanggah Via. "Aku dan Arfand itu cuma berteman."
"Pak Arfand lho, Vi. Kita memanggilnya bapak, tapi kau memanggilnya dengan nama. Itu seperti sesuatu yang menurut kami janggal. Jadi dari pada kami mendengar gosip dari yang lain, sebaiknya kami langsung bertanya padamu. Kalau kalian berteman, lalu kenapa seakrab itu? Seperti sudah kenal lama." Jelas Anita.
"Kalian kan tahu, beliau memintaku untuk menjadi psikolog pribadinya. Kurasa, alasan mengapa aku akrab dengan beliau karena itu." Jawab Via seadanya. Ia tak mau kisah persahabatannya menjadi viral di kalangan karyawan rumah sakit, baik dokter yang lain, perawat maupun psikolog.
"Iya, tapi beda." Balas Anita.
"Pak Arfand dan Via teman satu kampus di universitas di Paris, benar kan?" Kata Fandi. Via terkejut mendengar kalimat itu, dari mana dia tahu?
"Uhmmm." Via ragu menjawabnya, "Ya begitulah." Jawab Via akhirnya. Matanya menatap awas kepada Fandi.
"Aku tahu dari pak Arfand, waktu itu aku pernah bertanya." Balas Fandi, seolah menjawab pertanyaan Via yang ia lontarkan dalam hati.
"Jadi begitu. Pantas saja kau dan pak Arfand begitu dekat. Seperti orang pacaran." Ketus Anita. Via menelan ludah, bagaimana jadinya kalau ia jatuh cinta pada Arfand. Via tidak bisa membayangkannya.
***
"Bu Via...? Pasein bernama Sammy ada dilantai atas gedung rumah sakit." Seru Tania suster yang kebagian jaga hari itu di kamar pasein Arfand. Via sontak saja terkejut, tanpa berpikir panjang, Via lantas menaiki anak tangga untuk sampai di lantai atas gedung. Sementara Tania bergegas menuju ruangan Arfand.
"Dimana Via?" Tanya Arfand.
"Beliau langsung ke atas, pak." Jawab Tania. Arfand segera berlari untuk menyusul Via. Pasein itu pernah memiliki catatan kriminal, ia takut terjadi sesuatu kepada Via.
Via sampai diatas gedung. Mencoba untuk menghalangi niat Sammy.
"Sam turunlah. Aku mohon." Pinta Via.
"Jangan mendekat, atau aku akan loncat." Ancamnya. Via naik ke atas sejajar dengan Sammy. Ia ketakutan, tapi ia mencoba untuk tidak memerintah pada Sammy.
"Kau belum menyelesaikan ceritamu padaku, tentang ibumu." Kata Via. Sammy adalah lelaki berusia 21 tahun. Seorang remaja akhir yang terjerat kriminal lantaran korban dari kedua orangtuanya yang bercerai dan menelantarkannya. Kemarin ia bercerita bahwa ia sangat membenci ayahnya. Ayahnya selingkuh dengan wanita lain. Lantas sering kali mabuk dan membawa wanita-wanita lain ke rumah. Sammy yang salah pergaulan pun terjerat kriminal dan obat-obatan. Polisi menangkapnya dikarenakan ia hampir membunuh orang yang dia rampas dompetnya.
"Ibuku sudah mati." Teriaknya.
"Kau merindukannya? Aku tahu, aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu. Bukankah kau bilang, kau percaya padaku? Kalau kau percaya padaku, aku akan membantumu menemukan ibu kandungmu. Kita sama-sama mencari ibumu. Kita sama-sama membantu meringankan bebanmu. Kau bisa terbebas dari jeratnya obat-obatan itu. Aku janji, aku janji akan menolongmu." Jelas Via mencoba bersahabat dengan Sammy.
"Via, sedang apa kau disana? Cepat turun." Teriak Arfand yang sudah tiba diatas bersama dokter lain dan juga Tania.
"Aku tidak bisa. Aku stres kak. Aku bisa gila."
"Aku tahu, semua itu membuatmu merasa gila. Membuatmu merasa tertekan, stress dan bahkan membuatmu merasa ingin hilang dari bumi ini. Perasaanmu, sama seperti perasaanku ketika aku kehilangan orang yang aku cintai. Tapi percayalah, percaya padaku. Apapun yang ada dihatimu, perasaanmu. Jika kau mau berbagi denganku, perasaanmu akan membaik. Percayalah padaku." Via melihat kebawah, matanya berkunang-kunang, rasa pusing menyertai dirinya. Tapi Via perlu meyakinkan Sammy. "Aku sudah menganggapmu sebagai adikku, aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan membantumu keluar dari zona hitam itu, percayalah. Jika didunia ini tidak ada satu pun yang kau percaya, percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh terlalu dalam, terlebih lagi untuk membiarkanmu menghilang dari bumi ini. Sammy, kau percaya cinta? Jika ibumu tahu kau melakukan bunuh diri ini, betapa hancurnya hatinya. Dia mungkin sedang mencarimu, tapi sulit menemukanmu. Kenapa? Karena kau juga tidak mencarinya. Kau tahu jika dua orang yang sangat merindukan cinta, dan hanya satu orang yang mencarinya, itu akan sulit dilakukan. Tapi jika dua orang tersebut sama-sama saling mencari maka mereka akan cepat dipertemukan. Begitu pun kau dengan ibumu." Jelas Via, wajahnya sudah pucat.
"Bisakah aku percaya padamu, kak?" Tanya Sammy.
Via menganggukan kepala. "Percayalah. Sekarang turunlah." Sammy turun terlebih dahulu. Arfand merasa lega. Ia kagum kepada Via. Sementara Via sendiri kebingungan untuk turun. Ia merasa pusing, Via terpeleset, lantas ia terjuntai ke bawah.
"VIA..." Arfand berteriak. Spontan ia naik dan menangkap tangan Via.
"Bu Via...!!!" semua orang teriak menyebut nama Via. Begitu pun dengan Sammy yang terkejut. Arfand menarik tangan Via.
"Via, pegang erat tanganku." Kata Arfand. Via mengangguk.
"Aku takut."
"Tarik badanmu, aku akan membantumu."
"Arfand aku lemas." Dengan sekuat tenaga Arfand menarik tubuh Via. Begitu Via selamat, Via tersenyum lalu pingsan. Arfand terkejut.
"Via, bangun Via." Ujar Arfand panik. Kemudian Arfand membopong tubuh Via sambil berlari menuju ruangan kosong.
Tikha dan Anita terkejut melihat Arfand yang membawa Via dengan tergesa-gesa. Via pingsan? Tikha dan Anita berlari menyusul Arfand. Sesampainya diruangan, Arfand tidak membiarkan mereka masuk. Ia mencoba menangani Via dengan baik. Memberikan pertolongan pertama dan melakukan CPR. Tidak lama kemudian Via mengerjapkan bulu matanya. Matanya terbuka pelan-pelan.
Arfand bernafas lega. "Hey..." Lirih Via.
"Kau tahu, aku hampir gila." Tukas Arfand. Via menyentuh pipi Arfand, lelaki itu mencium tangan Via dan mengecup kening Via.
"Jangan lakukan hal gila lagi." Katanya. Via menganggukkan kepala.
"Dokter Via...?" Sammy memaksa masuk. "Dokter cantik tidak apa-apa?" Tanya Sammy. Via menggelengkan kepala. "Maafkan aku, dok. Aku janji aku akan menurut pada dokter dan juga pada dokter Arfand." Katanya.
"Sekarang, kau istirahat ke kamarmu." Balas Arfand.
"Tapi dokter Via?"
"Aku yang akan menjaganya."
"Baiklah. Dokter Arfand?" Kata Sammy. Arfand menoleh.
"Ya..?"
"Saat aku melihatmu, aku bermimpi bisa menjadi dokter sepertimu. Kelak, kalau aku telah menjadi dokter sepertimu. Aku juga ingin menemukan wanita yang seperti dokter Via." Ujarnya.
"Kalau kau ingin menjadi dokter. Kau harus belajar dan berhenti memakai obat-obatan terlarang. Aku jamin kau akan menjadi dokter yang hebat." Arfand memberk dukungan.
"Benarkah?" Tanya Sammy tak percaya.
"Kalau kau percaya pada dokter Via, kau juga harus percaya padaku." Jawab Arfand. Sammy mengangguk. Sammy menganggap Via dan Arfand adalah pasangan suami istri yang sempurna. Via dan Arfand tidak pernah mau mengecewakan asumsi paseinnya.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (179)

  • avatar
    AmeliarhCahaya

    bagusss

    13d

      0
  • avatar
    AgustiaSELPA

    tolongg jika membaca mendapatkan 500

    19d

      0
  • avatar
    Joni

    cerita nya bagus dan menarik

    21/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด