logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 1

Irshan memandangi dua anak kecil sedang berlari diantara lalu lalang pasar setempat. Ia tersenyum, mengingat betapa lucunya tingkah mereka, sama seperti belasan tahun yang lalu. Ketika ia dan gadis bernama Via itu bermain dijalan setapak pesawahan. Irshan berusia 13 tahun sementara Via berusia 12 tahun.
Anak-anak belia itu tak takut akan lumpur, tak takut badannya gatal-gatal karena padi yang menjulang tinggi kekuningan. Mereka bermain layang-layang dengan asyik. "Irshan, kita menang... Ayo kejar layangannya." teriak Via. Irshan dan Via mengejar layangan yang terputus.
"Jangan lari-lari, nanti jatuh." Emak mengingatkan. Tapi siapa yang mau dengar, Via dan Irshan justru lebih asyik bermain layang-layang, dibandingkan mendengarkan larangan emak. Via dan Kiki anak seusianya saling berebut layangan.
"Ini punyaku." Seru Via.
"Punyaku." Kiki mendorong Via hingga terjatuh. Via masuk ke lubang selokan, dan menangis. Emak yang dari tadi duduk di saung dekat sawah lansung berdiri. Irshan terpelongo, lalu mengulurkan tangannya. Irshan menggendong Via sampai ke saung.
"Kunaon?" Emak bertanya pake basa sunda yang khas.
"Disurungkeun ku si kiki." Jawab Irshan.
"Ceuk emak ge tong ulin wae. Cicing geura." Balas emak. "Pulang ke rumah, sana." Lanjut emak.
Via masih menangis, "Gendong." Seru Via.
"Irshan, gendong si Via. Awas jatuh ya," Kata emak. Irshan mengangguk.
Via cengengesan, sengaja menangis sambil tersedu-sedu, biar Irshan tetap mau menggendongnya. "Udah atuh jangan nangis terus."
"Sakit tahu." Ketus Via.
"Apanya?"
"Pantat Via." Jawab Via, Irshan tertawa kalau melihat kejadian Via jatuh ke selokan tadi. "Yeee, malah ngetawain. Dasar." Via mendengus.
"Hhehe, maaf-maaf. Nanti aku beliin es deh, mau...?" Ujar Irshan.
"Mau..." Jawab Via senang.
"Tapi jangan nangis lagi ya."
"Tapi A Irshan gendong Via terus ya."
"Iya." Jawab Irshan sambil menggendong Via.
"Asyik. Via sayang A Irshan." Kata Via.
Sayang? Ohh maksudnya sayang sebatas teman. Mungkin? Irshan belum menyadari arti kata sayang tersebut. Hanya mudah saja diucapkannya. Tapi dari mana Via tahu kata tersebut?
"Ibu sama Bapak sering bilang gitu ke Via, terus suka peluk Via. Via suka dipeluk, suka dimanja juga suka es. Hhehe. Kata ibu, kata sayang itu harus diungkapin biar orang yang kita sayang juga ngucapin hal yang sama. Gituuuu..." Tutur Via, sambil minum es. Ketika Irshan bertanya apa arti kata sayang? Via menjawabnya dengan lugas. "A Irshan sayang Via nggak?" Tanya Via.
"Sayang." Jawab Irshan.
"Irshan...?" Mama membuyarkan lamunannya.
"Iya, mah."
"Kamu ini, mama panggil-panggil dari tadi, ngelamunin apa?" Mama Irshan berkacak pinggang. Kesal.
"Enggak koq, mah." Jawab Irshan.
"Via, jangan lari..." Seorang ibu-ibu memanggil putri kecilnya.
"Via?" Gumam Irshan.
"Via siapa?" Tanya mama.
"Ehh enggak. Mama udah belanjanya?"
"Udah, yuk pulang." Ajak mama.
Irshan menyalakan mesin motornya, mama naik di belakang. "Via kemana ya, Shan? Udah lama mama nggak denger kamu cerita tentang Via." Ujar Mama saat dalam perjalanan.
"Via mana?" Tanya Irshan pura-pura tak tahu maksud mama.
"Ya Via kamu. Yang baru saja kamu lamunin." Jawab Mama.
"Enggak." Irshan menyangkal. Mama tahu betul bahwa Irshan sedang memikirkan Via, mama juga tahu alasan mengapa Irshan dan Via yang sampai sekarang belum akur sama sekali.
Terus Via sekarang kemana? Irshan tahu? Desas desusnya sih, Irshan tahu. Hanya tidak tahu kebenarannya saja. Menurut teman sebaya yang ada dikampung, Via kuliah sarjana di Universitas Padjajaran mengambil mata kuliah Ilmu Psikologi. Katanya lagi nih, Via melanjutkan magister ke Sorbonne University, Paris. Katanya, Via bekerja disalah satu perusahaan kecil di Paris dengan gaji yang lumayan. Tapi entahlah, benar atau tidak? Irshan hanya mendengar desas desusnya saja.
***
"Pembunuh nomor satu didunia ini sebenarnya adalah kehilangan. Bukan kanker atau pun jantung, seperti yang dikatakan oleh doktor Wu tadi." Tukas Arfand. Sesaat hening, angin Berlin begitu dingin. Menelisik ke lapisan kulit bahkan terdengar sayup-sayup merdu. Disampingnya ada seorang wanita muda yang usianya lebih muda darinya. Dia seorang motivator, seorang psikolog rumah sakit yang cantik dan cerdas.
Mereka dipertemukan karena sebuah pekerjaan. Beberapa tahun yang lalu, sebelum wanita itu lulus magister Psikologi. Saat ia tengah sibuk-sibuknya menulis tesis, disanalah mereka bertemu. Arfand sebagai tamu disalah satu klinik sahabatnya di Paris, dengan senang hati membantu wanita muda tersebut. Namanya Deviana, muda, cantik, cerdas, dan bertalenta, begitu penilaian Arfand pertama kali bertemu wanita itu.
"Kau benar. Disaat kehilangan, manusia bisa berhalusinasi banyak hal. Termasuk mensiasati untuk pergi ke surga." Balas wanita bernama Deviana yang sering dipanggil Via itu.
"Ibuku sudah tiada, Via. Itu adalah masa tersulitku untuk menerima kenyataan bahwa ibuku sudah Tuhan panggil. Aku masih merasa sangat kesepian meskipun sedang bersenang-senang dengan teman-teman. Aku masih remaja, usiaku 17 tahun. Ibuku terbaring di rumah sakit, tanpa pengobatan dikarenakan tengah koma. Tak lama setelah itu, ibu meninggalkan aku dan keluarga." Jelas Arfand, sedikit menceritakan kisah sedihnya.
Tangan kiri Via menyentuh punggung tangan kanan Arfand. Lelaki itu tersenyum pada Via. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Via.
"Sekarang cukup lega. Setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog cantik sepertimu. Semoga nanti kita di Indonesia bisa bertemu kembali." Jawab Arfand.
Via tersenyum manis, "Baiklah, waktunya kita bergegas. Acara sudah berakhir."
Arfand menghentikan langkah Via. Menggenggam tangan Via, kemudian memeluknya. "Sebentar saja. Hanya satu menit." Kata Arfand. Via terkejut, kemudian ia balas memeluknya dan menepuk-nepuk punggung Arfand. Betapa tenangnya ketika lelaki bertubuh tinggi itu memeluk Via. Rasanya seperti ada mama tinggal disini. Batin Arfand.
"Setelah ini, kau akan bahagia. Kali ini, ibumu sangat bangga terhadapmu." Balas Via. Mereka berpelukan.
"Kalian disini rupanya? Arfand, Deviane, aku mencari kalian sejak tadi. Ayo bergegas." Suara Jane memecahkan suasana. Arfand melepaskan pelukan Via, begitu pun sebaliknya.
Ada sesuatu datang menyelinap ke hati Arfand, sebuah alasan mengapa rasanya Via tak asing bagi Arfand. Dan bagi Via sendiri, Arfand adalah teman terbaik kekasihnya.
“Bon après midi je mappelle Deviana. Je suis ètudiant à la Sorbonne." Kata Via memperkenalkan diri kepada Arfand disebuah klinik. Arfand memandangi wajah wanita itu.
"Via? Kau sudah sampai?" Seru Andra sembari menutup pintu. Via berlari dan memeluk lelaki itu, Arfand menatap lamat-lamat wanita tersebut.
"Jantungku hampir copot, karena ponselmu tidak bisa dihubungi." Ujar Via kepada Andra.
"Kau takut?" Tanya Andra.
"Ough, sangat takut sekali." Jawabnya manja. Andra tersenyum dan membelai lembut rambut Via.
"Fand?" Seru Andra tersenyum kepada Arfand. "Ini adalah Via, mahasiswa dari Sorbone University. Dia sedang penelitian, untuk menyusun tesisnya. Dan Via, dia Arfand. Dokter muda yang multi talent, kau tidak perlu formal dengan berbicara bahasa Perancis dengannya. Dia orang Indonesia." Sambung Andra.
"Wahhh, beruntung sekali. Namaku Deviana di Perancis mereka memanggilku Deviane tapi panggil saja Via. Lebih simple." Kata Via mengulurkan tangannya.
"Arfand, sebut saja begitu." Balas Arfand sembari senyum. Itu adalah kali pertama Via tersenyum kepada Arfand.
"Via kau akan aman penelitian disini. Aku mempercayai Arfand untuk menjagamu." Tukas Andra.
"Ehhh kenapa kau berkata begitu? Apa kau tidak mau mengatakan padanya bahwa aku ini adalah kekasihmu." Balas Via. Andra tersenyum.
"Dia juga tidak mengatakan padamu bukan. Kalau aku ini adalah sahabat sekaligus sepupunya." Balas Arfand. Via menunjuk hidung Andra dengan kesal. Tangannya masih memeluk lengan Andra.
Kalian sudah saling mengatakannya, jadi untuk apa aku mengatakannya lagi. Jawab Andra.
"Uhhh kau memang menyebalkan." Tukas Via sambil bermanja kebahu Andra. Arfand menyadari satu hal bahwa perempuan itu sangat mencintai sepupunya. Dan sebelum Andra meninggal karena kecelakaan, Andra pernah berpesan pada Arfand untuk menjaganya. Sebab dimata Arfand ada sebuah percikan cinta kepada kekasih Andra.
Hubungan Via dan Andra tidak begitu lama, tapi Andra cukup membantu disaat ia tinggal di negara asing yang bernama Paris itu. Usia Andra tidak begitu panjang. Diusia mudanya ia harus menahan sakit yang amat dalam. Leukeumia merenggut nyawanya. Namun Andra tidak mengatakan penyakitnya kepada Via.
"Via itu, orangnya baik. Aku tidak tega mengatakan yang sebenarnya. Takut ia nge-down disaat pengerjaan tesisnya. Sekilas ia memang jutek dan cuek, tapi dia adalah wanita spesial bagiku. Matanya, senyumnya, dan tutur katanya, akan menjadi kenangan bagiku. Berjanjilah padaku, tidak ada seorang pun yang tahu tentang penyakitku. Hanya kau satu-satunya yang kupercaya menjaga rahasia ini. Hingga Via menemukan pengganti diriku. Arfand, berjanjilah padaku. Via tidak akan tahu apa yang terjadi pada diriku." Jelas Andra dipenghujung usianya. Arfand dengan berat hati menganggukan kepalanya.
***
Via mencengkram kuat-kuat kerah baju Arfand. Berteriak dengan keras mengapa ia tidak mengatakan bahwa perjalanan Andra menuju Indonesia harus berakhir dengan tragis. Via meronta dengan kasar, hatinya begitu sakit menerima kenyataan.
Via mengurung diri di flatnya. Berhari-hari, tanpa makan dan minum. Tanpa menghubungi siapapun. Via terpuruk. Via merasa bahwa Andra pergi dengan sengaja. Setelah kejadian tersebut, Via juga harus mengalami banyak hal. Flat yang terbakar, kecopetan, tesis yang ditolak, dan laptop yang hilang.
Namun Arfand membantu Via untuk tinggal sementara di apartemennya. Sambil meminta kepada lelaki tersebut menjadikannya sebagai asisten rumah tangga untuk mendapatkan sejumlah uang dan tidak merepotkan Arfand lagi.
Dan kesedihan tiada tara yang dirasakannya setiap waktu, setiap saat, dihari-harinya yang ia jalani dengan berat. Hanya Arfand, satu-satunya sahabat yang mampu menghiburnya disaat suka dan duka.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (179)

  • avatar
    AmeliarhCahaya

    bagusss

    14d

      0
  • avatar
    AgustiaSELPA

    tolongg jika membaca mendapatkan 500

    20d

      0
  • avatar
    Joni

    cerita nya bagus dan menarik

    21/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด