logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Tak Butuh Penjelasan

Dibalik sejuknya rintik hujan di sore hari, tersembunyi sebuah patahan patahan halus tanpa suara yang sangat menyakitkan. Gadis berkacamata itu mengutuk dirinya sendiri sejak tadi. Dia tengah duduk diantara muka jendela. Matanya menerawang ke arah rintik hujan. Khas sekali dengan sifat anak muda jaman sekarang. Galau.
Tangannya terjuntai bebas di dekat kakinya. Sementara dibawah sana sebuah benda berwarna merah muda tengah tegeletak pasrah. Bercahaya walaupun sedikit redup.
Dia kembali mengutuk dirinya sendiri. Setelah sadar apa yang baru saja diperbuatnya malah membuat organ dalamnya merasa sakit. Jauh di dalam sana, yang tengah berperan penting dalam kehidupannya. Terletak bersebelahan dengan lambung. Yaitu hati.
###
"Viona Margareth. Apa yang kamu ketahui tentang ingatan?". Suara pak Roy membahana ke seluruh sudut ruangan. Gadis berkacamata itu sedikit tersentak. Kemudian sedikit membenahkan posisi duduknya.
"Ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya". Viona menghela nafas sesaat. Tangannya menekan ujung dari kacamatanya agar tidak melorot.
"Ingatan memberikan manusia titik titik rujukan pada masa lalu, dan perkiraan pada masa depan". Tambah viona. Sementara pak Roy sedikit mengangguk.
"Lalu apakah sifat dari ingatan itu adalah permanent?". Pak Roy kembali bertanya.
"Kalau menurut pendapat saya iya. Karena saat saya mengibaratkan bayi adalah sebuah kaset kosong. Maka segala sesuatu yang diajarkan dan dirasakan seluruh panca inderanya akan secara otomatis terekam dalam otaknya.Jadi semakin lama akan semakin banyak yang terekam. Pada akhirnya saat usia sudah mulai menginjak tahap usia lanjut, memori saat pertama kali terekam dalam otak akan kembali terputar. Ingatan itu secara bergantian akan hilang dan muncul kembali. Ini seperti hukum alam. Ada pertemuan selalu ada perpisahan". Viona menjelaskan agak canggung. Kemudian laki laki berkumis itu membuka buku modulnya. Pertanda pelajarannya akan segera dimulai.
"Bagus sekali saudara Viona. Minggu ini saya beri nilai A". Pak Roy melirik sekilas ke arah viona. Dan bla bla bla viona tak mendengar apapun lagi. Pikirannya berkecamuk minta diperhatikan lebih. Penuturan yang baru saja ia lontarkan malah menjadi boomerang untuk viona sendiri. Itu adalah jawaban untuk pertanyaannya tiga bulan lalu. Ingatannya akan selalu permanent.Tentang kebohongan itu, tentang penghianatan itu, semuanya akan selalu diingat viona. Selalu. Selamanya.
"Vi..kantin yuk". Senggolan itu tepat mengenai siku. Viona terlonjak kaget. Saat matanya menyapu ke seluruh ruangan, semuanya sudah menghilang. Kini hanya tersisa viona dan kayla yang baru saja menyenggol siku viona. Sial, viona kebobolan lagi dengan ingatan itu. Shiiiitt!
"eh..kelas udah bubar ya?". Viona merapikan buku di atas mejanya. "Udah dari tadi. Lo kenapa sih? Akhir akhir ini kok lo jadi nggak fokus sih?". Suara kayla mengeras begitu menyadari ada keganjilan yang terjadi pada sahabatnya.
"Nggak apa apa sih. Yuk! jadi ngantin kan?". Viona tak peduli. Tangannya menarik lengan kayla untuk segera dituntaskan keinginannya untuk pergi ke kantin.
Kayla pasrah.
Kantin tampak lenggang. Walaupun ini masih jam istirahat tapi hanya ada beberapa umat yang bertengger manis di kantin. Suasana yang langka di kampus. Kayla mengambil sebotol air mineral dihadapannya. Meminumnya dengan penuh nafsu hingga tersisa setengahnya.

"Haus BANGET ya?". Tanya viona penuh penekanan.
"Iya. Udah nahan dari pelajaran tadi". Balas kayla sekenanya.
"Mau makan apa lo?". Viona menyuarakan kembali pertanyaannya.
"nggak ah. gue udah dijemput". Kayla menjawab dengan gamang.
"Anjrit lo! Tadi ngajakin ke kantin taunya...". Viona bangkit. Menghampiri ibu kantin sebentar kemudian balik lagi ke posisinya semula dengan membawa sepiring somay.
"Lo modusin gue banget sih! jahat tau nggak". Viona menggerakkan sendoknya kasar. Sehingga timbul bebunyian yang memekakkan telinga.
"Ya maap deh vi. Soalnya mau sekalian nonton. Mumpung si pacar lagi libur sekolah". Kayla nyengir kuda. Kebiasaan banget nggak peka kalau dia salah.
"Makanya pacaran jangan sama popcorn (berondong)". Viona ketus.
Laki laki yang mengenakan kemeja kotak kotak putih-hitam itu melambai pada kayla. Perlahan namun pasti langkahnya mendekat. Kemudian keduanya langsung berpelukan dan bercipika cipiki ria. Sementara viona masih sibuk dengan somaynya.
"Vi..kenalin nih. Pacar gue. Alex". Ucap kayla gamang. Laki laki itu mengulurkan tangannya.
"Alex". ucapnya lirih. Viona mendongak. Meneliti laki laki yang berdiri di sebelahnya. Viona tak asing dengan namanya. Begitu juga dengan wajahnya. Semua masih terekam dalam otaknya. Secara permanen.
"Viona". Tangan itu menjulur penuh keraguan. Sementara laki laki itu terperanga.
"Udah ya vi. gue pergi. oiya bayarin minum gue sekalian ya. Makasih. bye!". Ceplos kayla. Kemudian dua insan itu menghilang. Terhalang oleh cairan bening yang sudah mengantri di pelupuk mata viona. Semuanya ingin keluar.
Cairan cairan bening itu bergantian menetes seiring diputarnya rekaman ingatan itu dalam otak viona. Rongga dadanya terasa seakan menyempit. Sehingga rasa sesak itu datang menyambut kepedihan viona. Isakan isakan itu adalah percerminan dari suasana hati viona.
"hai. aku alex". laki laki itu kembali berdiri di hadapan viona. Masih tetap sama. Mengulurkan tangan kanannya khas berkenalan.
"Kenapa? Kenapa kamu muncul lagi di hadapan aku? aku udah mati matian ngelupain kamu sejak sore itu. Sejak kamu mutusin aku lewat telepon. Terus dengan chickennya kamu ninggalin aku". Viona sesenggukan.
"Maaf. Ini semua nggak separah itu kok". Tangan alex memegangi wajah viona.
"Nggak seperah itu kamu bilang. Iya. Emang nggak parah buat kamu. Tapi buat aku ini parah banget. Kamu udah mahat nama kamu di hati aku. Seberapa keras aku merusaknya, tetap saja ada luka disana. Kamu itu sama kayak anak TK. Sekali diajarin pasti langsung dilakuin berulang ulang. Dan kamu diajarin untuk ngehancurin aku". Tangis itu semakin menjadi. Bahkan beberapa kali viona menepuk dadanya untuk tetap kuat.
"Viona. Please..listen to me. Aku minta maaf. Aku emang salah. Tapi kamu harus tau. Aku nggak bener bener sayang sama kayla. Aku cuma bantu keluarganya. Aku adalah temen kayla sejak kecil. Hanya saja aku istirahat satu tahun dari sekolah. Makanya aku masih SMA. Dan sore itu kayla pingsan untuk kesekian kalinya. Dokter bilang umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Dia kena kanker otak. Keluarganya minta tolong padaku untuk sebisa mungkin ngabulin permintaan kayla. Salah satunya adalah dengan menjadi pacarnya. Tapi percayalah. Aku masih menyayangimu. Tunggulah aku beberapa saat lagi. Bukan mendoakan. Tapi pada akhirnya kayla akan pergi juga. Jadi tolong percayalah padaku". Kedua tangan alex merengkuh viona masuk kedalam pelukannya. Hangat. Nyaman. Damai.
"Haruskah aku percaya padamu lagi?". Viona lirih.
"Kasih satu kesempatan untukku. Tolong percaya padaku". Alex mencium ubun ubun viona. Semuanya masih terasa sama. Penuh kedamaian. Dan akhirnya bibir mungil yang terpoles lipgloss itu merapal sebuah kalimat.
"aku akan menunggumu".
Cinta itu akhirnya kembali. Cinta yang sebelumnya pernah patah, kini menumbuhkan tunas baru. Meskipun sulit, selagi semuanya dibicarakan baik baik maka cinta itu akan kembali seperti sedia kala. Penuh canda, cerita, dan kebahagiaan. Sesungguhnya kesedihan hanyalah angin lalu saja. Karena cinta memang anugrah yang paling indah.
End

หนังสือแสดงความคิดเห็น (62)

  • avatar
    AhmadHisyam

    apakah bisa menghasilkan diamond

    6d

      0
  • avatar
    syafiqAiman

    good

    06/07

      0
  • avatar
    Aris Radex

    Sangat menyukai

    01/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด