logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 14

Kepalaku terasa sangat berat, sepertinya aku tertidur sangat pulas, dan tak sadar si cowok itu—ingatkan aku kalau namanya Ayden. Kalau Ayden itu sudah pulang atau belum, dan sekarang perutku melilit meminta makan.
Aku membuka mata perlahan agar meyakinkan para pembaca seperti di novel-novel.
Dan melihat Ayden yang hanya memakai kaos berwarna coklat dan terlihat dia memakai kalung. Perasan kemarin, aku tidak menjumpai ia memakai kalung. Oh, kenapa aku harus memikirkan sampai sana.
"Udah bangun?"
"Jam berapa sekarang? Ayo ke sekolah."
"Iya sekolah. Orang sekolah udah pada pulang."
"What?" Aku langsung melotokan mataku, dengan meloncat dari tempat tidur, memeriksa ponsel melihat jam.
"Astaga! Kenapa nggak bilang?" tanyaku panik. Walau bukan anak teladan, tapi aku jarang dan anti tidak masuk sekolah. Saat bolos satu hari saja, aku merasa ada yang kurang dan sepertti melakukan sebuah dosa besar. Aku tidak bisa.
"Kamu pulas bangat. Tuh buburnya udah dingin bangat, aku juga udah beli makan siang." Aku hanya mengembuskan napas pasrah. Mau bagaimana lagi, terpaksa absenku harusnya ada kata A disana, padahal aku ingin semuanya titik.
Ayden menyodorkan sebotol air mineral. Aku butuh minun, mungkin obat tidur semalam baru bekerja sekarang, hingga aku tak sadarkan diri.
Aku terduduk di kasur tipis tersebut dan menunguknya hingga tingga sedikit.
"Berarti kamu nggak sekolah juga."
"Nggak sayang. Nanti kalau aku pergi, kamu diculik gimana?" Aku hanya memandang Ayden sinis sambil memutar tutup botol menutup kembali.
"Aku beli soup. Butuh yang berkuah biar sedap." Aku mengangguk dan tanpa malu membuka kotak makan tersebut. Cowok ini sangat perhatian, dan saat bersamanya aku yakin aku tidak akan pernah merasakan kelaparan dibanding bersama para iblis.
Aku membuka makananku dan kami makan dalam diam, dengan sangat lahap bahkan aku juga menghabiskan bubur ayam yang sudah dingin. Sayang mubazir.
"Badan kecil, tapi makan banyak." komentar cowok itu sambil mencubit pipiku. Aku hanya mendesis kesal sambil memasukan bubur dalam mulut sambil bersandar. Karena perutku mau meledak saking kenyang. Di rumah aku jarang merasa kenyang seperti ini, karena aku makan dalam keadaan terburu-buru, membuat lambung juga bekerja ektra karena aku mengunyah tidak halus.
Setelah menurunkan semua makanan dalam perut, aku merasa lega sekarang. Dan sekarang apa yang bisa kulakukan?
Aku membuka ponselku dan bermain game. Tidur lagi? Huh... Kenapa tidur selalu menjadi opsi yang menggiurkan ya?
Aku berbaring lagi, sambil bermain ponsel.
Tiba-tiba cowok itu juga berbaring di sampingku membuat kasur tipis dan kecil tersebut tak muat, jadi kami hanya sempit-sempitan.
Aku menjadi gugup dan tak leluasa untuk bermain ponsel, akhirnya aku memilih untuk meletakan ponselku dan mendengarkan detak jantung Ayden dan milikku yang bertalu-talu begitu cepat. Berada di dekatnya membuatku selalu deg-degan. Tentu dia bukan hantu.
"Unghhh... Nggak bisa napas." Aku berontak, karena Ayden memelukku dengan begitu erat, membuatku kesulitan bernapas, tapi dari jarak sedekat ini, aku bisa mencium aroma tubuhnya.
Ayden mengelus rambutku dan melonggarkan pelukannya. Tangannya bermain di wajahku, sekarang hidungku ia menarik dengan gemas, sekarang jari-jarinya menjalar di bibirku. Ia membuka bibirku, aku hanya menutup mataku tak berani membuka mata.
"Buka matanya." pinta Ayden. Dengan jantung yang berdegup kencang aku berani membuka mataku, cowok itu sudah mengukung tubuhku di bawah, wajahnya diturunkan tepat di depan wajahku. Dan aku bisa merasakn napasnya. Aku bahkan suka dengan napasnya.
Ia menempelkan bibirnya, jantungku rasanya mau copot. Aku meremas kasur tipis itu.
"Cium boleh?" Aku menggeleng, tapi saat aku merasakan lidahnya sudah menggoda bibirku minta diemut. Dia pernah menciumku sebelumnya. Dia pernah mengambil first kiss dan sekarang second kiss?
Saat aku mengeluh, lidahnya langsung menerobos tanpa permisi dan menghujani dengan lumatan lembut dan terasa makin terburu-buru di ujungnya membuatku ingin membalasnya. Aku membuka mulutku semakin lembar, menyambut lidahnya dan kembali menyerang dirinya. Ah... Ciuman begitu memabukan.
Ayden bangun, terpaksa aku harus bangun. Aku langsung duduk di pangkuannya dan tanpa sadar memeluk dirinya dengan seerat mungkin dan saling melumat. Lumatannya terasa manis dan bikin candu, aku merasa seperti tak ingin melepaskan ciuman ini.
Ayden semakin meremas rambutku. Aku yakin, setelah ini rambutku akan terasa sangat berantakan.
"Eumh..." Bukan sengaja, aku tanpa sadar mengeluarkan kata itu. Ciuman kali ini terasa lebih dalam, lebih panas, dan lebih intim dari sebelumnya yang masih was-was. Sekarang aku tak perlu khawatir karena kami berada dalam ruangan tertutup, tak perlu takut ketahuan orang lain.
Ayden kembali menidurkan tubuhku, ciuman itu semakin terasa liar dan terkendali, jika boleh jujur aku tak ingin berhenti. Rasanya ingin terus melanjutkan hingga nanti.
"Kamu mau buka baju?" bisik Ayden. Aku yang kembali disadarkan hanya menggeleng. Tapi tangan nakal cowok itu sekarang meremas buah dadaku yang baru tumbuh. Apa aku bisa berhenti dari ini?
Tapi aku tidak munafik, aku menginginkan lebih dan tak ingin kegiatan panas ini berhenti.
Bahkan, ciuaman Ayden sudah tak di bibirku, aku tak peduli. Aku hanya menutup mataku dan merapatkan pahaku, karena merasa perih di bawah sana.
Ada apa ini? Rasanya perutku digelitik.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด