logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 12

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berani bersuara. Aku harus berontak, karena aku tak bisa dibiarkan terus tersiksa seperti ini.
"Kenapa Lisha nggak pernah disayang Ma? Apa Lisha anak haram?" tanyaku dengan lirih, berharap hati orang tuaku luluh. Kalau aku anak mereka, karena keiginan mereka aku dilahirkan ke dunia. Aku tak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia, jika tahu hidupku hanya akan membuat orang di sekitarku benci dan selalu pembawa sial.
"Nggak usah banyak tanya! Jangan panggil aku mama!" teriakan Mama semakin membuatku hancur. Aku sempat melirik ke arah Papa yang memalingkan wajahnya. Tubuhku semakin bergetar, jika memang kehadiranku tak bisa diharapkan siapapun, lebih baik aku tidak hidup di dunia ini. Aku mengepalkan tanganku, rasa untuk bunuh diri begitu besar.
Jika orang beranggapan bahwa orang bunuh diri adalah orang pengecut, kalian salah besar. Orang yang bunuh diri adalah pemberani yang mengambil keputusan saat ia memutuskan nyawanya sendiri, bagaimana saat ia terjun dari gedung tertinggi, saat ia meloncat dari jembatan tertinggi. Seseorang yang bunuh diri adalah orang yang pemberani. Yang bilang pengecut, mereka yang sesungguhnya pengecut, mereka tak tahu beban seperti apa yang mereka pikul. Ya, bagi agama bunuh diri tidak dibenarkan tapi kita harus menarik benang dari akar permasalahan semua ini.
"Tapi, Mama nggak pernah jahat sama Meisha. Kenapa harus Lisha? Kenapa, Ma?" Aku mendesak mama untuk menjawab. Tapi aku kembali mendapat tamparan di pipiku.
Bahkan, Mama langsung menarik kepalaku ke tembok dan membantingnya berkali-kali membuatku meringis sakit. Aku tidak tahu, ada iblis berwujud orang tua di depanku.
"A-ampun Ma."
"Mati kau anak sial!" kata Mama setelah membanting kepalaku dengan keras. Mama menganggap kepalaku adalah bola dan berharap kali ini, kepalaku langsung pecah. Ya Tuhan, bagaimana mungkin Kau beri orang tua seperti ini padaku?
Aku menahan tangisku. Seorang Lisha tak boleh terlihat lemah di hadapan para iblis ini. Mulai detik ini, aku menganggap mereka iblis. Mereka bukan orang tuaku lagi.
Aku menutup mataku, memikirkan harus melakukan apa setelah ini. Bunuh diri? Kabur? Jika bunuh diri, maka semuanya selesai. Apa bisa dikata seperti itu? Jika aku mati, semua orang akan bersenang dengan kepergianku, karena nyatanya aku pembawa sial dalam hidup semua orang. Jika kabur, aku harus kabur kemana? Terkadang sudah kondisi seperti ini, tapi bodohnya aku sempat memikirkan bagaimana sekolahku. Walau aku bukan siswa yang berprestasi tapi aku suka sekolah, aku ingin menjadi seorang yang terpelajar.
Aku menarik napas panjang, terlalu banyak berpikir.
Aku langsung berlari ke kamarku. Dan masih mendengar orang tuaku bertengkar.
"Mama harusnya jangan terlalu keras. Lisha masih terlalu keras Ma. Lisha masih terlalu kecil."
"Papa jangan menyalahkan Mama. Semua gara-gara Papa, kalau bukan Papa semua nggak akan kayak gini!" Aku langsung mengunci pintu. Jika di novel-novel anak yang dibenci karena mereka membunuh saudara mereka, maka aku bukan seorang kriminal yang membunuh orang. Aku bukan psikopat berdarah dingin yang siap menghabiskan nyawa orang. Aku hanya anak kecil yang haus perhatian dan kasih sayang.
Aku langsung mengganti baju, dan ingin berbuat sesuatu yang menyenangkan malam ini.
Kubuka laci nakas yang memang sengaja menyimpan beling disana, dan juga ada pisau lipat yang lumayan keras, dan jika menusuk tepat di ulu hati maka aku bisa merenggangkan nyawa sekarang. Begitu mudahnya nyawa hilang?
Sebelum membuat hal yang menyenangkan, aku meneguk obat tidur dengan banyak kali. Karena setelah ini, aku ingin tidur sampai tak sadarkan diri. Aku ingin mati!
Aku mengunyah obat itu seperti mengunyah permen dan mengaca, aku hanya memakai dalaman sekarang. Bra berwarna coklat dan panties berwarna hitam. Tubuh kurusku terlihat di depan kaca semakin menyedihkan.
Aku tersenyum culas, orang yang disakiti banyak kali, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang kejam, tanpa hati, dan tidak berperasaan sama sekali. Apa aku bisa begitu? Masa depan aku akan menjadi orang yang kejam? Walau aku sendiri meragukan nyawaku panjang, karena memikirkan menghabiskan nyawa sendiri semacam ada sesuatu yang menjanjikan disana.
Tuhan benci orang bunuh diri, harusnya Tuhan bisa mencegah orang-orang yang depresi. Jika manusia hanya bisa bicara tanpa tahu masalah dan beban mental seperti apa yang kamu pikul, cukup ambil tisu yang berbalut luka yang bernanah dan sumpal mulut mereka. Karena banyak orang bisa bicara, tanpa mau tahu cerita aslinya. Setelah dipikir hidup begitu kejam dan tak adil sama sekali. Siapa bilang hidup itu adil? Satu-satunya yang bisa kita bisa hadapi dengan ketikadailan dunia adalah menerima semuanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด