logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 12 Hutang Ayah

Lelaki berperawakan tegap itu berjalan menyusuri malam. Seolah besok tidak ada lagi siang. Langkahnya gontai. Hentak kakinya mengarah ke rumah di sudut kampung itu. Ia menuju ke sebuah rumah panggung.
“Assalamu ‘alaikum”
“Walaikum salam. Silahkan masuk”
“Iya Hasan, tadi siang saya datang ke sini namun kamu sedang di sawah kata anakmu ?”
“Iya Jalandit, Dayat sudah memberi tahu kalau tadi kamu datang. Maaf ya saya tadi sudah ada niat untuk menemuimu tapi kamu sudah terlanjur datang duluan ke sini”
“Iya, tidak masalah. Saya juga kebetulan mau ke kedai, makanya saya sempatkan singgah di rumahmu ini. Begini Hasan, saya sekarang lagi butuh uang. Anak saya mau membeli keperluan sekolah, jadi maksud saya ke sini ingin meminta uang yang kamu pinjam tempo hari”
“Iya Jalandit saya paham. Tapi, mungkin besok baru bisa saya bayar, saya usahakan dulu besok untuk berhutang ke uwak Dayat. Insyaallah besok saya antar ke rumahmu. Jalandit harap maklum karena sekarang lagi musim penghujan”
“Iya saya maklum. Kalau begitu besok saya tunggu di rumah”
“Iya Jalandit. Maaf sebesar-besarnya ya”
“Iya tidak apa-apa”
Setelah Jalandit pulang dari rumahnya, Hasan merasa pusing. Kepalanya seolah ditusuk dengan paku-paku tajam. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia sudah merasa malu meminjam uang tuk ke sekian kalinya kepada uwak Dayat, abang kandungnya itu.
“Om Jalandit tadi bilang apa Yah” Dayat tiba-tiba menghampiri ayahnya.
“Tidak ada Nak. Udak Jalandit tadi mau silaturrahmi saja ke rumah kita ini” Hasan berusaha menyembunyikan masalah itu kepada anaknya, ia tidak ingin anak itu turut memikul beban pikiran yang sedang ia pikul.
“Tadi Dayat mendengar pembicaraan ayah sama om itu, benarkah kita ada hutang ke om Jalandit Yah ?”
“Bukan kita sayang, tapi ayah. Ayah yang punya hutang ke om Jalandit. Dayat tidak pernah ada hutang”
“Hutang ayah, hutang Dayat juga”
“Tidak sayang. Dayat tidak usah khawatir. Besok akan ayah bayar kok”
Anak itu terlihat sangat paham akan masalah yang sedang menimpa ayahnya. Ia merasa bahwa hutang ayahnya itu merupakan hutangnya juga. Berat memang. Sungguh berat. Kenyataan hidup yang harus dicicipi anak yang masih polos itu. Yang hanya bisa ia perbuat saat ini hanyalah menengadahkan tangan pada tuhan agar kedua orangtuanya bisa dibebaskan dari segala hutang.
***
“Bang, sebelumnya saya minta maaf karena sudah terlalu sering menyusahkan keluarga abang”
“Tidak masalah, ada apa Hasan ?”
“Begini Bang. Saya kemarin berhutang kepada Jalandit. Semalam dia ke rumah menagih hutang itu karena ada keperluan mendadak, sedangkan saat ini saya belum ada uang untuk membayarnya”
“Jadi maksudnya ?”
“Maksudnya, saya ingin minta bantuan abang lagi. Saya ingin meminjam uang abang lagi. Insyaallah Minggu depan akan saya ganti”
“Sabenarnya abang juga sedang tidak ada duit Hasan, tapi biarlah saya coba tanyakan ke ibu anak-anak, mungkin dia masih ada uang simpanan”
“Bu, ini Hasan datang, dia lagi butuh uang. Ibu masih ada simpanan ?”
“Ada sih Bang sedikit lagi. Hasan butuh berapa ?” tanya perempuan yang sudah semenjak lama dinikahi abang kandungnya itu sembari berjalan dari arah dapur.
“Lima ratus ribu kak”
“O, saya cek sebentar, apa masih cukup”
Perempuan itu berjalan menuju kamar untuk melihat jumlah uang yang ia simpan.
“Apakah uangnya masih cukup istriku ?”
“Masih Bang”
Perempuan itu berhenti sejenak di sebelah suaminya untuk memastikan hitungan uang yang ia ambil dari kamar.
“Ini Hasan uangnya” ujar perempuan itu sembari memberikan uang yang sedang ia pegang kepada Hasan.
“Saya pakai dulu Kak, Bang. Insyaallah akan secepatnya saya kembalikan”
Hasan meninggalkan rumah abangnya itu dengan penuh syukur. Seandainya kedua suami istri itu tidak memberikannya pinjaman uang, niscaya ia tidak akan tahu lagi harus mengadu kemana. Ia takkan pernah melupakan kebaikan kedua suami istri itu. Ia akan selalu mengingat semua pertolongan yang telah diberikan orang lain kepadanya. Ia takkan pernah melupakan itu. Hutang budi dibawa mati.
Bersambung.....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (65)

  • avatar
    Ardnsyhh Mrf

    begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya

    09/08/2022

      0
  • avatar
    Rava Arrafi Setiawan

    Saya tidak mencapai apa-apa hari ini. Tidak ada satu hal pun yang produktif. Tapi aku bergaul denganmu, jadi, ya, hari ini bagus.🎉aku mau diamond ff geratis ff max

    10h

      0
  • avatar
    tasnimputeri

    👍👍

    4d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด