logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Pertemuan Tak Diinginkan

Seminggu sudah keberadaan mereka di Bali. Seperti biasa mereka menghabiskan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di pulau Dewata, kemudian menulisnya dalam artikel menarik yang nantinya akan dimuat di majalah sebagai promosi pariwisata Indonesia.
Malam ini adalah acara perayaan ulang tahun Star Group Indonesia yang akan dihadiri oleh pemegang saham, jajaran direksi sampai para reporter Star Group dari beberapa negara. Tidak lupa acara nanti malam akan dimeriahkan oleh aktor fenomenal Bollywood SRK dan beberapa penyanyi Indonesia yang bertalenta seperti Rossa, Afgan dan Raisa.
“Kamu sudah siap untuk pesta nanti malam?” tanya Abimanyu kepada Maya.
Maya mengangguk, kemudian melihat Raja yang sedang menikmati makan siang.
“Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah meminta Viona untuk menjaga Raja selama pesta berlangsung. Memang tidak baik membawa anak seusia Raja ke pesta seperti itu,” ucap Abimanyu seolah tahu apa yang ada di pikiran Maya.
“Terima kasih. Ternyata kamu juga bisa membaca pikiran orang,” ledek Maya.
“Setelah makan siang, kamu istirahatlah dulu. Acara dimulai pukul 10.00 PM, jadi kita berangkat ke sana sekitar pukul 09.00 PM. Tempatnya juga tidak jauh dari sini, jadi masih bisa keburu.”
Selesai makan siang, mereka kembali ke kamar masing-masing.
Sampai di kamar, Maya mempersiapkan pakaian untuk menghadiri pesta nanti malam. Untunglah dia membawa Saree yang bagus, sehingga bisa digunakan nanti. Sedangkan Abimanyu memutuskan untuk pergi ke luar hotel, entah kemana.
Malam pukul 07.00 PM, Viona, adik Abimanyu sudah berada di hotel. Malam ini dia akan menemani Raja. Karena sudah sering bertemu, Raja dan Viona menjadi akrab.
“Kakak tenang saja, aku akan menemani Raja di sini. Nikmati saja pestanya,” cetus Viona sambil mengedipkan mata.
“Maaf sudah merepotkanmu,” ucap Maya merasa tidak enak.
“Hari ini aku hanya santai saja di kantor, jadi tidak repot kok, Kak.”
Gadis itu menyuruh Maya untuk bersiap-siap agar tidak terlambat tiba di lokasi pesta.
Pukul 08.30 Maya sudah selesai berdandan, menggunakan Saree berwarna biru tua dengan motif bunga berwarna silver. Dia membiarkan rambutnya terurai ikal di bagian ujung. Wanita berwajah manis itu menggunakan eye shadow berwarna coklat (smokey eyes) dengan lipstik berwarna peach. Ia benar-benar terlihat menawan.
Maya berpamitan kepada Raja dan Viona, sebelum melangkah ke luar kamar.
“Ibu keluar sebentar ya. Pukul 9.00 PM, kamu harus tidur dan jangan nakal sama Tante Viona,” tegas Maya kepada Raja.
Raja menganggukkan kepala.
“Aku pergi dulu, nanti jika kamu mengantuk tidur saja di sini. Jangan sungkan.”
Kali ini Maya berbicara kepada Viona.
“Baik, Kak,” jawab Viona tersenyum.
Maya berjalan menuju kamar Abimanyu dan mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban dari dalam. Dia memutuskan untuk menunggu Abimanyu di lobi hotel.
Dalam perjalanan ke lobi, dia berpapasan dengan seorang pria dengan potongan rambut rapi dan menggunakan jas. Maya tidak menghiraukan pria itu dan tetap berjalan menuju kursi yang berada di lobi.
Belum sempat duduk, Maya merasakan seseorang menyentuh lengannya. Sejurus kemudian, dia membalikkan tubuh dan melihat ke arah pria yang memegang tangannya dengan tatapan marah, karena telah menyentuhnya.
Ternyata orang itu adalah pria yang tadi berpapasan dengannya di jalan menuju lobi. Melihat Maya marah, pria itu malah tersenyum. Senyum khas yang memperlihatkan deretan gigi yang telah sering dilihat Maya.
Mata Maya membulat seketika tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Kenapa? Kamu terkejut?”
Pria itu menatap Maya yang masih bingung dengan mata tak berkedip.
“Jadi ini wujud aslimu?” tanya Maya menahan tawa.
“Wujud asli? Memangnya aku siluman?” balas pria itu pura-pura marah.
“Ternyata seperti ini sisi lain dari dirimu,” lanjut Abimanyu dengan tatapan kagum melihat betapa anggun dan cantik wanita yang ada di depannya.
“Apa aku terlihat tua sekarang?” selidik Maya melihat tubuhnya yang berbalut Saree.
“Tidak, kamu terlihat sangat cantik. Anggun,” puji pria itu, “hey, kamu tidak memberikanku pujian?”
“Kenapa? Apa aku harus memberimu pujian?” Maya balik bertanya.
“Dulu kamu bilang penampilanku seperti orang yang sudah mempunyai anak dan istri, dalam artian tua. Sekarang aku sudah memotong rambut dan mencukur jenggot juga kumisku. Tidakkah aku terlihat lebih muda?” lontar Abimanyu mendekatkan kepalanya ke wajah Maya.
Spontan Maya mundur dan tidak sengaja menginjak ujung Saree-nya. Dia hampir kehilangan keseimbangan beberapa detik, namun haaap sebuah tangan melingkar cepat di pinggangnya menahan agar tidak terjatuh.
Maya bisa melihat dengan dekat ketampanan paras yang berada di atas wajahnya. Paras itu terlihat berbeda dengan yang dilihatnya beberapa jam yang lalu.
Alis mata tebal yang tumbuh rapi, sepasang mata tajam nan memikat, hidung mancung menyembul tinggi di antara tulang pipi yang terlihat jelas ketika tersenyum. Dan bibir berwarna kemerahan, karena tidak tersentuh nikotin. Rahang kokoh Abimanyu juga terlihat jelas.
Maya mengedipkan mata berkali-kali dan segera berdiri dengan posisi yang benar. Dia kemudian membetulkan Saree yang sedikit berubah posisi.
“Maaf, reflek. Aku tidak ingin kamu jatuh.”
Abimanyu meminta maaf.
“Ayo kita pergi, sudah hampir jam 09.00 PM,” Maya berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sepanjang perjalanan, mereka berdua terdiam. Abimanyu tidak bisa melupakan betapa indahnya mata yang ia lihat saat insiden Saree terinjak tadi. Mata bulat berwarna coklat kehijauan yang hanya dimiliki sedikit orang di dunia ini, indah sekali. Dan bibirnya tak kalah cantik, hidungnya mungil dan mancung. Dia juga bisa melihat dengan jelas bintik-bintik kecil yang menghiasi area pipi dan hidung wanita itu, tapi begitu indah terlihat.
Andai saja tadi adalah adegan di drama Korea atau film India, tentu saja wajah mereka sudah bertemu tanpa berjarak.
Abimanyu merasa seolah darah berlarian di tubuhnya, merasakan gejolak di dalam dada. Sebuah rasa yang kemudian ditepis setelah kembali menyadarkan diri, bahwa Maya masih terikat dalam sebuah pernikahan yang sah.
Tak terasa mobil sudah masuk ke area tempat pesta diadakan. Sebuah gedung dengan ukuran besar yang terletak di dekat pantai.
Abimanyu turun terlebih dahulu dan membukakan pintu agar Maya bisa turun. Dia mengulurkan tangan seperti seorang pangeran dalam dongeng yang mengulurkan tangan menyambut putri yang turun dari kereta kuda.
Maya terkekeh dan berkata, “Kamu norak sekali.”
“Hanya formalitas saja,” balas pria itu sambil tertawa.
Maya keluar dari mobil dengan meraih tangan Abimanyu.
“Mau menggandeng tanganku?” canda Abimanyu yang membuat sudut dengan sikutnya.
Tiba-tiba ia merasakan sebuah timpukan tas di kepalanya.
“Aah, Maya. Kamu hampir saja membuat tatanan rambutku menjadi berantakan,” protesnya pura-pura marah.
Mereka segera masuk ke dalam gedung itu. Ternyata para undangan sudah mulai memadati ruangan. Padahal acara baru akan dimulai tiga puluh menit lagi.
Maya mengedarkan pandangan mencari sosok yang dikenalnya, karena tahu Mr. Khan pasti akan datang ke acara ini. Benar saja, tidak lama kemudian Mr. Khan datang menghampiri Maya.
“Apa kabar, Maya? Kamu terlihat lebih cerah sekarang,” sapa Mr. Khan.
Maya membungkuk dan menyentuh kaki laki-laki yang sudah dianggap sebagai ayahnya.
“Mrs. Khan di mana? Tidak ikut?”
Mr. Khan menggeleng. “Dia tidak cukup muda untuk ikut acara seperti ini. Kamu tahu ‘kan dari dulu dia tidak terlalu menyukai pesta?”
“Aku hampir lupa,” gurau Maya.
“Dan kamu pasti Abimanyu, bukan?” sapa Mr. Khan kepada Abimanyu.
Pria itu memperkenalkan diri kepada Mr. Khan.
“Maya sudah seperti putriku, tolong jaga dia baik-baik selama di sini,” pinta Mr. Khan.
Abimanyu bisa merasakan betapa dekat Maya dengan Bosnya. Sepertinya pria ini sudah mengetahui apa yang terjadi pada Maya.
Abimanyu mengangguk kepala. “Tenang saja Tuan, aku akan menjaganya dengan baik.”
“Hati-hati jangan sampai kamu terbius oleh pesonanya. Jika saja usiaku lebih muda, mungkin aku akan jatuh cinta padanya,” kelakar Mr. Khan diiringi tawa Maya dan Abimanyu.
Setelah percakapan ringan itu, Mr. Khan berpamitan dan menjauh meninggalkan Maya dan Abimanyu.
Maya masih penasaran, apakah masih ada orang lain yang mungkin dikenalnya. Dia melihat ke sekeliling gedung, mengamati tamu yang datang.
Tatapannya berhenti saat melihat sosok pria yang sedang tertawa lebar dengan tamu lain. Tak lama kemudian, seorang wanita cantik dengan gaun mewah datang dengan senyuman terukir di bibir, memperlihatkan lesung pipinya. Wanita itu berjalan mendekati pria tersebut. Pria bertubuh tinggi itu mencium pipi wanita berkulit putih tersebut.
Abimanyu yang sedari tadi memerhatikan Maya, ikut melihat ke arah yang dilihat Maya. Dia juga melihat seorang pria bertubuh tegap dengan seorang wanita yang tentu lebih cantik dari Maya.
Mata Maya memerah seketika, napasnya terasa berhenti setelah memastikan pria itu adalah Deepak Talwar, suami yang selama ini meninggalkan dirinya demi wanita lain. Dia segera bersembunyi di belakang Abimanyu, tanpa sadar memegang pinggangnya.
“Siapa mereka?” bisik Abimanyu penasaran, “kenapa kamu bersembunyi di belakangku?”
Maya menarik Abimanyu menjauhi kerumunan para undangan.
“Kamu kenapa?” tanya pria itu lagi, menyadari ada yang salah dengan Maya.
Tubuh Maya bergetar hebat, rasa takut dan marah bercampur menjadi satu. Dia takut Deepak mengetahui keberadaannya di pesta tersebut dan marah ketika pria itu masih bisa tersenyum lebar, setelah semua yang dilakukan terhadap dirinya dan putranya.
Maya menghela napas dan mengembuskannya perlahan. Berusaha menenangkan diri. Setelah agak tenang, dia menjawab pertanyaan yang diberikan Abimanyu.
“Dia suamiku,” jawabnya singkat.
Sebuah pertemuan yang tidak diinginkan Maya, kini terjadi. Dia bertemu kembali dengan suaminya di saat yang tidak tepat.
Bersambung....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (149)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    a******2@gmail.com

    ok good

    24/05

      0
  • avatar
    PratiwiWidya

    ceritanya bagus

    11/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด